Sampainya di kediaman Sandra dan Rio, kini mereka sudah berada di ruang tamu rumah bertingkat dua itu.
"Sekarang jelasin semuanya, kenapa kamu bisa berada di mall itu dengan wanita lain, benarkan dia selingkuhan kamu, jawab Mas," ucap Sandra dengan intonasi tinggi.
"Ya kamu benar, dia memang wanitaku, tapi jangan pernah kamu bilang dia selingkuhanku, dan aku sudah mulai sayang sama dia." Ucap Rio membenarkan apa yang dikatakan istri nya karena sudah terlanjur tertangkap basah.
"Tega kamu Mas, aku fikir kamu lelaki baik, beda dengan lelaki diluar sana, kamu berubah, kamu nggak seperti Mas Rio diawal aku menikah sama kamu." Ucap Sandra membanjiri pipi mulusnya itu dengan air mata.
"Aku seperti ini karena kamu, ingat San, kamu yang buat aku untuk cari wanita lain, awalnya aku sudah berusaha sabar dengan semua sikap kamu, pernah kamu perhatikan aku suami kamu, pernah kamu melayani aku ketika aku pulang dari kantor, pernah kamu memperhatikan anak kamu, bahkan tanggung jawab kamu sebagai ibu kamu serahkan ke baby sitter yang kamu pekerjakan tanpa izin ku, pernah kamu berlaku layaknya seorang istri dan ibu untuk anak kita, kalau kamu sadar selama ini akan siapa diri kamu di rumah ini, aku nggak akan pernah melirik wanita manapun." Rio menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya, ia tak bisa menahan perasaan yang ia pendam selama ini.
"Aku jenuh dengan semua sikap kamu San, Aku capek melihat kamu setiap hari keluyuran tanpa memperhatikan keluarga, kamu wanita yang sudah bersuami, dan bahkan sudah menjadi seorang ibu, aku minta kamu untuk berhenti bekerja agar fokus pada keluarga, tapi apa, mana sikap kamu sebagai seorang istri dan ibu untuk anak kita." Ucap Rio menatap sang istri dengan mata yang mulai berembun, sebenarnya ia masih sangat mencintai istri nya itu, akan tetapi, sikap sang istri yang membuat lelaki itu tak lagi memperdulikannya.
"Tapi bukan begini caranya Mas, kamu sudah mengkhianati pernikahan kita, walaupun aku sering keluar bersama teman-temanku, tak pernah sedikitpun aku melirik lelaki selain kamu, aku hanya membutuhkan waktu untuk menerima keadaanku, Aku masih ingin bersenang-senang, kalau bukan karena perjodohan kita, mungkin aku tak akan sefrustasi ini menjalani rumah tangga kita." Sandra sampai terduduk lemah dilantai ruang tamu itu, semakin meluruh air mata itu membanjiri pipinya.
"Karena sekarang semuanya sudah seperti ini, terserah kamu mau apa, yang jelas aku tak akan melepaskan wanita itu, aku sudah terlanjur nyaman dengannya." Ucap Rio sambil memalingkan wajahnya menahan rasa sesak di dada. Sejujurnya dia juga tak tega menyakiti hati sang istri, tapi Ia juga tak bisa terus bertahan dalam biduk rumah tangga yang rasanya tak bisa diperbaiki. Bukannya Tak bisa, hanya saja sang istri yang selama ini tak mau mengerti. Rio meninggalkan Sandra diruang tamu itu, melangkahkan kakinya menuju kamar anak mereka yang masih balita.
***
Menuju seminggu lagi pernikahan Alesha dan Aqiel, segala persiapan pun sudah hampir 90% rampung, undangan pun sudah dicetak, hari ini Alesha berniat menyebarkan undangan pernikahan nya ke sesama rekan mengajar nya.
Sebelum berangkat mengajar, Alesha seperti biasa menyempatkan waktunya untuk sarapan bersama kedua orang tuanya serta kedua adiknya. Mereka makan dengan penuh kenikmatan serta rasa syukur karena selalu diberikan kecukupan oleh Allah SWT setiap harinya. Kini ia telah berada dimeja makan dan menikmati makanan nya.
"Kapan kamu cuti Sha?" Tanya sang ibu melihat ke arah gadis cantik itu.
