Bab 2
Selagi Beni sarapan, Mitha bergegas pergi ke kamarnya. Dia mengambil dompet milik sang suami dari dalam tas kerja. Wanita itu sengaja melakukan ini, karena tidak mau uang itu habis dipakai foya-foya dengan Mia.
Mitha pun membuka aplikasi m-banking milik Beni lalu memeriksa isi saldo di tabungannya. Ternyata tersisa sekitar 50 juta. Padahal awal tahun kemarin saldo sudah mencapai 98 juta. Bukannya bertambah ini malah berkurang banyak. Apalagi dirinya akan menghadapi kelahiran buah hati mereka yang sudah dinanti-nanti selama hampir lima tahun.
"Aku harus menyelamatkan uang ini. Bagaimanapun juga ini adalah hak untuk aku dan anak-anakku," gumam Mitha.
Belum juga dia mentransfer uang ke nomor rekening miliknya, terdengar suara bersin. Mitha yakin itu adalah Beni yang akan mengambil tas miliknya. Wanita itu pun memasukan kembali handphone milik suaminya, tetapi tidak dengan dompetnya.
Wanita yang sedang hamil itu langsung masuk ke kamar mandi. Begitu pintu itu di tutup, pintu yang lainnya terbuka.
"Sayang, aku pergi dulu, ya!" teriak Beni di depan pintu kamar mandi.
"Iya, Mas!" Mitha pun membalas dengan hal yang sama.
Tanpa curiga Beni pergi setelah mengambil tas miliknya yang berisi beberapa helai baju, dompet, dan handphone. Benda pipih itu berbunyi menandakan ada pesan masuk.
Mas, aku sudah siap, nih. Aku tunggu di bawah pohon beringin yang ada di alun-alun.
Pesan dari Mia masuk. Tidak lupa dengan foto selfi dirinya dengan background akar-akar dari pohon beringin yang gundul karena rontok akibat dari musim kemarau.
"Pas sekali mirip kayak teman-temannya yang suka bergelantungan di dahan pohon beringin. Syukur-syukur ada yang ikut dengannya juga," gumam Mitha saat melihat pesan Mia yang masuk ke nomor Beni.
Tunggu Mas, Sayang. OTW, nih.
Gantian Beni yang mengirim pesan. Tidak lupa foto dirinya yang sedang menyetir.
"Haaaah, kenapa tidak aku ambil kunci mobilnya itu, tadi!" pekik Mitha kesal.
***
"Mitha, nanti siang ibu ingin makan dengan pecel lele dan sambal juga lalap. Tadi, ibu lihat di halaman belakang ada sirsak yang sudah matang, buat jus sekalian. Sayang kalau busuk di pohon dan dimakan sama kelalawar," ucap Bu Yeni menyuruh menantunya.
Bukan hanya harus mengerjakan pekerjaan rumah yang banyak, Mitha juga harus bisa menuruti kemauan ibu mertuanya. Jika, dibantah maka jangan harap ada ketenangan di rumah hari itu. Dia akan terus ngomel sepanjang hari maupun sepanjang malam sampai dirinya merasa puas.
"Tukang pecel lele sudah lama tidak jualan, Bu. Katanya harga lele naik tinggi dan pedang pecel memutuskan untuk libur dulu. Apa ibu mau ganti dengan makan pecel sayur?" tanya Mitha.
"Mau ingin ibu cepat mati! Sudah tahu ibu punya riwayat penyakit darah tinggi, ini malah mau diberi sayuran ijo!" bentak Bu Yeni membalas pertanyaan dari menantunya.
Wanita paruh baya itu melotot kepada Mitha. Tatapannya penuh amarah dan napasnya juga naik turun. Sejak awal menikah Bu Yeni sering menyuruh Mitha untuk melakukan ini itu, layaknya babu.
"Siapa yang mau ibu kasih sayuran ijo. Kan bisa bahanya dari wortel, mentimun, dan labu sayur," balas Mitha berusaha bersabar.
Setelah selesai membersihkan rumah dan menjemur pakaian, Mitha pun duduk santai sejenak. Dia membuka handphone miliknya untuk melacak keberadaan suaminya.
'Ternyata mereka pergi ke pantai di pinggir kota. Mereka sudah cek-in hotel belum, ya? Ingin sekali tahu bagaimana reaksi keduanya saat tidak bisa membayar uang sewa hotel,' batin Mitha.
***
Setelah lelah bermain di tepi pantai sambil berenang berdua, akhirnya Beni dan Mia pun memutuskan untuk menginap di Hotel Kencana. Tempat yang paling mewah dan memberikan full servis jika memesan kamar VVIP.
"Mas, pesan kamar yang mewah," bisik Mia sambil bergelayut manja di lengan kokoh Beni.
