Bab 5. Akulah Yang Akan Mengigat Cerai

Bab 5

Nyeri itu yang dirasakan oleh Mitha setelah mendengar gumaman sang suami. Hati mana yang tidak akan sakit saat mendengar ucapan laki-laki yang seharusnya menjaga dan melindungi wanita yang sedang mengandung keturunannya.

'Sebegitu inginnya kamu membuang aku demi selingkuhan kamu, Mas. Apa pengorbanan aku selama ini tidak ada artinya bagi kamu,' batin Mitha.

Wanita itu menahan diri agar tidak lolos suara tangisannya yang menahan rasa sakit tidak terperi. Dia mengigit bibir bawahnya dengan kuat dan mengatur napasnya agar jangan sampai terdengar oleh laki-laki yang berbaring di sampingnya.

Meski sudah tahu akan perselingkuhan yang dilakukan oleh Beni, wanita itu masih melayaninya dengan baik. Meski kesal, marah, dan muak baginya, Mitha selalu berpikiran positif kalau perselingkuhan ini hanya sementara waktu karena dia yakin akan perasaan cinta mereka. Namun, setelah semalam dia mendengar sendiri kalau suaminya ingin menceraikan dia, maka sudah tidak ada harapan lagi bagi rumah tangganya. Dia tidak perlu berjuang untuk mempertahankan hubungan yang sudah rusak ini. Lebih tepatnya dirusak oleh suami dan orang yang sering ditolongnya itu.

"Sayang, kok, sarapannya cuma roti?" Beni terkejut saat melihat hanya ada roti tawar dan selai di atas meja.

Rasanya Mitha ingin memakai suaminya. Dia tidak kalau sekarang sudah masuk tanggal tua. Jatah belanja bulan ini kepotong untuk Bu Yeni yang pergi ke dokter gigi karena sakit gigi. Dulu, Beni menyuruhnya menggunakan dahulu uang jatah belanja.

"Aku sedang tidak enak badan, Mas," balas Mitha sambil membersihkan kompor bekas memasak air.

Mitha ingin tahu sampai mana perhatian sang suami saat mendengar dirinya yang sedang hamil anaknya ini, sakit. Namun, setelah beberapa saat tidak ada tanggapan apa pun darinya membuat wanita itu tersenyum kecut.

"Loh, mana sarapannya?" tanya Bu Yeni yang baru saja masuk ke dapur dan melihat meja makan tidak ada apa-apa, hanya ada roti tawar.

Wanita paruh baya itu selama ini tidak pernah kekurangan makanan enak karena selalu disediakan atau dibuat oleh sang menantu. Bu Yeni tidak pernah tahu apa uang belanja dari anaknya itu cukup atau tidak untuk memenuhi menu makanan sesuai dengan keinginannya.

"Sarapannya roti, Bu. Tidak ada uang buat belanja," balas Mitha sekenanya agar ibu mertuanya tahu kalau uang anaknya habis dipakai untuk selingkuhannya.

"Apa? Bagaimana bisa tidak ada uang? Bukannya selama ini Beni selalu kamu kasih uang belanja yang banyak!" pekik Bu Yeni.

Beni pun ingin protes karena selama ini dia memberikan uang sebanyak lima juta sebulannya kepada Mitha. Biasanya juga tidak pernah kurang.

"Uang belanja untuk bulan ini kepotong biaya pengobatan Ibu kemarin saat pergi ke dokter gigi. Waktu itu habis satu juta lebih sedikit, loh. Apa ibu lupa? Dan Mas Beni bilang mau ganti uang itu, tapi sampai sekarang belum juga diganti. Ya, tidak ada lagi uang untuk belanja sepuluh hari kedepannya," kata Mitha dengan tatapan memelas.

Beni baru ingat kalau dua minggu lalu, ibunya sakit gigi. Dia menyuruh Mitha untuk mengantarkan ke dokter gigi yang ada di pusat kota. Saat itu dia sedang mengantar Mia jalan-jalan ke mall mencari lingerie model baru. Laki-laki itu menyuruh sang istri untuk memakai dahulu uang jatah belanja karena dia takut uang untuk membayar belanjaan kekasih gelapnya itu kurang.

"Dompet Mas belum ketemu. Hari ini Mas juga mau mengurus ke bank untuk dibuatkan ATM baru. Nanti Mas ganti uang belanja itu," ucap Beni.