"InsyaaAllah Rabu depan Bu, hari ini Alesha mau sebar undangan pernikahan untuk teman-teman sesama guru." Ucap Alesha sambil mengunyah makanan nya yang penuh di mulut.
"Habiskan dulu makanan yang ada di mulut kak, tidak baik Loh makan sambil berbicara," ucap adik bungsunya mengingat kan.
"Ia adik kakak yang tampan, terimakasih ya sudah mengingatkan kakak." Ucap Alesha meringis karena ditegur sang adik bungsu. Adik nya hanya menganggukkan kepalanya lalu melanjutkan memakan sarapannya hingga habis tak bersisa.
Setelah semuanya menyelesaikan sarapan paginya, Alesha seperti biasa membantu sang Ibu membereskan piring kotor bekas sarapan serta mencucinya, setelah itu ia berangkat menuju tempat ia mengajar menggunakan unggas besinya seperti biasa.
"Kak berangkat sekarang?" Tanya Arfa adik pertamanya.
"Iya, kenapa Fa?" Tanya Alesha sambil memasang kaos kaki dan sepatu nya.
"Arfa nebeng ya hari ini, motor Arfa ban nya kempes, seperti nya bocor deh, nggak sempat kalau harus dibawa ke bengkel dulu, Arfa ada janji untuk bimbingan pagi ini sama pembimbing Arfa." Ucap Arfa menjelaskan.
"Yaudah ayok kakak antar ke kampus, sekalian antar Alfa." Ucap Alesha sambil berlalu dari hadapan sang adik untuk mengambil tas serta kunci mobil miliknya dikamar serba berwarna putih itu.
"Yok dek, kamu udah siap? Hari ini kamu kakak yang antar, karena mobil Abang Arfa ban nya kempes, ntar telat." Ucap Alesha kepada sibungsu.
"Yyee,, hari ini kakak yang antar," ucap Alfa kegirangan sambil lompat-lompat.
"Biasa aja kali, girang benar, emang diantar Abang gak senang," tanya Arfa kepada adik satu-satunya itu.
"Ya senang, cuma lebih senang kalau diantar sama kak Alesha," ucap Alfa dengan polosnya.
"Memang apa bedanya, sama-sama diantar kan." Ucap Arfa.
"Ya beda, kalau sama kakak naik mobil, jadi gak kena polusi, kalau sama Abang naik motor , bising lagi bunyi motor Abang."ucap Alfa sambil menunjuk telinga nya karena suara motor Arfa yang memekakkan telinga.
"Namanya juga lelaki, kamu belum paham, lelaki itu kalau pakai motor lebih cool." Ucap Arfa mendebat sang adik.
"Pokoknya Alfa lebih senang naik mobil sama kak Alesha, titik." Ucap Alfa tak mau kalah.
"Kalau....!" Alesha memotong perbincangan kedua adiknya, sehingga Arfa menggantung ucapannya.
"Sudah dong, kok malah ribut sih, ayo buruan, ntar telat, kakak juga bisa telat kalau kalian ribut terus." Ucap Alesha sambil melihat kearah kedua adiknya secara bergantian.
"Ayah, Ibu, Alesha sama adik-adik berangkat dulu ya." Pamit Alesha sambil mencium tangan Ayah dan Ibunya penuh takzim, begitupun dengan kedua adiknya.
"Assalamu'alaikum." Ucap Alesha, Arfa dan Alfa secara bersamaan.
"Wa'alaikumsalam," ucap Ayah dan Ibu bersamaan.
Berangkatlah kendaraan roda empat milik Alesha meninggalkan pelataran rumah Pak Anggara menuju ketempat ia mengajar, dan sekolah Alfa serta kampus Arfa.
***
Assalamu'alaikum bestie, tumben Lo hampir telat, biasanya paling cepat datang daripada guru-guru yang lain." Ucap Alena kepada sahabatnya itu.
"Wa'alaikumsalam besti, Iya tadi harus anterin Alfa sama Arfa dulu, soalnya motor Arfa bannya bocor.
"Oh gitu, syukur deh gue kira ada apa-apa dijalan. Btw Sha, gimana persiapan pernikahan Lo? Tanya Alena sambil berbisik ditelinga sang sahabat.
"Alhamdulillah sudah 90% Na, tinggal 10% lagi persiapan nya, surat-surat juga sudah diurus di KUA. Ucap Alesha mantap.
