Selang sepuluh menit antara Alesha dan Aqiel hanya ada keheningan. Hingga Aqiel berdeham untuk memulai pembicaraan.
"Heem...!!!" Alesha melirik sekilas, lalu mengalihkan pandangannya.
"Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu Sha, pasti kamu dan keluarga bingung saat ini, kenapa aku dan keluarga tiba-tiba datang untuk melamar kamu tanpa pemberitahuan sebelumnya." Tutur Aqiel sembari melirik ke arah Alesha sepersekian detik, namun ia segera mengalihkan pandangannya, karena tak baik berlama-lama memandang yang bukan mahramnya.
Alesha hanya menganggukkan kepalanya tanpa melihat ke arah Aqiel, dia hanya memandang lurus ke depan memperhatikan bunga-bunga yang ada di sekitar taman.
"Sejujurnya, aku telah lama mengagumi kamu Sha, sejak awal kita berada di bangku SMA." pikiran Aqiel mulai menerawang dimana awal pertemuan nya dengan gadis cantik yang tak jauh duduk darinya saat ini, ia mulai menceritakan awal mula dia mengagumi gadis cantik itu. Dan jangan lupa, mereka tak berdua disana, Ada sepupu Aqiel bernama Laura tak jauh duduk dari mereka.
"Sejak pertama kali aku melihat gadis cantik dengan hijab yang panjang berbeda dengan gadis-gadis lainnya, dengan senyuman manis berlesung pipi, hati aku berdebar tak karuan. Awalnya aku hanya mengabaikan perasaan itu, namun hampir setiap hari kita bertemu walaupun hanya sekedar bertegur sapa, rasa itu semakin dalam saja, rasa yang tak pernah aku rasakan selama ini, Entahlah, Aku pun tak pernah berpikir akan memiliki rasa yang sedalam ini pada gadis yang selalu berdiam diri di sudut perpustakaan." Sesekali Aqiel menarik nafasnya dalam, lalu melanjutkan pembicaraannya sembari mengingat memori masa lalu itu.
"Tapi aku tahu, aku hanyalah seorang anak SMA, yang baru beranjak remaja, tak pantas rasanya jika aku mengungkapkan rasa. Karena aku tahu dalam Islam tak ada yang namanya pacaran, apalagi memikirkan untuk dekat dengan gadis soleha seperti kamu, aku yakin kamu tak akan suka, jika tahu ada lelaki remaja yang mengagumi sosok gadis seperti kamu."Aqiel menundukkan kepalanya, lalu melanjutkan ceritanya.
"Hingga kita lulus SMA, dan aku diterima di universitas yang berbeda denganmu, Aku berusaha memendam rasa ini, menguburnya dalam-dalam, aku selalu memohon dan meminta kepada Yang Maha Kuasa, jika rasa ini hanya sementara, maka biarkan ia melebur tanpa meninggalkan jejaknya. Namun, walaupun aku jarang bertemu denganmu dan berusaha mengubur perasaanku, bayang-bayang wajah itu selalu hadir di pikiran serta pelupuk mata. Ingin rasanya aku mengungkapkan rasa, berlari ke hadapanmu, memintamu kepada kedua orang tuamu, untuk ku jadikan istri ku, tapi aku sadar saat itu, aku belum mempunyai apa-apa, dan tak mungkin aku hanya bergantung kepada kedua orang tuaku, hingga saat di mana aku lulus dari universitas, Aku diminta oleh kedua orang tuaku untuk membantu perusahaannya yang ada di Korea, aku tak tahu di saat itu harus melakukan apa, yang kutahu pastinya aku akan lama di negeri ginseng sana. Ya, ternyata memang benar, 5 tahun lamanya aku berada di Korea, tanpa tahu lagi bagaimana kabar kamu, apakah kamu sudah ada tempat pelabuhan yang akan selalu kamu singgahi, atau tempat ternyaman kamu.
Di setiap sepertiga malamku, aku selalu berdoa, memohon kepada sang pencipta, jika memang kamu adalah takdir hidupku, maka pertemukan aku kembali denganmu, agar dipersatukan di mahligai Cinta. Sehari pun tak pernah putus doaku, ku langit kan do'a-do'aku di setiap sepertiga malamku, aku hanya yakin dan pasrah kepada Yang Maha Kuasa. Jika kamu memang jodohku, maka Allah akan mempermudah jalannya.
