Bab 15
Beni mendatangi kamar Mia dengan semangat empat lima. Sejak tadi dia sudah tidak sabar ingin bercocok tanam dengan selingkuhannya. Tanpa mengetuk pintu laki-laki itu langsung masuk ke dalam kamar.
Tanpa Beni sadari kalau Mitha mengikutinya sambil merekam semua yang dia lakukan. Begitupun dengan Salma yang ikut keluar kamar saat mendengar suara batuk Beni.
"Ssssttt." Salma memberi kode kepada Mitha dan si ibu hamil ini mengangguk. Keduanya beralih merekam suara yang terdengar sayup-sayup dari dalam.
"Mas, akhirnya kamu datang!"
Mia tersenyum lebar saat melihat Beni masuk. Dia langsung berlari ke arah laki-laki itu dan langsung mencumbunya. Wanita itu sudah tidak sabar untuk segera bercinta dengan kekasih gelapnya.
"Tentu saja, Sayang. Mas sudah rindu sama pelukan hangatmu," ucap Beni menggombal.
Keduanya berciuman dengan panas dan tidak lupa tangan Mia sibuk dengan memainkan bagian inti milik Beni. Dia tidak tahu kalau perbuatannya ini malah membuat belalai laki-laki itu dibaluri balsem ekstra hot.
"Aku sudah tidak tahan, Mas," bisik Mia.
"Aku juga sama, Sayang," balas Beni.
Keduanya sibuk dengan perbuatan dosa yang terus berulang mereka lakukan. Tidak takut akan murkanya Tuhan.
Ditengah-tengah kegiatannya itu Beni merasakan bagian intinya terasa panas terbakar. Namun, dia abaikan karena gairahnya sedang menuju puncak. Meski mencoba untuk mengabaikan perasaan itu, lama-lama dia tidak tahan juga.
"Panas ...! Kok, belalaiku terasa perih dan panas, ya?" Beni menghentikan gerakannya dan memilih mengeluarkan si belalai dari gua hantu.
"Aduh, Mas. Kenapa dikeluarkan?" Mia memasang wajah kesal, kecewa, dan marah karena dia belum mencapai nikmat surga dunia.
Beni melihat si belalai tempurnya berubah menjadi kemerah-merahan. Rasanya panas, dingin semriwing, dan perih. Tentu saja dia terkejut dan takut akan terjadi sesuatu kepada inti tubuhnya.
"Mia, belalai aku rasanya sakit dan panas sekali," ucap Beni sambik mengipasi alat kebanggaannya itu dengan menggunakan tangan.
Mia mengerutkan keningnya dan dia juga kini merasakan panas di area intinya. Lama-lama sangat panas dan perih sampai dia juga merasa tidak kuat.
"Panas, Mas! Aku juga merasa panas. Kenapa bisa begini?" Mia mulai panik.
"Panas! Panas!"
Beni dan Mia mengipasi inti tubuh masing dengan tangannya, tetapi itu tidak memberi efek apa pun. Kedua orang itu bingung harus melakukan apa agar rasa panas dan perih itu hilang.
"Air ... air!"
Mia mengambil gelas yang ada di atas meja kecil, lalu airnya dia basuhkan ke area inti tubuhnya. Bukannya hilang rasa panas itu, malah semakin terasa kuat panas ... dingin ... semriwing dan perih. Kebayang rasa seperti ini saat kulit kita olesi dengan balsem lalu dikasih air.
Beni merebut gelas itu dan si belalai di siram dengan sisa air yang ada di dalam gelas itu. Bukannya menghilangkan rasa menyiksanya ini malah semakin menjadi.
"Aaaaa, malah semakin terasa panas!" Beni merasa frustrasi.
Dibalik pintu Mitha dan Salma menahan tawa agar tidak lolos. Keduanya langsung bersembunyi saat melihat handle pintu berputar menunjukan orang akan membuka. Mereka bersembunyi di kolong meja makan.
Beni yang sudah tidak tahan akan rasa menyiksa itu lari keluar kamar ingin berendam. Dia berusaha untuk menghilangkan rasa panas yang membuatnya menderita. Dia malah lari ke belakang rumah bukan ke kamar mandi yang ada di samping kamar Mia. Karena sang lelaki jarang menggunakan kamar mandi itu jadi lupa.
Beni melompat ke dalam kolam ikan yang ada di halaman belakang. Ternyata Mia juga mengikuti dirinya. Kini ada dua orang sedang berendam di sana untuk menghilangkan rasa yang menyiksa ini.
Mitha dan Salma mengintip di balik jendela kaca. Mereka tertawa terkekeh melihat dua orang dewasa sedang berendam di kolam ikan.
