Panik

Naima sangat salut dengan Mika yang tampak profesional untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik padahal kesehatan sedang terganggu.

"Saya sangat bersyukur karena saya tidak salah memilih untuk bekerjasama!" ucap client Naima dan Mika dengan tulus.

"Terimakasih pak Morgan, kami akan memberikan yang terbaik untuk proyek ini..." ucap Naima sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan client mereka. Mika juga ikut berjabat tangan dengan client nya.

"Maaf, nona Mika apa boleh saya bertanya sesuatu. Tapi hal yang pribadi..." tanya Pak Morgan sambil menatap Mika dengan tersenyum.

"Boleh pak..." jawab Mika.

"Apa nona Mika sudah punya pasangan?"

Mendengar pertanyaan dari client nya seperti itu, Mika hanya tersenyum saja. Mika sangat enggan untuk menjawab pertanyaan client nya.

"Tenang saja nona, saya bertanya bukan untuk meminta nona jadi pasangan saya. Saya sangat mencintai istri saya, saya ingin menjodohkan nona Mika dengan putra saya..." jelas pak Morgan karena Mika hanya tersenyum saja.

Saat Morgan memperjelas maksud pertanyaannya, Naima langsung menatap Mika. Naima sangat penasaran apa yang akan dijawab Mika saat ini.

"Maaf pak Morgan, saat ini saya masih fokus dengan karir saya. Saya belum memikirkan untuk mencari pasangan..." jelas Mika.

Apa yang dikatakan Mika saat ini bukan sekedar alasan saja, tapi memang Mika belum ingin mencari pasangan hidup. Apalagi saat ini didalam hatinya masih ada nama Jefri. Di tidak ingin berhubungan dengan orang lain, tapi hatinya tidak.

"Tidak apa-apa nona. Sebenarnya saya sangat kagum dengan nona Mika, masih muda tapi sangat pintar, berbakat dan yang paling penting adalah karakter nona Mika. Saya ingin sekali putra saya memiliki pasangan yang seperti nona."

Mika hanya tersenyum saja mendengar pujian dari client nya. Sedangkan Naima tampak sangat lega karena Mika menolak untuk dijodohkan. Kalau Mika menerima perjodohan ini, Jefri pasti akan susah untuk mendapatkan Mika.

"Kalau begitu saya permisi dulu..." ucap Pak Morgan yang undur diri lebih dulu.

" Sekali lagi Terimakasih, pak Morgan" ucap Naima.

Setelah pak Morgan pergi, Mika langsung kembali duduk dan minum minumannya yang sama sekali belum habis.

"Lebih baik kamu istirahat saja dulu. Saya ada urusan sebentar ke luar. Kamu bisa sendiri naik keatas?" tanya Naima yang semakin kuatir pada Mika, yang mulai tampak sedikit pucat.

"Bisa Bu. Saya bisa sendiri keatas..." ucap Mika.

Dengan sedikit lemah, Mika melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Mika merebahkan tubuhnya. Saat dia memejamkan matanya, dia teringat dengan masa kecil saat dia sakit, ibunya memberinya obat lalu menyanyikan lagu untuk membuat nya tidur.

Mika langsung kembali duduk, lalu masuk ke toilet dan membersihkan wajahnya. Mika bercermin dan melihat wajahnya yang tampak sangat pucat. Mika sebenarnya belum diijinkan dokter untuk pulang, tapi dia tidak ingin lama-lama dirumah sakit. Dia teringat dimana kakek dan neneknya yang meninggal dunia dirumah sakit.

Naima ternyata bertemu dengan Jefri dan Doni dipabrik. Naima sebenarnya ingin mengajak Mika untuk ikut tapi, karena melihat keadaan Mika, Naima meminta Mika untuk istirahat.

Jefri yang dari tadi sibuk dengan ponselnya langsung bangkit berdiri saat mendengar obrolan Doni dan Naima yang mengatakan kalau Mika dirawat di rumah Sakit semalam.

Dengan panik Jefri langsung mengambil kunci mobil yang ada dihadapan Doni. Tanpa bicara Jefri langsung pergi begitu saja.

"Jef, mau kemana?" teriak Doni karena Jefri tampak sangat panik.