Hingga di saat aku harus kembali ke Indonesia karena urusan pekerjaan ku, di saat itu pula aku mulai meyakinkan diriku, untuk bertemu kembali denganmu, mencari tahu segala tentangmu, hingga akhirnya aku mengetahui bahwa kamu belum ada yang memiliki. Di saat itulah aku meminta izin kepadamu, untuk bertemu kedua orang tuamu. Serta meminta restu kedua orang tuaku, agar aku bisa bersatu denganmu. Alhamdulillah semuanya dilancarkan oleh Allah SWT, tanpa ada kendala hingga kedua keluarga kita duduk bersama di satu atap saat ini. Di ujung cerita Aqiel menampakkan senyum manisnya, menghirup dalam-dalam nafasnya serta menghembuskan nya kembali, merasakan kelegaan karena akhirnya ia bisa mengungkapkan semua rasa yang ia pendam selama ini.
Alesha yang sedari tadi hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Aqiel tanpa memotong apa yang dikatakan oleh lelaki itu, mencerna setiap apa yang disampaikan oleh lelaki tampan itu, merasakan haru yang luar biasa, entah dia harus bahagia dan bersyukur bagaimana, betapa Ia di cintai selama ini, yang pasti tak dapat diucapkan dengan kata. Jatuhlah buliran-buliran bening itu membasahi pipi mulus miliknya.
"Maaf,," ucap Alesha. Ia segera menghapus buliran-buliran bening itu dengan jari-jari lentiknya.
"Aqiel yang melihat gadis cantik itu mengeluarkan air mata, rasanya ia ingin menghapus buliran-buliran bening itu dari pipi mulusnya gadis cantik itu, namun itu tak mungkin karena ia bukanlah mahramnya.
"Aku nggak tahu apa kamu akan percaya atau tidak dengan semua ungkapan perasaan aku saat ini, tapi satu yang perlu kamu tahu, aku akan memperlakukan kamu dengan sebaik-baiknya, hanya menjadikan kamu ratuku satu-satunya hingga akhir hayat hidupku." Ucap Aqiel jujur serta tulus.
Entah rasa apa yang kini dirasakan oleh Alesha, yang jelas debaran di dadanya sekarang semakin berdebar saja, rasanya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan menghiasi relung hatinya yang terdalam. Selama ini ia menutup hatinya, kepada siapapun lelaki yang ingin mendekatinya. Mungkin, karena doa lelaki tampan ini yang begitu besar dan tiada hentinya memohon dan meminta kepada Yang Maha Kuasa agar dipersatukan dengan dirinya, hingga menembus langit ketujuh, hingga tak ada satupun lelaki yang bisa meluluhkan hatinya, kecuali dia.
"Terimakasih, terimakasih selama ini kamu sudah mencintai aku begitu dalam, tapi jangan terlalu mencintaiku melebihi-Nya, aku tak secantik Siti Fatimah, tidak secerdas Siti Aisyah, dan tidak semulia Bunda Khadijah. Begitu banyak kekurangan yang aku miliki, tapi aku bersyukur karena dicintai oleh lelaki baik seperti kamu. Apakah aku boleh percaya?" Ucap Alesha berbicara dengan menahan debaran yang ada di dada.
Sebenarnya Aqiel tak kalah berdebar saat ini, dimana awal ia mengungkapkan semua perasaan nya, di saat itu pula debaran di dadanya semakin kencang saja.
"Kamu tak perlu percaya dengan semua yang aku ungkapkan, tapi aku yang akan meyakinkan kamu dengan caraku." Ucap Aqiel yakin.
Alesha hanya menundukkan pandangannya, terbitlah senyuman itu dari baris bibir tipisnya . Lagi-lagi rasa dihatinya bagaikan taman yang dipenuhi dengan kupu-kupu yang berterbangan menghinggapi bunga-bunga indah nan cantik yang kini bermekaran.
"Apa ada yang mau kamu tanyakan lagi, untuk meyakinkan kamu, agar kamu menerima lamaranku?" Tanya Aqiel.
