Bab 9
Seperti biasa pagi-pagi di kompleks perumahan selalu diramaikan oleh celotehan ibu-ibu yang sedang belanja sayuran dari Mang Bambang. Termasuk Mitha dan Mia yang ikut memilih bahan-bahan yang akan mereka buat untuk menu masakan.
"Itu cincin asli apa palsu?" tanya Bu Ida saat melihat jari manis Mia yang memakai cincin permata yang dibeli sama Beni beberapa minggu yang lalu.
"Eh, mirip yang ada di toko online aplikasi orange itu, ya?" lanjut Bu Siska.
Mitha ingin tertawa mendengar celotehan kedua wanita itu. Dia tahu kalau cincin yang dipakai oleh Mia adalah asli.
"Tentu saja ini asli, Bu ... Ibu. Sertifikatnya saja ada," jawab Mia dengan ketus.
Sudah menjadi rahasia umum kalau Mia dan Bu Ida selalu saling menyindir. Dendam di masa lalu itu masih berbekas.
'Kenapa tidak kepikiran menukar cincin dan kalung itu dengan yang palsu? Dia 'kan tidak berhak atas semua itu,' batin Mitha.
Mia buru-buru pergi dari sana, karena dia tidak akan menang adu mulut dengan Bu Ida. Apalagi jika di dukung oleh ibu-ibu yang lainnya.
"Huh, dasar janda gatal! Tidak mau di cap buruk, tapi penampilannya bikin mata para laki-laki melolot kepadanya," ucap Bu Ida dengan sinis.
Mia memang kerap memakai baju daster atau terusan di atas lutut dan tanpa lengan atau berlengan pendek. Kadang dia menjemur pakaian cuma pakai handuk. Jika dikasih tahu alasannya tanggung cuma menjemur dua atau tiga potong baju. Katanya sudah kebiasaan dia di kampung seperti itu.
Setelah menjalankan semua pekerjaan rumah, Mitha pun bersantai sambil membaca buku. Namun, baru saja lima menit sudah terdengar suara panggilan dari mertuanya.
"Mitha, buatkan ibu bolu brownies dua loyang, ya! Ibu mau main ke rumah Bu Kopral," teriak Bu Yeni dari dalam kamarnya.
Bu Kopral adalah salah seorang teman sosialita Bu Yeni. Orang kaya, aktif dalam kegiatan bermasyarakat karena suaminya yang tentara. Mertuanya ini sangat menaruh hormat kepada sang istri Kopral itu.
"Bahannya kurang, Bu, jika membuat dua loyang. Paling bisa buat satu," balas Mitha setelah memeriksa bahan-bahannya.
"Ya, beli ke pasar, dong! Begitu aja tidak ngerti," ucap Bu Yeni malah nyolot.
Justru Mitha tidak mau ke pasar sekarang ini, makanya beli sayuran dan bumbu dapur juga sering pesan lewat Mang Bambang. Jarak rumah ke pasar lumayan agak jauh, harus naik kendaraan. Saat ini Mitha tidak bisa membawa motor karena ban-nya kempis dan Beni sering lupa membawanya ke bengkel.
Akhirnya Mitha pesan bahan-bahan bolu lewat online. Bu Yeni mana mau tahu keuangan saat ini sedang pailit. Apa pun keinginannya harus dituruti.
Mitha, ini aku Salma. Sekarang kamu sedang apa? Rumah kamu masih sama di tempat yang dahulu?
Mitha dikejutkan oleh pesan dari sahabat baiknya. Salma adalah sahabat baik Mitha selain Kartini. Wanita itu sudah lama tinggal di Amerika, ikut dengan suaminya. Setelah sekian lama menghilang dia menghubungi kembali.
Salma, aku kangen sama kamu. Aku sedang membuat bolu pesanan mertuaku. Rumah aku masih di alamat yang sama. Bagaimana kabar kamu? Kapan pulang ke Indonesia?
Saking senangnya Mitha mendapatkan pesan dari Salma sampai lupa dengan bolu yang sedang dikukus olehnya. Kedua sahabat karib itu banyak bertukar pesan sampai terdengar suara Bu Yeni.
"Aaaaa, bolu brownies nya!" Mitha langsung membuka panci yang dipakai untuk mengukus.
Tercium sedikit hangus dan saat dikeluarkan dari loyang menjadi rusak. Mitha menyiasati bolu itu dengan lelehan coklat.
"Ini, Bu. Bolu-nya sengaja aku buat dua rasa, keju dan coklat. Biar bervariasi rasanya," kata Mitha sambil tersenyum lebar.
"Bagus. Ibu minta uang buat ongkos!" Bu Yeni menengadah sebelah tangan kepada Mitha.
"Aku sudah tidak punya uang lagi, Bu. Gaji dari Mas Beni juga sekitar lusa baru diberikan. Tadi sisa 100 ribu habis buat beli bahan brownies," ujar Mitha dengan wajah memelas.