"Mereka benar-benar sudah tidak waras!" umpat Salma.
"Kalau mereka waras, mereka tidak akan melakukan perselingkuhan," balas Mitha.
Beni dan Mia masih merasakan panas di organ vital mereka meski ada sensasi dingin dari air kolam. Rasa takut dan malu benar-benar hilang dalam diri mereka. Siapa tahu di atas pohon nangka dan pete selong ada yang mengawasi. Atau bapak-bapak yang sedang ronda lewat.
"Apa mereka tidak takut inveksi oleh air kolam ikan?" tanya Mitha.
"Otak mereka sudah jadi bodoh karena terhalang hawa napsu," ucap Salma.
Beni dan Mia kini mengigil kedinginan karena dinginnya air dan embusan angin malam. Meski sudah berendam di dalam kolam, rasa menyiksa itu masih bisa mereka rasakan.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?" tanya Mia sambil menangis karena ke*malamnya masih sakit.
"Aku juga tidak tahu harus bagaimana," jawab Beni yang beranjak ke pinggiran kolam.
Mitha dan Salma kembali ke kamarnya masing-masing. Mereka pura-pura tidak tahu apa yang terjadi kepada dua orang jahat itu.
Beni masuk ke dalam kamar lalu berendam air hangat. Meski tubuhnya sudah agak mendingan dibandingkan dengan tadi, tetapi tetap saja rasanya belum hilang.
"Sayang, bangun!"
Beni yang sudah tidak tahan dengan rasa sakitnya ini memutuskan untuk memberi tahu Mitha. Dia berpikir kalau sang istri akan tahu solusi untuk menghilangkan rasa panas dan sakit pada belalai tempurnya.
"Ada apa, Mas?" tanya Mitha pura-pura baru bangun tidur.
"Anunya Mas sakit," jawab Beni dengan malu-malu.
"Anunya ... apa, sih, Mas?" balas Mitha pura-pura tidak mengerti.
"Ini ... adik kecil, Mas. Masa kamu tidak mengerti!" Beni masih merasa tidak nyaman pada inti tubuhnya.
Mitha masih menatap Beni dengan planga-plongo. Kedua matanya berkedip-kedip.
Beni yang mulai kesal langsung saja melorotkan celananya dan memperlihatkan si adik kecil yang dia maksud. Tentu saja Mitha memekik saking terkejutnya.
"Mas, i–tu diapain? Kenapa sampai bisa jadi begitu?" tanya Mitha sok polos sambil menunjuk belalai tempur milik Beni yang memerah dan lecet.
"Mas juga tidak tahu. Kenapa tiba-tiba menjadi seperti ini," jawab Beni dengan wajah meringis menahan sakit.
Mitha tidak menyangka kalau hasilnya akan sampai seperti ini. Dia mengira cuma akan terasa panas saja. Namun, melihat secara langsung begitu kebayang bagaimana rasanya. Pasti sakit.
"Katakan dengan jujur, apa yang pernah Mas perbuat sampai adik kecilmu jadi seperti ini. Tidak mungkin bisa jadi begitu secara tiba-tiba, 'kan? Pasti ada penyebabnya," tanya Mitha dengan mata memicing.
"Sumpah demi Tuhan! Aku tidak melakukan apa-apa." Beni mengangkat sebelah tangannya dengan jari telunjuk mengacung.
Wanita ini ingin suaminya jujur atas semua kesalahan yang dia perbuat lalu meminta maaf kepadanya. Maka semua akan berakhir dengan baik-baik dan tidak ada dendam kedepannya. Apalagi di antara mereka nanti akan ada si kembar.
'Kenapa masih belum mau jujur juga, sih, Mas?' batin Mitha.
"Sayang, bantu Mas agar sakitnya hilang. Apa yang harus Mas lakukan?" tanya Beni dengan memelas.
Mitha melihat jam di dinding sudah lewat tengah malam. Saat ini yang bisa memberi pengobatan cuma di rumah sakit.
"Kita pergi ke UGD rumah sakit, sekarang!" Mitha pun beranjak dari peraduannya.
"Tapi ...." Beni terlihat ragu-ragu.
"Ada apalagi, sih, Mas?"
***
Apa yang akan terjadi kepada Beni dan Mia? ikuti terus kisah mereka ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Julia Juliawati
bau balsem udh kecampur dgn cairan dosa mrk jd G kecium lg bau balsem nya🤣🤣
2025-01-12
0
Maulida Hayati
apa mereka tidak mencium bau balsem? Balsem biasanya memiliki bau khas.
2024-10-25
1
Sulaiman Efendy
WAHHHH BRANI SUMPAH BAWA2 NMA TUHAN..
2024-02-29
2