Bab 10
Salam memeluk erat tubuh Mitha yang kini sedang menangis tergugu. Dia tumpahkan rasa kesedihannya itu kepada sahabatnya sejak sekolah taman kanak-kanak.
"Habiskan air matamu sekarang, besok jangan ada lagi tangisan karena perbuatan suamimu itu," ucap Salma.
Untung di rumah tidak ada siapa-siapa selain mereka. Mitha menangis sepuasnya dan meracau apa yang dia rasakan saat ini. Hampir satu jam kedua wanita itu saling berpelukan.
"Sudah, sekarang pikirkanlah masa depan kamu dan calon keponakan aku ini. Untuk apa menangisi dan terpuruk oleh laki-laki berengsek seperti dia. Masih banyak orang yang tulus menyayangi dirimu dan menginginkan kamu bahagia, Mitha," lanjut wanita berambut pirang itu.
Mitha pun menceritakan kenapa Beni sampai berselingkuh. Siapa selingkuhannya itu. Lalu, rencana masa depan dirinya yang akan menggugat cerai suaminya jika sudah melahirkan. Juga mengenai pengambilan aset harta untuk anak mereka nanti.
"Bagus. Ini baru Mitha sahabatku yang cerdas!" puji Salma dengan senang akan pemikiran istrinya Beni.
Mitha hanya tersenyum lebar. Hatinya kini terasa ringan setelah meluapkan kesedihannya lewat tangisan dan curhat kepada Salma.
"Kamu jangan kasih hati para pengkhianat itu. Seharusnya mereka kena sangsi sosial dari masyarakat. Perbuatan mereka itu sangat kejam. Aku tahu bagaimana para wanita seperti Mia itu mencari mangsa laki-laki yang kaya meski sudah punya istri. Jika ingin dapat harta dengan cara instan itu sebaiknya cari pria single jangan goda laki-laki yang sudah punya istri," tambah Salma dengan menggebu-gebu.
Kini Mitha malah tertawa terkekeh melihat ekspresi wajah temannya yang sudah lama tidak dia lihat. Dahulu wajah ini yang sering diperlihatkan jika dia dibawa paksa oleh Rangga agar pulang.
"Kapan suamimu pulang?" tanya Salma saat hari sudah menjelang sore.
"Dia akan pulang saat waktu makan malam sekitar jam tujuh atau jam setengah delapan," jawab Mitha.
"Rasanya aku ingin memberi obat pencahar kepadanya," tukas Salma.
Di antara Mitha, Kartini, dan Salma, wanita inilah yang paling galak dan berani. Bahkan sering berbuat nekad juga jika ada yang menyinggung dirinya.
"Kayaknya itu bagus buat si pelakor, deh!" lanjut Salma sambil tertawa jahil dan jahat.
"Ish, aku tidak mau macam-macam karena sedang hamil. Takut terjadi apa-apa kepada anakku nanti," ujar Mitha sambil tertawa.
"Biar aku saja yang lakukan nanti," ucap Salma dengan ekspresi wajah devil khas dia saat remaja dahulu.
Mitha hanya melongo dan penasaran apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya ini. Terkadang kejahilan dia itu tidak terduga.
***
Beni pulang dalam keadaan lelah, tetapi bahagia. Seperti biasa dia menghabiskan waktu bersama Mia dahulu di kost-an. Sekarang mereka sudah setiap hari bersenang-senang. Kalau dulu masih jarang paling dua kali seminggu. Namun, dengan seiiring dengan berjalannya waktu mereka semakin berani dan lupa diri.
"Sayang, masak apa?" tanya Beni begitu masuk ke dapur.
"Sayur lodeh dan goreng ikan asin," jawab Mitha.
"Kok, masak ini, sih!" Beni kesal karena dia lebih suka masakan seafood.
"Ikan asin juga itu adalah ikan laut. Artinya termasuk olahan seafood," balas Mitha menahan tawa.
Mulai sekarang Mitha akan membuat Beni kesal dan uring-uringan. Terserah mau betah atau tidak dirinya tinggal di rumah.
Ternyata bukan hanya Beni yang protes dengan menu masakan malam ini, Bu Yeni juga ikut-ikutan mengomentari. Wanita paruh baya itu lebih suka makanan ikan air tawar. Goreng gurame, pepes ikan, pecel lele, atau cobek ikan.