"Tidak, semua cukup jelas, sekali lagi terimakasih." Ucap Alesha tersenyum tanpa memandang lelaki tampan itu.
"Berarti kamu menerima lamaran ku?" Tanya Aqiel sekali lagi meyakinkan dirinya.
Alesha menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar menampakan barisan giginya yang rapi serta lesung pipinya yang dalam.
"Aqiel yang melihat respon Alesha betapa tak bisa menahan rasa bahagianya. Terbit pula lah senyuman nya yang menawan, ingin rasanya iya melompat kegirangan, berteriak dan mengatakan kepada seluruh orang bahwa sebentar lagi gadis impiannya akan menjadi miliknya seutuhnya, jika saat ini di hadapannya tidak ada gadis impiannya itu.
"Sekali lagi terimakasih sudah mau menerima aku Sha, aku akan jadi lelaki yang paling bahagia saat ini." Ucap Aqiel bahagia.
Laura yang melihat Alesha dan Aqiel seperti sudah menyelesaikan obrolan nya segera menghampiri mereka.
"Sudah selesai?" Tanya Laura kepada dua pasang lelaki dan wanita muda itu.
"Sudah kak, terimakasih sudah menunggu, dan maaf jika terlalu lama kakak menunggu kami berbicara" ucap Alesha tulus.
"No, kamu jangan berterimakasih kepada ku, justru aku yang harus berterimakasih sama kamu, karena ada juga wanita yang bisa mengambil hatinya, aku pikir dia tidak akan menikah seumur hidupnya hingga jadi perjaka tua." Ucap Laura terkekeh.
Aqiel yang dibicarakan hanya memasang muka masam menatap tajam kakak sepupu nya itu. sedangkan Alesha hanya menahan senyum nya.
"Yuk kak masuk,"ucap Alesha.
"Kak Laura aja ni yang diajak, aku gak disuruh masuk?" Tanya Aqiel bercanda.
"Kamu mah gak perlu disuruh, tanpa disuruh pun kamu pasti masuk," seloroh Laura terkekeh. Aqiel hanya mencebikkan bibirnya.
Berjalan lah dua wanita cantik itu menuju ruang tamu dimana dua keluarga yang sedang berkumpul tadi berada, di ikuti oleh lelaki tampan itu dari belakang melangkahkan kakinya.
***
Saat ini Alesha dan Aqiel sudah berada diruang tamu bersama keluarganya begitu juga dengan Laura, iya juga sudah duduk berkumpul dengan keluarga nya. Obrolan-obrolan kecil terdengar di setiap sudut rumah nya. Hingga Ayah Anggara memulai pembicaraan serius ini.
"Bagaimana nak?" Tanya Ayah Anggara kepada anak gadis nya itu, Alesha yang ditanya hanya mengangguk dan tersenyum menampakkan lesung pipi nya yang dalam.
"Bagaimana sayang, apakah lamaran anak Tante diterima?" Tanya Mama Selly menunggu jawaban Alesha, begitupun dengan semua keluarga menanti jawaban dari gadis cantik itu.
"Bismillahirrahmanirrahim,, saya menerima lamaran dari Aqiel anak Tante," ucap Alesha dengan pasti.
"Alhamdulillah..." Jawab semua dari dua keluarga. Terutama Aqiel yang menjawab dengan semangat serta mengeluarkan suara paling besar, hingga membuat semua orang yang ada di ruangan itu pun tertawa.
Dapat dilihat kini kedua keluarga sangat bahagia dengan momen saat ini, terutama kedua orang tua Alesha, yang selama ini berharap anak tercintanya segera dilamar oleh lelaki baik, namun Allah SWT memberikan lebih untuk anaknya itu, tak hanya mendapatkan calon menantu yang baik serta tampan, akan tetapi juga diberikan calon besan yang sepertinya juga sangat baik serta keluarga yang sangat hangat.
Walaupun mereka baru saja bertemu dan mengenal satu sama lain, namun dapat dilihat keluarga dari Aqiel adalah keluarga yang baik dan hangat, terlihat bagaimana interaksi mereka dengan keluarga Alesha. Mereka hanya ingin anak gadisnya kelak jika menikah begitu dicintai dengan tulus oleh calon menantunya serta keluarga calon besan nya.
