Bab 14
Beni sudah berangkat ke kantor, Bu Yeni pergi ke rumah tetangga biasanya mereka ngerumpi. Kalau Mia dia memilih duduk sambil nonton televisi.
Pekerjaan rumah cepat selesai karena Salma ikut membantu mengerjakan sebagainya. Kini mereka duduk di teras belakang rumah di dekat dapur. Mereka sedang memotong sayuran untuk dimasak nanti.
"Masa semalam kamu tidak sadar kalau Beni keluar dari kamar?" Salma menatap curiga.
"Bener. Aku langsung jatuh tertidur dan tidak ingat apa-apa. Bahkan bunyi alarm pun aku tidak mendengarnya. Untung saja aku bangun tidak kesiangan," jawab Mitha jujur.
Keduanya terdiam dan seperti sedang berpikir. Lalu, mereka saling melirik.
"Jangan-jangan ...." Mitha menduga-duga dan Salam pun mengangguk.
"Ya, aku yakin kalau dia memasukkan obat tidur ke dalam minuman atau makanan kamu semalam. Buktinya aku dan mertuamu baik-baik saja tidak langsung jatuh tertidur," ucap Salma merasa yakin.
Mitha langsung memegang perutnya. Dia takut terjadi apa-apa kepada bayi yang ada di dalam kandungannya.
'Awas saja kalian berdua jika terjadi apa-apa kepada kandungan aku ... maka kau tidak akan segan-segan memasukan kalian ke dalam penjara!' batin Mitha.
***
Sebisa mungkin Mitha bersikap biasa saja kepada Mia. Meski di dalam hatinya dia ingin menghajar wanita yang sudah menjadi duri di dalam kehidupan rumah tangganya. Namun, ini tidak semua kesalahan si pelakor, jika laki-lakinya kuat iman, pasti tidak akan tergoda. Emang pada dasarnya Beni suka melirik wanita cantik dan seksi, maka dia pun mudah terjerat oleh si janda gatal.
"Mbak Mitha, maaf aku tidak bisa bantu-bantu membereskan rumah dan juga memasak," kata Mia dengan wajahnya yang merasa tidak enak hati.
"Tidak apa-apa. Tamu adalah raja!" balas Mitha memyindir.
"Kok, aku malah dijadikan babu! Seharusnya aku juga dijadikan ratu," tukas Salma.
"Ya, karena kamu itu orangnya punya hati dan perasaan," celetuk Mitha sambil menyeringai.
Mia merasa ditindih oleh batu berukuran kulkas dua pintu. Sakit sekali, tapi tidak berdarah. Dia merasa kalau Mitha sekarang sudah berubah. Baik itu cara bicara, ucapan, dan tatapannya.
'Kenapa Mbak Mitha berubah begini? Ini pasti karena si Salma. Kedatangan dia membawa hal buruk untuk Mbak Mitha. Aku harus bicara kepada Mas Beni,' batin Mia.
Si gundik hanya duduk manis layaknya mandor yang sedang memperhatikan anak buahnya bekerja. Ada rasa iri yang dia rasakan saat melihat kedekatan Mitha dengan Salma.
***
Tidak ada drama makanan asin lagi saat makan siang ataupun saat makan malam. Tadi siang Mitha memberikan madu kepada Mia untuk mengobati lidahnya agar bisa membedakan rasa. Ini hanya akal-akalan saja agar kejahilan Salma tidak diketahui.
Mitha tidak meminum atau memakan cemilan apa pun setelah makan malam. Dia juga malah asyik menonton televisi bersama Salma.
Mia melirik terus ke arah Beni, dia merasa tubuhnya bergairah, tetapi bingung mau bagaimana caranya mengajak kekasihnya agar bisa menyelinap dari orang-orang yang ada di ruangan itu. Posisi ruang keluarga berada di tengah-tengah. Jadi, akan ketahuan kalau Beni pergi ke bagian belakang di mana kamar Mia berada.
Mas, aku sudah tidak bisa tahan, nih.
Ini pesan ke-13 yang dikirim oleh Mia kepada Beni. Menu malam ini Mitha sengaja memasak gulai kambing dan ulekutek leunca. Makanan yang konon bisa membuat orang menaikan gairahnya, terutama laki-laki.
