BAB 16

Resti terbangun dari tidurnya dengan merasakan sakit pada tubuh dan bagian intimnya, ia juga sakit hati kepada kekasihnya itu

" Sial kalian semua akan aku balas kalian satu persatu arrgghh" ucap Resti

Setelah puas dengan tubuh Resti semua laki laki itu pergi meninggalkan Resti sendiri, tak lupa mereka meninggalkan sebuah ponsel yang berisi vidio semalam

Didalam vidio tersebut Resti begitu menikmati permainan yang mereka berikan, satu persatu laki laki itu bergantian memuaskan hasratnya.

Resti segera pergi ke kamar mandi untuk menghilangkan bekas cairan semalam, ia takut jika dirinya nanti hamil dan ia tak tau harus meminta tanggung jawab siapa.

***

Setelah kemarin Rian dan Laras melakukan tes DNA, dan hasilnya pun menunjukkan positif.

Mereka adalah anak kandung dari Fransiska, kini kebahagiaan Fransiska lengkap.

Ia mempunyai suami yang sangat sayang kepada dirinya, anak tiri yang juga sangat perduli dan sekarang kedatangan kedua anak kandungnya yang sudah terpisah sejak lama.

Namun Laras masih memikirkan Erlangga, bagaimana tidak Erlangga adalah cinta pertamanya dan selama mereka menikah tak pernah Erlangga berlaku kasar kepada dirinya.

" Woy ngapain disini " ucap Rian mengejutkan Laras

" Duduk lah ga liat " jawab Laras

" Mikirin apa sih, Erlangga..? Ngapain di pikirin coba, oiya soal kasus kemarin Bang Jeri bilang udah siap buat bawa ke hukum "

" Hmm atur aja Ian "

" Ras ayolah cerita, apa kamu ga bahagia sekarang "

" Engga tau Ian, kayak ngerasa beda aja "

" Kamu rindu sama Nathan dan Naya..? Mau aku antar..? "

" Serius kamu Ian..? " wajah Laras berubah menjadi gembira

" Iyah serius, ayo siap siap "

" Iyaah aku akan segera siap siap "

Dengan segera Laras pergi ke kamar dan berganti pakaian, tak lupa ia juga memberikan sentuhan pada wajahnya.

" Duh aku jadi degdegan gini " gumam Laras dengan raut wajah yang bahagia

Setelah selesai bersiap Laras dengan cepat berlari kebawah dengan gembira.

" Laras hati hati nak " ucap Fransiska

" Mah Rian Mana ..? " tanya Laras mencari saudara nya

" Apaa, udah rapih..? " tanya Rian dari arah dapur

" Udah nih "

" Kalian mau kemana..? " tanya Fransiska

" Mau ketemu Nathan dan Naya Mah, tapi mamah ga perlu khawatir Rian akan menjaga Laras "

" Yaudah sana hati hati yah "

" Iyah Mah, dadah "

Laras dan Rian segera pergi, Laras sudah tak sabar ingin kembali bertemu dengan kedua anak tirinya itu.

****

Sudah beberapa hari Erlangga tidak datang ke kantor, begitu juga dengan Naya dan Nathan yang enggan kesekolah.

" Ayo kalian makan yuk " bujuk Erlangga yang sejak kemarin anak anaknya menolak makan

" Engga Pah maunya sama Bundaaa " jawab Nathan

" Iyah Naya juga maunya sama Bunda, Naya mau minta maaf sama Bunda karena Naya udah jahat sama Bunda "

Kepala Erlangga menjadi sakit akibat kedua anaknya, bukan hanya mereka yang kehilangan Laras.

" Yaudah kalau kalian makan pasti nanti Bunda datang kesini " ucap Erlangga yang tak henti hentinya membujuk

" Bohong " jawab keduanya bersamaan

" Beneran Bunda pasti kesini " ucap Erlangga yang terus membujuk

Ting Nong.. Ting Nong

Bunyi bel dirumah Erlangga terus berbunyi.

" Papah buka pintu dulu kalian disini diam "

Kedua anak itu mengangguk pelan menuruti ucapan sang ayah.

" Yaa tunggu " ucap Erlangga

Erlangga langsung membuka pintu rumahnya, raut wajahnya yang kusut berubah menjadi bahagia.

" Laras kamu.." Erlangga tak dapat menahan rasa bahagianya ia langsung memeluk tubuh Laras

" Eehh apa apaan ini peluk peluk, lepas lepas kesini itu mau ketemu Nathan dan Naya " Rian mencoba melepaskan keduanya

" Ian " Laras mencoba memberikan kode dan akhirnya Rian pun berhenti

" Ayo sayang kita masuk, pasti anak anak sangat bahagia melihat kamu disini " Erlangga langsung menarik pelan tangan Laras sedangkan Rian lagi lagi ia menjadi nyamuk.

" Naya.. Nathan " sapa Rian seperti biasanya

" Om iaan " kedua anak itu langsung berlari memeluk Rian

" Kalian kangen ga sama Om "

" Kangen banget Om Ian, om Ian kemana aja sih " ucap Naya dengan manja

" Lebih kangen sama om Ian atau sama Bunda " ucap Laras yang sejak tadi mengumpat di belakang Erlangga

" Bundaa " kedua anak itu berpindah dari Rian ke arah Laras

" Anak anak bunda " Laras memeluk kedua anak tirinya itu

" Bunda kemana aja, Nathan kangen banget sama Bunda "

" Iyah Bunda, Naya juga. Bunda Naya minta maaf yah udah jahat sama Bunda, Naya janji ga akan jahat lagi sama Bunda "

Laras tersenyum bahagia melihat keduanya baik baik saja.