'Aku harus segera pergi ke bank sebelum Mas Beni ke sana,' batin Mitha.

***

"Rangga, kamu tahan Mas Beni agar jangan keluar dari kantor, ya!" 

Mitha menghubungi temannya yang menjabat sebagai direktur di kantor tempat Beni bekerja. Laki-laki itu adalah seniornya di kampus dahulu yang dipercaya oleh Mitha untuk membantu mengelola perusahaan itu.

"Memang ada apa, sih? Dari kemarin kamu selalu menyuruh aku menahan suamimu di kantor," balas orang di seberang sana.

"Kapan-kapan aku kasih tahu kamu. Sekarang aku tidak punya waktu," ucap Mitha.

Untungnya Mitha mempunyai surat kuasa atas rekening bank milik Beni. Dahulu, dia membuat itu jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap laki-laki itu. Saat itu otak suaminya masih waras, berbeda dengan sekarang.

Dengan adanya surat kuasa itu tidak sulit bagi Mitha untuk memindahkan uang itu ke rekening baru untuk anak-anaknya nanti. Setelah selesai ke bank, Mitha pergi ke panti asuhan tempat dia dahulu menghabiskan waktu bersama anak-anak yang tidak beruntung seperti dirinya.

Perbedaan Mitha dengan mereka adalah harta. Mitha mempunyai banyak harta peninggalannya dari keluarganya yang kaya raya. Sementara itu, persamaan dengan anak panti adalah sama-sama tidak memiliki orang tua yang akan mencurahkan perhatian, kasih sayang, dan cinta orang tua. Maka untuk menghibur hati dan perasaannya, Mitha lebih banyak menghabiskan waktu di panti asuhan.

Terlihat Kartini sedang mengajari anak-anak panti untuk membaca. Wanita itu mengabdikan hidupnya untuk anak-anak panti. Dia sudah menikah dengan teman yang besar di panti ini juga. Suaminya adalah Haris, rekan kerja Beni. Dia juga bisa kerja di sana karena rekomendasi dari Mitha.

"Ada apa? Kamu semakin terlihat kacau," tanya Kartini.

"Apa kamu tahu kalau Mas Beni sudah punya rencana untuk menceraikan aku? Saat ini dia sedang mencari cara untuk dijadikan alasan untuk menceraikan aku nanti," jawab Mitha dengan tatapan yang nanar.

Mendengar ucapan sahabatnya ini membuat Kartini ikut bersedih. Dia adalah saksi bagaimana kisah cinta Mitha dan Beni. Dia tidak menyangka kalau kisah cinta yang begitu manis dan romantis di antara keduanya akan berakhir seperti ini.

"Jujur aku kemarin berpikir kalau Beni hanya sedang khilaf saja karena tergoda sama janda kembang itu. Namun, setelah mendengar ucapan kamu barusan ini menunjukkan kalau dia memang tidak pantas untuk kamu pertahankan," tukas Kartini menahan rasa kesal dan amarah.

"Sebelum dia menceraikan aku … aku akan mengajukan gugatan cerai terlebih dahulu dengan alasan perselingkuhan Beni dengan Mia," kata Mitha dengan berapi-api.

Wanita itu bertekad tidak akan mau dibodohi lagi oleh para pengkhianat itu. Jangan sampai nama baiknya dirusak oleh para penjahat sebenarnya. Justru mereka 'lah yang harus menanggung malu karena sudah melakukan perselingkuhan.

"Bagus! Aku suka dengan ide kamu," tutur wanita berambut sebahu itu sambil mengacungkan jempol.

Mitha senang karena sahabat baiknya memahami dirinya dan memberikan dukungan kepadanya. Yang dia perlukan saat ini adalah dukungan dari orang-orang yang tulus menyayangi dirinya.

"Mulai sekarang aku akan mencari bukti atas perselingkuhan mereka berdua," ujar Mitha dengan tatapan penuh arti.

"Jangan lupa juga kasih mereka pelajaran!" titah Kartini dan Mitha pun tertawa.

***

Hal apa lagi yang akan dilakukan oleh Mitha untuk membalas perbuatan suami dan selingkuhannya? Ikuti terus kisah mereka, ya!

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like dan nonton iklan.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***