Sebenarnya tadi Salma memasukan sedikit obat perang*sang ke dalam minuman milik Mia. Jadi, saat ini ada dua orang yang sedang berjuang menahan hasratnya. Mitha dan Salma menahan tawa saat melihat ekspresi wajah Mia dan Beni yang tersiksa.
Beni yang sudah tidak tahan memilih masuk ke dalam kamar. Dia melakukan seorang diri untuk menghilangkan gairah yang menguasai tubuhnya di dalam kamar mandi.
Mia pun pergi ke kamarnya karena sekarang sudah jam 10 malam. Kini tinggal Mitha dan Salma di ruang keluarga itu. Keduanya pun tertawa terkekeh sampai keluar air mata.
"Aku puas sekali melihat wajah tersiksa mereka berdua," ucap Salma yang memberikan ide gila ini.
"Bisa-bisanya kamu dapat obat seperti itu," ujar Mitha sambil menyeka air mata di pipinya.
"Itulah gunanya punya banyak kenalan dan koneksi. Bisa kita manfaatkan," tukas Salma yang masih saja tertawa.
"Tapi, itu tidak berbahaya, 'kan? Aku takut kalau dia kenapa-kenapa," tanya Mitha.
"Tidak berbahaya karena aku yakin bagi wanita itu obat perang*sang ini bukan untuk pertama kalinya. Kadang seorang wanita tuna susila memerlukan obat seperti ini untuk memberikan kepuasan untuk pelanggannya. Apalagi jika lawan mainnya itu tidak sesuai selera wanita itu ...." jawab Salma.
Mitha pun harus segera beristirahat karena ibu hamil tidak baik jika begadang. Begitu dia masuk kamar terdengar suara Beni sedang mandi. Tiba-tiba saja terlintas sebuah ide di dalam kepala Mitha.
"Mas, kamu mandi?" tanya Mitha setelah mengetuk pintu kamar kecil itu.
"Iya. Gerah, nih!" jawab Beni.
Mitha hanya tersenyum kecut karena tahu apa yang sudah tadi dilakukan oleh suaminya. Kebohongan demi kebohong terus dilakukan oleh Beni belakangan ini dan itu membuat Mitha geram.
"Aku sudah siapkan baju di pinggir tempat tidur, ya! Aku ngantuk sekali mau langsung tidur," teriak Mitha agar terdengar oleh Beni yang sedang mandi sambil menyalakan shower.
"Iya. Kamu harus cepat tidur. Tidak baik ibu hamil begadang!" balas Beni dengan teriakan suka cita karena dia bisa pergi ke kamar Mia.
Mitha sudah menyiapkan pakaian untuk dipakai oleh Beni. Namun, ada satu hal yang berbeda dari biasanya. Wanita itu mengambil balsem yang biasa dipakai untuk mengurut punggung Beni. Lalu, dia oleskan banyak-banyak ke ce*lana dalam milik suaminya.
"Panas ... panas, loh!" gumam Mitha dengan perasaan kesal.
Terdengar suara air yang tadi mengalir kini mati, maka Mitha pun buru-buru berbaring dan pura-pura tidur. Dia tidur memunggungi arah pintu kamar mandi.
Terdengar pintu itu dibuka dan Beni berdiri di samping Mitha lalu tangannya dilambaikan di depan mukanya. Akan tetapi, sang istri tetap bergeming seakan tidak ada yang berusaha mengganggunya.
"Dia sudah tidur, ya? Yes! Yes!" Beni menggerakkan kedua tangannya saking senangnya dia saat ini.
"Aku bisa mendatangi Mia," gumamnya gembira.
Handphone milik Beni berbunyi menandakan ada pesan masuk. Dia melihat ada nama Mia di layar.
Mas, aku sudah tidak tahan. Cepat ke sini!
Suami durjana itu pun membalas akan mendatangi kamar wanita itu. Lalu, dia segera memakai semua baju yang sudah di siapkan oleh sang istri.
"Sayang, aku datang!" ucap Beni bahagia sambil pergi dari kamarnya menuju kamar gundiknya.
***
Apa yang akan terjadi kepada Beni yang sudah memakai celana yang diolesi balsem? Ikuti terus kisah mereka, ya!
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like dan nonton iklan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Julia Juliawati
pny si pelakor jg tuh CD nya hrs di kasih balsem jg
2025-01-12
0
Sukliang
rasain
2024-02-22
1
Dewa Dewi
😂😂😂😂😂😂😂😂
2024-02-08
1