Karena kuatir dengan Jefri Naima dan Doni langsung mengejar Jefri. Saat Jefri ingin masuk kedalam mobil, Doni langsung menghentikannya.

"Dia tidak lagi dirumah sakit?" ucap Doni dengan cepat.

Sebenar Doni hanya menebak saja, kalau Jefri pasti ingin melihat keadaan Mika dirumah sakit. Ternyata benar, Jefri yang tadinya ingin masuk kedalam mobil langsung berhenti. Jefri menatap Doni dengan mengerutkan keningnya.

"Dia sudah keluar tadi pagi! Dia sedang istirahat dikamar nya" sambung Naima.

......................

Naima dan Mika saat ini tampak sudah siap-siap untuk pulang ke Jakarta.

"Mi, apa tidak ada lagi barang kamu yang ketinggalan?" tanya Naima saat Mika keluar dari kamarnya dengan membawa kopernya.

"Tidak Bu!"

"Ya sudah, ayok!"

"Bu, saya pesan taksi nya dulu ya..." ucap Mika setelah menyerahkan kunci kamar mereka ke resepsionis hotel.

"Tidak perlu! Kita sudah di tunggu..." ucap Naima dengan tersenyum.

Mika langsung mengikuti Naima dari belakang. Saat mereka keluar dari hotel, Mika sangat terkejut melihat Doni keluar dari dalam mobil yang berhenti di depan hotel.

"Hai, nona Mika..." sapa Doni sambil melambaikan tangannya setelah membukakan pintu mobil untuk Mika dan Naima.

Mika tampak diam saja, dia tampak sangat gugup. Mika tidak menyangka kalau mereka pulang bareng dengan Jefri dan Doni.

"Mika ayok masuk!" ucap Naima karena Mika tampak diam saja, padahal pintu mobilnya sudah dibukakan Doni.

"Ba...ik Bu!" ucap Mika dengan gugup.

"Saya saja nona" ucap Doni saat Mika ingin memasukkan kopernya ke bagasi.

Mika pun langsung memberikan kopernya pada Doni.

"Terimakasih tuan!" ucap Mika.

Setelah itu Mika langsung masuk kedalam dan setelah duduk, Mika melirik ke arah Jefri yang ada duduk di depan. Melihat Jefri diam saja, Mika menghela nafasnya dan langsung memilih mengalihkan pandangannya ke jendela.

"Nona Mika kita ketemu lagi..." sapa Doni setelah masuk kedalam mobil. Mika langsung menatap Doni dengan tersenyum.

"Sudah perhatikan ke depan dan cepat mengemudikan mobilnya!" perintah Naima pada Doni

"Ia nona Naima yang cerewet!"

Naima langsung menjitak kepala Doni karena Doni mengejeknya. Dengan kesal, Doni langsung menghidupkan mesin mobilnya.

Sepanjang perjalanan menuju bandara, Mika selalu saja diam. Setiap Doni bertanya, Mika hanya tersenyum saja dan menjawabnya dengan singkat.

Sesampainya di bandara mereka pun langsung cek in dan setelah itu langsung masuk kedalam pesawat. Saat mencari tempat duduknya, Mika sangat terkejut kalau dia duduk disamping Jefri.

Lagi-lagi yang ada hanya ada kesunyian diantara Mika dan Jefri. Karena tidak tahu ingin apa, Mika memilih mendengarkan musik dan setelah itu Mika memilih memejamkan matanya. Karena saat ini rasa pusing kepalanya kembali lagi.

Saat Mika memejamkan matanya, Jefri yang tadinya sibuk dengan ponselnya, langsung menghentikannya. Ternyata dari tadi Jefri sebenarnya diam-diam memperhatikan gerak-gerik Mika. Jefri menoleh ke samping dan melihat Mika yang masih memejamkan matanya. Jefri dapat melihat wajah pucat dari Mika.

Jefri tidak menyangka kalau dia bisa duduk disamping Mika seperti ini dan melihat wajah cantik alami Mika dengan dekat seperti ini. Saat Mika bergerak, Jefri langsung cepat mengalihkan pandangannya ke depan dan jantungnya saat ini berdebar kencang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!