"Tidak ada lagi uang, Bu. Bukannya Ibu sendiri juga tahukan, kalau uang habis buat beli bahan brownies. Bolu yang diminta sama Ibu tadi siang untuk dibawa ke rumah Bu Kopral," kata Mitha mengingatkan ibu mertuanya sekaligus memberi tahu Beni.
Mitha tidak mau dituduh menghambur-hamburkan uang oleh suaminya. Biar Beni tahu kalau uang bulanan itu habis oleh ibunya sendiri.
Mau tidak mau mereka akhirnya memakan makanan yang ada di atas meja. Meski terus menggerutu karena perut mereka merasa lapar.
Sementara itu, Mia yang sedang berbaring sambil berselancar di dunia maya, dikejutkan oleh suara seseorang di depan pintu. Saat dia mengintip lewat kaca jendela terlihat ada laki-laki berjaket hijau sambil membawa paper bag.
"Permisi, onlinefood!"
Mia merasa tidak pernah memesan makan jadi merasa heran. Lalu, dia pun membuka pintu dan bertanya itu pesanan atas nama siapa, takutnya salah alamat.
"Ini pesanan atas nama Mia. Sudah dibayar semuanya," ucap laki-laki yang masih terlihat muda.
"Apa Mas Beni, ya? Dia 'kan tahu aku paling suka makan martabak manis spesial dan martabak asin," gumam Mia.
Wanita itu menerima makanan kesukaannya dengan suka cita. Senyum lebar menghiasi wajah. Lalu, dia segera mengirim pesan kepada kekasihnya.
Mas terima kasih untuk martabaknya. Pengertian banget jadi kekasih. Makin cinta dan sayang, deh.
Mia mengirim pesan kepada Beni. Tidak lupa foto dua dus martabak dan jari jempolnya.
Tentu saja, Sayang. Apa sih, yang tidak buat kamu. Karena aku cinta dan tergila-gila sama kamu makanya aku selalu berusaha menjadi laki-laki yang terbaik untuk kamu.
Mia sangat bahagia sekali. Awalnya dia merasa iri kepada kehidupan rumah tangga Mitha dengan Beni. Pasangan cantik dan tampan, perekonomian keluarganya juga bagus. Saling mencintai. Seakan apa yang diinginkan oleh seorang wanita itu ada pada diri Beni.
Mia yang merasa iri kepada temannya mulai menggoda Beni karena dia juga ingin diperlakukan seperti Mitha. Awalnya Beni sangat sulit di taklukkan, tetapi lama-kelamaan luluh juga. Apalagi setelah dia memberikan servis terbaik di ranjang, laki-laki itu jatuh ke tangannya. Apa pun yang dia minta akan dikabulkan, meski begitu belakangan ini dia merasa kekasihnya ini agak sulit langsung mengabulkan permintaannya. Harus diancam dahulu baru dituruti.
Saking sukanya Mia sama martabak, dia habiskan semua makanan itu. Kebetulan dia tadi belum makan apa-apa lagi setelah bersenang-senang dengan Beni di kost-an.
Perut Mia berbunyi nyaring diikuti rasa mulas yang teramat sangat. Lalu, dia buang gas yang sangat bau sekali.
"Aduh sakit perut!" pekik Mia sambil berlari ke toilet.
Malam itu Mia bolak-balik ke kamar mandi untuk buang hajat. Dia juga membuat oralit berharap berhenti buang. Namun, tetap saja dia merasa sakit perut dan buang air besar.
"Aduh ... kenapa aku bisa sakit perut, ya?" Mia meringis menahan sakit sambil memegang perutnya.
Wanita itu mengingat-ingat kembali apa saja makanan yang dia makan seharian ini. Tidak ada satu pun makanan yang membuatnya curiga.
***
Apa yang terjadi kepada Mia? Apakah ini hukuman untuknya? Ikuti terus kisah mereka, ya!
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like dan nonton iklan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Nusa thotz
iyaaaa...itu hukuman u antagonis ...dari othornyaaaa
2024-12-14
0
Sulaiman Efendy
PSTI KERJAAN SALMA TUHH
2024-02-29
3
Carlina Carlina
wah punya temen ky sal mm a mantaapp ini👍👍👍👍
2024-01-23
2