" Bunda ga marah sama Naya sayang, ayo kita duduk "

Kedua tangan Laras di tuntun oleh Naya dan Nathan, sedangkan Erlangga kembali lagi harus mengalah kepada dua anaknya.

" Benar kan yang Ayah bilang, Bunda pulang sekarang kalian makan yah " ucap Erlangga

" Tapi maunya di suapin Bunda " ucap Naya dengan menatap Laras

" Sini sama Om Ian aja, biar Bunda sama Papah dulu " ucap Rian yang mencoba memberikan ruang kepada Laras dan Erlangga

" Hmm yaudah deh, tapi Bunda jangan pergi yah " ucap Nathan

" Iyah sayang engga ko "

Rian mengajak Naya dan Nathan ke taman belakang, sedangkan Laras kini hanya berdua dengan Erlangga.

" Kamu nyuruh anak anak makan, apa kamu sendiri udah makan mas..? " tanya Laras, ia melihat tubuh Erlangga yang kurus

" Nanti aja sayang, aku masih ingin disini disamping kamu mumpung ga ada anak anak" jawab Erlangga

" Yaudah sini aku suapin, mana makanannya "

Laras berjalan menuju kearah dapur, dan menyendoki nasi di piring.

" Memang Resti tak merawat kamu mas semenjak aku pergi " ucap Laras datang dengan sepiring makanan

" Aku sudah tak bertemu dengan Resti "

" Masa..? Kamu kan bucin banget sama dia "

" Laras aku ga ada perasaan sama dia sungguh "

" Terus Mas ada perasaan sama aku..? "

Erlangga terdiam ia sendiri tak tau perasaan apa yang ia rasakan sekarang, namun yang pasti ia tak ingin Laras pergi dari dirinya.

" Aku sudah tau jawabannya pasti ga ada kan " ucap Laras sambil menyuapi Erlangga

Erlangga menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Laras.

" Awku ga biwlang begitu " ucap Erlangga dengan mulut yang penuh

" Makan dulu baru ngomong"

" Aku ga bilang gitu Laras, aku cuma tak tau dengan perasaan aku "

" Emang gimana perasaan kamu ke aku..? "

" Aku takut kehilangan kamu, aku gamau jauh dari kamu " jawab Erlangga

" Terus apa lagi..? " tanya Laras sambil menyuapi Erlangga kembali

Erlangga memilih untuk mengunyah makanannya dulu, setelah itu ia langsung menjawab

" Ya Pokonya gitu sayang, please jangan pergi yah "

" Sekarang itu kamu bukan cuma meyakinkan aku Mas, aku sekarang punya keluarga yang juga harus kamu yakinkan "

" Iyah aku akan meyakinkan mereka, tapi kamu percaya kan sama aku..? "

Laras mengangkat kedua bahunya, ia sudah tak ingin mudah percaya kepada Erlangga.

Erlangga mengambil piring dari tangan Laras dan meletakkannya di piring

" Ras kamu masih cinta kan sama aku " tanya Erlangga dengan tangan yang memegang wajah Laras

" Mas kamu tau, kamu itu cinta pertama aku mas " jawab Laras dengan sendu

" Kasih aku kesempatan yah, kita perbaiki semuanya "

Laras tak menjawab, ia hanya tersenyum sembari tangannya mengelus wajah Erlangga.

" Buktikan dan Yakinkan aku berserta keluarga aku Mas, aku tak bisa menjanjikan itu sekarang"

" Iyah Mas akan buktikan sayang, mas akan buktikan "

Erlangga mengelus wajah Laras dengan sangat lembut, sentuhan itu membuat Laras begitu nyaman.

" Aku rindu kamu ras " ucap Erlangga

Seperti ada magnet diantara keduanya, perlahan wajah mereka saling mendekat hingga menyisakan sedikit jarak kedua anak itu memanggil Laras

" Bundaa " panggil Nathan dan Naya

Laras dan Erlangga segera menjauh, Laras menjadi canggung kepada Erlangga.

" Ya sayang kenapa " tanya Laras

" Om mau ngajak beli es krim boleh ga..? " tanya Nathan

" Boleh sayang, gih ikut Om Ian " jawab Erlangga

" Asyik, ayo om Ian kita pergi "

" Oke ayo let's go "

Rian menggendong keduanya bersamaan, Rian melihat raut wajah Laras yang bahagia bersama dengan Erlangga ia pun akhirnya memutuskan untuk mengajak Naya dan Nathan pergi.

" Lebih baik kita ke ke kamar disana lebih aman " Erlangga menggendong tubuh Laras ala brides style

" Mas iih mau ngapain "

" Nanti kamu juga tau sayang "

Erlangga membawa Laras kedalam kamar mereka, kamar yang sudah tak Erlangga tempati semenjak Laras pergi.

Sesampainya dikamar Erlangga menidurkan Laras diatas kasurnya, dengan cepat Erlangga mencium bibir milik Laras

Ciuman itu dibalas oleh Laras, sungguh Laras juga sangat merindukan hal itu.

Saat tangan Erlangga mulai membuka kancing baju milik Laras, Laras menahannya.

" Kenapa..? " tanya Erlangga dengan kecewa

" Aku hanya ingin memberikan setelah kamu berhasil meyakinkan aku dan keluargaku Mas "

Erlangga pun menghentikannya, ia merebahkan tubuhnya di sebelah Laras.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!