"Siap, Sayang." Beni pun mencium pipi Mia.
Saat hendak membayar, Beni memeriksa tasnya. Dia tidak bisa menemukan dompet miliknya.
"Kenapa, Mas?" tanya Mia merasa heran dengan tingkah kekasihnya.
"Dompet punya aku tidak ada," jawab Beni.
"Apa? Bagaimana bisa itu terjadi?" teriak Mia dan itu membuat dua orang petugas resepsionis terlonjak kaget.
"Bayar pakai uang kamu dulu, Sayang. Sepertinya dompet Mas ketinggalan di rumah," tukas Beni yang menahan malu di depan orang lain.
"Apa? Tidak mau. Bukannya itu tanggungan laki-laki jika pergi berkencan. Masa perempuan yang harus bayar. Malu, dong, Mas!" Mia mendesis menahan kesal.
Akhirnya mereka berdua pun memutuskan untuk pulang karena Mia tidak mau mengeluarkan uangnya sama sekali. Padahal tiap bulan Beni memberikan uang kepadanya. Belum lagi jika mendapatkan bonus, itu sudah pasti akan dia gunakan untuk bersenang-senang dengan gundiknya ini.
***
Beni sampai ke rumah saat hari mulai malam. Tentu saja ini membuat Bu Yeni terkejut, karena yang dia tahu anaknya ini akan pergi dinas kerja selama beberapa hari. Namun, ini belum juga satu hari sudah kembali ke rumah.
"Kok, sudah pulang lagi ke rumah?" tanya Bu Yeni.
"Tidak jadi, Bu. Diundur tanggal keberangkatannya," jawab Beni sambil melongos masuk ke kamarnya.
Mitha yang melihat saat mobil Beni masuk ke pekarangan rumah, hanya bisa tertawa. Lalu, dia buru-buru berbaring tidur. Jangan sampai suaminya minta dilayani untuk makan atau apa pun itu.
"Hah, dia sudah tidur. Padahal ini masih siang belum malam-malam amat," gerutu Beni.
"Biar ibu saja yang menyiapkan makan malam aku. Lapar sekali," lanjut Beni sambil berjalan ke luar kamar.
'Rasain kamu, Mas! Kamu pikir aku ini bodoh! Sorry, ya. Aku bukan tipe orang seperti itu,' batin Mitha.
***
"Sayang, kamu tahu nggak di mana dompet aku?" tanya Beni begitu melihat Mitha yang sedang memasak untuk sarapan.
"Dompet? Dompet apa, Mas?" tanya Mitha pura-pura tidak tahu.
"Ya, dompet punya aku. Yang sering aku pakai," jawab Beni dengan nada kesal.
Mitha menahan tawanya mati-matian. Dia memasang wajah tanpa dosa lalu menatap suaminya.
"Terakhir Mas mengeluarkan uang di mana? Untuk beli apa? Bisa saja terjatuh saat itu," ucap Mitha dengan serius.
Beni pun terdiam. Dia masih ingat dengan jelas kalau dompetnya dia masukan kembali ke saku celananya setelah membayar kalung permata untuk Mia. Saat di rumah pun rasanya dia sempat memegang benda itu.
"Ada apa ini?" tanya Bu Yeni saat masuk ke dapur.
"Dompet Mas Beni hilang, Bu," jawab Mitha.
"Apa? Kenapa kamu ceroboh sekali? Kemarin kamu pergi ke mana saja!" Bu Yeni memukuli badan putranya. Tidak lupa suaranya yang menggelar memenuhi ruangan itu.
Beni tidak bisa menghindari amukan sang ibu yang terus memukuli tubuhnya. Dia hanya pasrah, paling nanti memar sedikit.
"Aku pergi berenang di pantai bersama Mi—"
Beni yang keceplosan bicara langsung menghentikan omongannya. Dia berharap Mitha tidak mendengar apa yang baru saja diucapkan olehnya.
"Kok, pergi berenang di pantai. Bukannya kamu kemarin pergi tugas dari kantor?" tanya Bu Yeni dan menghentikan serangannya kepada Beni.
'Nah, Mas. Sekarang kamu mau ngomong apa?' batin Mitha. Tidak lupa senyum sinis terukir dari wajahnya yang bulat seperti bakpao.
***
Bagaimana Beni akan berkelit kali ini kepada Mitha dan Ibunya? Ikuti terus kisah mereka, ya!
Jangan lupa biasakan tinggalkan jejak dengan like.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Yusuf Hasan
rasain looo
2024-02-08
4
Carlina Carlina
syukuuuuriiinnn 😛😛😛
2024-01-23
1
Eliyani Elieboy
makin seru thor
2023-12-09
2