"Alhamdulillah, semoga selalu dilancarkan ya Sha," ucap Alena tulus.
"Aamiin Allahumma Aamiin," ucap Alesha.
"Lo juga, kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk Kabari gue, gue akan selalu siap untuk bantuin bestie ku tersayang." Ucap Alena sambil menepuk-nepuk dadanya.
"Siap bosku, Kamu akan selalu aku repotkan kedepannya," ucap Alesha memberikan tanda hormat sambil terkekeh. Alena pun tak kalah terkekeh, dia tertawa cukup besar hingga mengundang perhatian para guru disekitar.
"Hhheemm....!! Ada apa ni Bu Alena sama Miss Alesha, seperti nya bahagia benar." Ucap salah satu guru.
"Iya, saya lihat udah beberapa minggu belakangan ini, Miss Alesha auranya pun berbeda." Ucap salah satu guru yang lain.
"Kebetulan bapak-bapak sama Ibu-ibu sudah pada datang, saya mau membagikan undangan," ucap Alesha dengan tenang.
"Undangan apa Miss?" Tanya Danar tiba-tiba. Ia baru datang dan memasuki ruang guru, di saat Alesha ingin menjawab pertanyaan para guru, tiba-tiba bel pelajaran pun berbunyi.
"Yaah, nanti saja kalau begitu ya bapak-bapak dan ibu-ibu, soalnya sudah bell masuk kelas. Kasian anak-anak kalau menunggu kita terlalu lama." Ucap Alesha menyudahi perkumpulan diruang guru itu. Semua guru pun masuk ke kelas masing-masing di mana kelas mereka mengajar.
Disaat Alesha akan melangkahkan kakinya ke kelas XII IPA 2, ya pagi ini Alesha mengajar di kelas itu. Suara Danar menghentikan langkah kakinya.
"Maaf Miss Alesha, tunggu sebentar," ucap Danar ketika para guru sudah pada mulai meninggalkan ruangan.
"Ya, ada pak?" Tanya Alesha tanpa melihat ke arah Danar.
"Belakangan ini Miss Alesha sibuk sekali, setiap saya ajak Miss Alesha keluar, Miss selalu bilang nggak ada waktu, bisakah nanti di jam istirahat kita ngobrol, ada yang mau saya sampaikan kepada Miss Alesha." Ucap Danar tidak mau lagi buang-buang waktu. Ya, belakangan ini Danar selalu mencari kesempatan agar bisa mengungkapkan perasaannya kepada gadis cantik berlesung pipi itu, namun Alesha selalu saja menghindar. Bukannya tidak mau menghargai, tetapi Alesha tidak ingin pergi dengan lelaki yang bukan halal baginya apalagi saat ini ia sudah dilamar dan akan melangsung kan pernikahan.
"Insyaa Allah pak, ini sudah masuk jam mengajar, kalau begitu saya duluan ya pak," ucap Alesha tak enak hati, lagi-lagi ia menghindari lelaki yang berusaha mendekati nya itu. Alesha melangkahkan kakinya ke ruang kelas yang akan ia ajar, meninggalkan Danar di ruangan itu. Dia hanya termenung karena lagi Dan lagi permintaannya ditolak oleh Alesha.
"Hhhuufffttt...!!" Danar menghembuskan nafas nya kasar.
"Pokoknya nanti gue harus bisa ngomong berdua sama Miss Alesha, gue nggak bisa lagi menahan perasaan gue," ucap Danar bergumam kepada dirinya sendiri.
***
Saat jam istirahat tiba, Alena mengumpulkan para guru sebelum mereka melakukan aktivitas makan siang mereka.
"Tunggu sebentar ya bapak-bapak dan ibu-ibu, Miss Alesha ingin menyampaikan sesuatu," ucap Alena sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Alesha. Para guru berkumpul, termasuk Danar, Sandra, Dona dan Lisa.
"Terimakasih bapak-bapak dan ibu-ibu untuk waktunya, Saya ingin memberikan undangan pernikahan, semoga bapak-bapak dan ibu-ibu semua bisa hadir di pernikahan saya, Insyaa Allah akan dilangsungkan minggu depan. Ucap Alesha tersenyum.
Deg!
Danar yang mendengar perkataan Alesha jantung nya bertalu-talu, rasanya ia baru saja dihempaskan di permukaan bumi yang terdalam.
