Yang sebenarnya

"Benarkah? Jadi gadis itu Mika?" tanya Naima dengan terkejut.

Lagi-lagi Naima kembali menjitak kepala Jefri. Naima sudah menganggap Jefri adiknya, setiap Doni dan Jefri melakukan kesalahan dari kecil Naima langsung menjitak kepala mereka.

Naima dan Doni adalah anak dari asisten pribadi dari ayahnya Jefri. Karena seja dari kecil mereka selalu bersama membuat hubugan mereka seperti keluarga.

"AW .. Kenapa kakak menjitak kepala ku lagi?" tanya Jefri yang kesakitan.

"Karena kamu itu bodoh! CK... Kenapa aku punya adek yang bodoh seperti kalian?" keluh Naima dengan gelengan kepala.

"OPS, kenapa aku juga disebut bodoh?" tanya Doni yang tidak terima dengan ucapan Naima.

"Diam!" ucap Naima dengan kesal.

"Tampaknya kalian benar-benar memang jodoh!" ucap Naima dengan tersenyum sambil menatap Jefri yang masih saja mengelus kepalanya.

Flash Back

Jefri dari kecil selalu dibawa kedua orangtuanya ke Bandung tempat kakeknya. Jefri yang masih berumur 10 tahun diajak ayah dan ibunya ke Bandung untuk melihat pabrik milik keluarga mereka. Jefri yang merasa bosan didalam ruangan ayahnya memutuskan untuk keluar. Kedua orangtuanya dan yang lainnya tidak menyadari kalau Jefri sudah tidak bersama mereka.

Jefri yang baru saja keluar dari pabrik melihat seorang gadis kecil sedang jualan membantu seorang nenek. Jefri memutuskan untuk membeli gorengan yang dijual gadis itu.

"Terimakasih" ucap Jefri sambil menyerahkan uangnya.

"Nenek, semuanya sudah habis. Kita pulang sekarang ya..." ucap gadis itu dengan tersenyum bahagia karena jualannya habis.

"Mika cucu nenek benar-benar sangat pintar jualannya..." puji nenek itu pada cucunya.

Ternyata gadis kecil itu Mika, dan Jefri pun langsung mengingat nama gadis itu. Itulah awal pertemuan Jefri dengan Mika sewaktu mereka masih kecil. Pertemuan kedua mereka saat Jefri jalan-jalan sore di taman yang tidak jauh dari rumah kakeknya yang di Bandung. Jefri melihat Mika yang sedang asik bermain layang-layang dengan anak-anak laki-laki yang seusia mereka.

Mika yang menyadari keberadaan Jefri langsung mengajak Jefri untuk ikut bermain. Jefri yang pertama kali bermain layang-layang, membuat Mika mengajarinya cara bermain layang-layang. Setelah Jefri berhasil membuat layangannya terbang tinggi, Jefri memberikan hadiah gantungan kunci pada Mika.

"Terimakasih!" ucap Mika dengan bahagia mendapatkan gantungan kunci menara Eiffel dari Jefri.

Keesokan harinya kakeknya Jefri meninggal dan sejak kakeknya meninggal, kedua orangtuanya tidak pernah lagi mengajak Jefri Ke Bandung. Itulah pertemuan terakhir Jefri dan Mika sejak kecil.

Jefri sebenarnya sangat ingin ke bandung karena sudah berjanji pada Mika untuk bermain layang-layang lagi bersama. Tapi ayah memintanya untuk fokus belajar, Jefri harus berhasil dan harus seperti kakaknya yang berhasil dalam pelajaran. Jefri memiliki saudara laki-laki satu, tapi mereka sangat berbeda. Kakaknya selalu berhasil dalam akademik, tapi tidak dengan Jefri. Jefri selalu dibandingkan dengan kakaknya, hanya kakeknya yang selalu bangga dengannya.

Sejak kakeknya meninggal, Jefri tidak diijinkan untuk ke Bandung lagi. Kalau Jefri ingin ke Bandung, Jefri harus bisa mendapatkan ranking yang tinggi disekolah. Akhirnya Jefri dan Ayahnya membuat perjanjian, kalau Jefri terus juara sampai SMA, Jefri ingin kuliah di Bandung dan tinggal di rumah kakeknya.

Akhirnya Jefri kembali ke Bandung setelah berhasil. Saat Jefri yang lagi menikmati kota suasana kota Bandung dengan motor barunya. Tiba-tiba hujan datang dan Jefri langsung mencari tempat untuk berteduh.