"Apa? Lalu, ibu pergi ke rumah Bu Kopral naik apa?" tanya Bu Yeni dengan suara naik satu oktaf.
"Ya, tidak tahulah, Bu. Kalau mau bisa jalan kaki karena motor tidak bisa dipakai," jawab Mitha.
Bu Yeni menghubungi Beni dan mengatakan apa yang terjadi kepadanya. Entah apa yang diucapkan oleh putranya, yang jelas wanita paruh baya itu bisa pergi dengan bersungut-sungut.
Kini Mitha bisa bersantai kembali setelah makan siang. Namun, baru juga dia duduk manis, bel pintu rumah berbunyi.
"Salma!" Mitha memeluk tubuh sahabatnya yang kini sedang berdiri di depan pintu rumah.
"Mitha, kamu sedang hamil?" tanya Salma teoritis saat melihat perut buncit.
Sebenarnya Salma sangat terkejut melihat perubahan bentuk tubuh dan wajah Mitha. Jika tadi tidak mendengar suaranya, maka dia tidak akan mengenalinya.
Kedua sahabat itu duduk berbincang-bincang mengenang masa lalu. Kemudian, menyerempet ke kehidupan mereka saat ini.
"Aku sudah bercerai dengan Mark," ucap Salma mengaku.
"Hah, bagaimana bisa?" Mitha sangat terkejut mengetahui hal ini.
Mark adalah laki-laki bule yang begitu tergila-gila kepada Salma. Sudah berapa puluh kali laki-laki itu ditolak olehnya karena perbedaan keyakinan. Namun, akhirnya mereka bisa bersatu juga. Pernikahan Salma dan Mark hampir bersamaan dengan pernikahan Mitha dengan Beni, hanya terpaut 3 bulan.
"Mark selingkuh dengan sekretarisnya dan punya anak. Bahkan dia kembali ke agamanya semula. Jadi, buat apa aku pertahankan pernikahan ini," balas Salma dengan tatapan sendu.
Sebagai seorang perempuan Mitha tentu saja ikut merasa sakit hati atas nasib yang menimpa sahabatnya. Ternyata mereka memiliki nasib rumah tangga yang hampir sama. Yaitu, pasangan yang selingkuh.
"Ini sudah menjadi takdir," gumam Mitha.
"Ya. Untuk apa terus menerus kita terpuruk dan bersedih. Justru aku merasa senang dengan status ini. Buat apa punya suami, jika dia terus menyakiti dan membohongi kita. Aku gugat cerai dia setelah kukuras habis sebagian hartanya," ujar Salma.
Mitha hanya terperangah mendengar cerita sahabatnya itu. Mark memang terlahir dari keluarga yang berada. Harta dia lumayan banyak meski tanpa warisan dari kedua orang tuanya.
"Oh, iya. Bagaimana dengan rumah tangga kamu? Apa masih menjadi istri Beni atau kalian sudah berpisah?" tanya Salma.
Deg!
Jantung Mitha terasa berhenti berdetak sejenak. Dia berpikir kenapa sahabatnya bertanya seperti ini.
"Wajah kamu seakan mengisyaratkan pertanyaan kenapa aku bisa bertanya seperti ini? Kemarin aku melihat Beni dengan seorang wanita dan mereka terlihat sangat mesra. Makanya aku tanya hal ini sama kamu," lanjut Salma.
Tatapan Mitha menjadi sendu dan bola matanya berkaca-kaca. Dia merasa malu dihadapan sahabatnya ini akan kegagalan kehidupan rumah tangganya.
"Mas Beni selingkuh, karena aku sudah tidak cantik lagi," balas Mitha dengan air mata yang jatuh membasahi pipinya.
"Apa? Kurang ajar dia!" Salma langsung murka mendengar pengakuan Mitha.
***
Akankah Salma membantu Mitha membalas perbuatan Beni dan selingkuhannya? Ikuti terus kisah mereka, ya!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan like dan nonton iklan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Nusa thotz
"Akankah Salma membantu..?"....enggak tauuuuuu...kan ceritanya othor...masa nanya pembaca????
2024-12-14
0
Alanna Th
aq zuka gaya othor d tiap akhir episod. maju terus, thor /Joyful//Heart//Heart/
2025-01-12
2
Sulaiman Efendy
JADI WANITA ATAU ISTRI HRS PINTAR, JGN KRN TRLALU BUCIN JDI WANITA BODOH DN SLLU PRCAYA DGN SUAMI, HRS PINTAR2, TRUTAMA MSLH ASET, SELAIN BUAT INVES, YAA BUAT JAGA2 DRI HAL2 YG TDK DIINGINKN.. JDI KLO DIBUANG SUAMI, MSH PNY MODAL, JGN JDI GEMBEL..
2024-02-29
4