"Pernikahan? Maksudnya Miss Alesha akan menikah? Tanya Danar masih belum percaya.
"InsyaaAllah pak, mohon do'a nya pak." Ucap Alesha tanpa melihat kearah Danar.
Danar tak dapat berkata lagi, ia hanya tersenyum simpul, menahan rasa sesak di dada, apa ini, belum berjuang sudah harus mengakhiri, Mungkin ini alasan Alesha selama ini menolak ajakannya, mungkin itu yang difikirkan oleh Danar saat ini.
"MasyaaAllah selamat ya Miss Alesha, semoga dilancarkan pernikahan nya," ucap salah satu guru wanita yang ada disitu.
"Semoga sakinah mawadah warahmah, till Jannah ya Miss Alesha," ucap guru yang lain.
Para rekan guru semuanya mendoakan serta memberi selamat kepada gadis cantik berlesung pipi dengan bulu mata yang panjang serta lentik itu. Alesha dibantu Alena untuk membagikan undangan pernikahan.
"Tumben Miss Sandra tidak ikutan berbicara, nggak mau kasih selamat buat Miss Alesha" ucap Alena heran biasanya Sandra sering kali menyudutkan Alesha, begitupun dengan dua temannya, tapi sudah 3 Minggu belakangan ini ia lebih banyak diam, tidak seperti biasanya. Ya bagaimana bisa baik-baik saja, apalagi merecoki Alesha seperti biasanya, sedangkan rumah tangganya saja sekarang sedang tidak baik-baik saja.
"Selamat ya Miss Alesha, saya turut senang, semoga calon suami Miss Alesha lelaki yang setia," ucap Sandra dengan tatapan yang tak bisa dibaca. Dua temannya yang paham akan keadaan Sandra saat ini hanya bisa diam, kini mereka pun tidak lagi mengganggu Alesha seperti biasanya.
"Terimakasih Miss, InsyaaAllah, Aamiin Allahumma Aamiin" ucap Alesha tenang dan tersenyum tulus serta mengaminkan do'a Sandra.
"Selamat ya Miss Alesha, lelaki itu cukup beruntung,"ucap Danar tersenyum simpul. Ia menahan rasa sesak yang ada di dada, saat mengucapkan selamat kepada wanita yang selama ini ia kagumi, wanita yang ia harapkan untuk jadi kekasih nya, akan tetapi wanita yang diharapkan tak pernah melihat ke arahnya.
"Terimakasih pak Danar," ucap Alesha.
Akhirnya semua undangan telah dibagikan, termasuk kepada staf yang ada di sekolah, pemilik sekolah pun mendapatkan undangan.
"Alhamdulillah, akhirnya undangan sudah dibagikan, terimakasih ya Na kamu selalu aja bantuin aku," ucap Alesha menatap sepasang netra sahabatnya itu.
"Lo mah sama gue seperti sama orang lain aja, nggak perlu bilang terima kasih lho besti, selama ini kan kalau aku ada apa-apa kamu juga selalu ada buat aku. Jadi selagi aku bisa dan mampu aku juga akan melakukan hal yang sama sama kamu, karena kamu orang baik, kamu pantas berada di lingkungan yang baik dan dipertemukan dengan orang-orang yang baik." Ucap Alena tulus.
"MasyaaAllah bestie, jangan bikin aku terharu dong, kamu juga ya Na," ucap Alesha mulai haru biru.
"Pokoknya Lo harus selalu bahagia, titik." Ucap Alena terkekeh.
"Iya aku akan selalu bahagia, dan kamu juga harus begitu." Ucap Alesha tak mau kalah.
"Apa sih, kok kita malah bahas kayak gini," ucap Alena, akhirnya mereka berdua sama-sama tertawa, entah apa yang mereka tertawakan, pastinya kalau sudah berdua ada saja pembahasan yang membuat mereka tertawa tidak jelas.
.
.
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Ainun Humaira
Paling nanti rio dapat karmanya.
2023-09-25
2
Gagah Gue
Suami yang tak pernah dengan satu istri. sudah lupakan saja rio San. walaupun agak kesal dengan sandra, tetapi kasian😔
2023-09-25
1
Wawa Sese
Kesal sama suami Rio, paling ntar nyesal karena sudah selingkuh dari sandra. Mau kesal sama sandra karena punya mulut kemes, tapi kasian juga diselingkuhin🤨
2023-09-22
3