Saat Jefri berteduh dia melihat seorang gadis yang baru keluar dari toko buku tempat dia berteduh. Jefri melihat gantungan kunci di yang tidak asing baginya bergelantungan di tas gadis itu. Jefri memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah dan melihat ada nama Mika terukir di tas gadis itu.

Jefri langsung teringat dengan Mika teman masa kecilnya. Jefri ingin sekali menegur gadis itu tapi dia takut kalau dia salah orang. Akhirnya Jefri memutuskan untuk memperhatikan gadis itu dari belakang. Jefri memperhatikan orang-orang yang ikut berteduh sedang menertawakan Mika sambil menunjukkan sesuatu dibelakang Mika. Jefri pun langsung mengikuti apa diperhatikan orang-orang. Melihat ada noda Merah di rok Mika, dengan cepat Jefri melepaskan jaketnya dan memasangkannya di pinggang Mika.

Saat Mika menghampirinya dan mengucapkan kata terimakasih, Jefri pura-pura cuek karena saat ini jantungnya berdetak kencang dan saat Mika masuk kedalam toko buku kembali, Jefri memutuskan untuk pergi. Dia benar-benar sangat gugup saat Mika berdekatan dengannya.

Dua hari sejak pertemuannya dengan Mika yang tidak sengaja, kini mereka bertemu kembali lagi. Jefri tidak menyangka kalau dia satu kampus dengan Mika. Tidak hanya satu kampus saja, tapi mereka juga satu jurusan.

Jefri sengaja tampak sangat cuek dengan Mika, tapi dengan gadis yang lain Jefri mau ngobrol. Sebenarnya Jefri ingin menyembunyikan kegugupannya saat berdekatan dengan Mika. Setiap ada yang menyakiti atau mengejek Mika, diam-diam Jefri memberikan mereka pelajaran.

Diam-diam Jefri juga selalu mengikuti Mika dari belakang, karena Jefri mengikuti Mika dari belakang akhirnya Jefri tahu kalau neneknya Mika sudah meninggal dan kini Mika hanya tinggal sendiri.

Flash Back End

"Kalian kapan kembali ke Jakarta?" tanya Naima yang seperti memiliki rencana.

"Besok sore!" jawab Jefri.

"Kalau begitu, kita pulang bareng saja! Kebetulan besok jadwal kami pulang!" ucap Naima.

Setelah itu Naima diantar Yoga dan Jefri kembali ke hotel.

......................

Keesokan paginya Naima mengetuk kamar Mika, karena mereka harus pergi menemui klien mereka. Tapi Mika tidak kunjung juga membuka pintu kamarnya. Naima pun langsung menghubungi Mika, lagi-lagi Mika tidak juga mengangkat teleponnya.

Pas ketiga kalinya ingin menghubungi Mika, Naima sangat terkejut melihat Mika berjalan dengan lemah. Hal yang paling mengejutkan Naima adalah baju yang dipakai Mika adalah baju yang dipakai Mika semalam.

"Mika..."

Mika langsung menegakkan kepalanya dan terkejut melihat Naima sudah berdiri di depan kamarnya.

"Kamu semalam tidak pulang? Tunggu dulu kenapa wajah mu tampak pucat?" tanya Naima yang sangat kuatir dengan Mika.

"Maaf Bu, semalam saya tidak kabarin ibu kalau saya ke rumah sakit."

"Rumah sakit? Kamu sakit?"

"Saya semalam lupa memberitahu pada pelayannya untuk tidak membuat bawang putih di makanan saya semalam. Saya alergi dengan bawang putih" ucap Mika.

"Astaga! Sekarang kamu bagaimana?"

"Saya sudah baikan Bu."

"Syukurlah, kalau begitu saya sendiri saja yang ketemu dengan klien. Kamu istirahat saja!"

"Tidak, Bu. Saya tetep ikut bertemu dengan klien hari ini, bu"

"Tapi..."

"Saya sudah baikan Bu!" ucap Mika dengan meyakinkan Naima.

Mika tidak ingin tidur-tiduran saja di kamar, karena kalau dia didalam kamar saja dia akan teringat dengan Jefri.

"Baiklah, tapi kalau kamu tidak sanggup kamu harus bicara dengan saya!"

"Baik Bu!"

Mika dan Naima kini di restoran yang ada di hotel tempat mereka menginap untuk bertemu klien mereka.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!