Tak perlu lagi memikirkan pertanyaan para tetangga, tak perlu lagi menahan setiap sindiran-sindiran orang-orang di sekitar mereka tentang anak gadisnya itu, sebentar lagi tak akan ada yang julit kepada anaknya Alesha karena di umurnya yang telah menginjak 27 tahun belum juga berumah tangga. Cukup diam, dan Allah yang akan membalasnya, begitu yang selama ini dikatakan Alesha kepada kedua orang tuanya.
"Sayang, kamu mau mahar apa dari anak Tante?" Tanya Mama Selly tulus.
"Sedikasih nya saja Tante, yang pasti tidak memberatkan Aqiel dan keluarga," ucap Alesha tersenyum tulus.
"MasyaaAllah, selain cantik dan sopan, kamu juga wanita Sholehah sayang, Tante beruntung punya calon menantu seperti kamu," ucap Mama Selly tulus.
"Terimakasih Tante," ucap Alesha tersenyum.
Kedua keluarga melanjutkan pembicaraan mengenai kapan akan diadakan akad pernikahan sekaligus resepsi pernikahan kedua anak muda itu. Setelah mendapatkan keputusan kapan akan dilaksanakan acara pernikahannya serta di mana acaranya, mereka lanjut makan bersama di rumah sederhana milik Pak Anggara.
"Alhamdulillah pembahasan tentang acara anak-anak kita telah selesai, semoga dimudahkan serta dilancarkan untuk acara kedua anak kita," ucap Papa Roy.
"Aamiin Allahumma Aamiin," ucap semuanya.
Ya, pernikahan Alesha dan Anggara akan dilaksanakan satu bulan lagi, bukannya ingin terburu-buru, tapi alangkah eloknya jika niat baik tak baik ditunda.
Akhirnya sekarang kedua keluarga lanjut makan bersama, dengan makanan seadanya, karena Aqiel dan keluarga datang tiba-tiba tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu, untung saja Ibu Alice sempat memesan catering langganan sewaktu keluarga Aqiel datang. Disaat pembicaraan selesai, catering pun datang. Ibu Elis dibantu oleh Alesha menyiapkan makanan, mereka makan dengan lahap serta penuh kenikmatan. Dua keluarga itu seperti sudah lama mengenal. Ruangan dipenuhi dengan gelak tawa serta canda dua keluarga.
Hingga makan bersama selesai, keluarga Aqiel pun pamit pulang, Alesha dan kedua orang tuanya serta dua adiknya mengantarkan mereka hingga ke halaman rumah.
"Terimakasih Lo Bu jamuan nya, nanti untuk persiapan anak kita, kita persiapkan bersama ya Bu," ucap Mama Selly saat tiba di teras rumah Alesha.
"Bukan apa-apa Bu, InsyaaAllah saya siap Bu, kabari saya saja." Ucap Ibu Alice tulus.
"Sayang kamu jangan capek-capek ya, jangan terlalu dipikirkan untuk acara, biar Mama yang siap kan, kamu sama Aqiel tinggal terima beres," ucap Mama Selly.
"Terimakasih Tante, Alesha tak bisa berkata-kata," ucap Alesha.
"No, jangan panggil Tante, panggil Mama, sekarang Mama juga Mama kamu, karena kamu sudah menerima lamaran anak Mama." Tutur Mama Selly. Interaksi Alesha dan Calon mertua nya itu tak lepas dari pandangan semua keluarga.
"Baik Tante, eh Mama," ucap Selly tergagap.
"Yasudah kalau begitu kami pamit ya Bu Alice, Pak Anggara, Alesha dan keluarga, ucap Papa Roy.
Mereka semua melangkahkan kaki untuk masuk ke mobil mereka masing-masing, berangkatlah ketiga mobil itu dari pelataran rumah Pak Anggara, sehingga tak terlihat lagi oleh netra Alesha dan keluarga.
.
.
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Gagah Gue
Alhamdulillah diterima sama alesha😊
yuk bisa yuk sampai halal😘
2023-09-22
2
Wawa Sese
Masyaa Allah sekali Aqiel ini, Semoga Aqiel benar-benar jadi suami pilihan terbaik untuk alesha☺️☺️☺️
2023-09-22
5
Sitingasmi
lanjut...!
2023-09-07
2