Bab 12
Beni menemani Mia sehari semalam di rumah sakit. Keesokan harinya wanita itu sudah bisa pulang. Meski begitu dia masih merasa lemas.
"Mas, temani aku dulu, ya!" pinta Mia dengan wajahnya yang memelas.
"Aduh, Sayang. Kalau hari ini aku tidak pulang nanti Mitha curiga. Apalagi jika dia tanya sama Haris kenapa aku belum pulang. Bisa-bisa kebohongan aku terbongkar. Nanti kita tidak bisa bertemu lagi dengan bebas di luar," ucap Beni beralasan.
Mia memasang wajah cemberut. Dia belum ingin hubungan perselingkuhan ini terbongkar. Bisa-bisa nanti dirinya dan Beni di usir oleh warga komplek. Akan lebih parah lagi jika mereka memviralkan kasus perselingkuhan ini.
"Lalu, aku sama siapa? Tidak ada orang yang bisa aku mintai tolong jika aku membutuhkan bantuan," ujar Mia merengek.
Beni pun berpikir keras bagaimana cara agar ada orang yang bisa menjaga Mia. Bukan dia tidak mau mengurus dan menjaga kekasih gelapnya ini, tetapi reputasi dirinya harus tetap terjaga baik.
"Apa aku telepon Mbak Mitha saja dan berpura-pura meminta tolong untuk tinggal di rumahnya untuk beberapa hari?" Mia sudah tidak punya rasa malu.
"Benar juga. Bagus juga ide kamu ini, Sayang! Kita manfaatkan kebaikan si Mitha ini. Kamu hubungi Mitha sekarang agar menjemput kamu di sini. Biar lebih meyakinkan," balas Beni yang sudah ketularan Mia dengan sifat tidak tahu malu.
Mia pun menghubungi Mitha, tetapi tidak diangkat olehnya meski sudah lebih dari tiga kali. Wanita itu memasang wajah kesal karena takut rencananya gagal.
"Biar aku hubungi dia," ucap Beni.
Laki-laki itu pun menghubungi istrinya. Tanpa dia sangka panggilannya direspon oleh Mitha.
"Ada apa, Mas?" tanya Mitha di seberang sana.
"Barusan Mia menghubungi aku. Katanya dia sedang berada di rumah sakit. Dia mau minta tolong sama kamu untuk menjemputnya di rumah sakit. Lalu ... dia juga minta izin untuk ikut tinggal di rumah kita sampai sembuh," jawab Beni.
Tidak ada jawaban dari Mitha. Sampai lima menit kemudian terdengar suara dari seberang sana.
"Emangnya Mia sakit apa sampai di rawat di rumah sakit?" tanya Mitha.
"Dia diare parah dan penyakit maag-nya kambuh. Sekarang Mia sudah bisa pulang dan melakukan rawat jalan," jawab Beni.
Laki-laki itu merasa waswas takut kalau sang istri akan langsung mengamuk. Karena dia tiba-tiba menghubungi dirinya dan meminta hal seperti ini.
"Kenapa dia tidak pulang ke rumahnya sendiri. Toh, jarak rumah kita dengan rumahnya juga dekat cuma terhalang satu rumah," kata Mitha yang suaranya terdengar ketus.
"Kan kamu tahu sendiri kalau Mia tinggal sendirian di rumahnya, tidak ada orang lain. Kasihan sekali dia, Mitha. Tadi dia menghubungi Mas sambil menangis karena merasa hidupnya sebatang kara dan tidak ada yang peduli kepadanya," balas Beni.
"Oke. Aku melakukan ini karena kita sebagai manusia yang memiliki jiwa sosial harus menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Tapi, kalau sampai dia ngelunjak sebagai tamu ... maka aku tidak akan segan-segan mendepak dirinya. Nggak mau tahu itu sedang malam atau siang atau hujan badai sekalipun, akan aku usir!" ancam Mitha.
Senyum Beni pun mengembang dengan lebar. Sudah bisa dipastikan sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Mia menatap kagum kepada kekasihnya ini. Laki-laki itu bicara begitu luwes saat berbohong kepada istrinya.
"Bagaimana?" tanya Mia penasaran.
"Berhasil!" jawab Beni sambil tersenyum bahagia.
Kedua orang itu ber-tos dengan kedua tangannya saking bahagianya. Mereka kira bisa bersenang-senang nanti di rumah.
"Selain aku ada yang menjaga, aku juga bisa lebih lama bersama denganmu," ujar Mia yang kini wajahnya dihiasi senyuman manis.
***
Sementara itu di sebuah kafe, Mitha sedang bersama Salma. Mereka tadi janjian untuk mencari pengacara yang akan mengurus perceraian Mitha.
"Semakin gila saja mereka berdua!" ucap Salma dengan geram.
"Kalau tidak gila mana mungkin mereka akan berselingkuh. Orang waras pasti tidak akan melakukan hal itu," balas Mitha sambil memasukan handphone miliknya ke dalam tas.
Suasana kafe yang tidak begitu ramai membuat kedua orang itu bebas berlama-lama di sana. Sudah lebih dari satu jam Mitha sama Salma berbicara. Lebih tepatnya Salma bercerita tentang kehidupan rumah tangga dirinya yang dianggap gagal.
"Ini semua sudah takdir. Aku tidak menyesalinya pernah mengenal dan menikah dengan Mark. Kami pernah merasakan hidup bahagia dalam menjalani kehidupan bersama sampai datangnya pelakor itu. Dasar si Mark saja yang lemah iman. Digoda dengan sedikit saja langsung jatuh ke pelukannya," ucap Salma.
Sungguh mirip kehidupan rumah tangga kedua sahabat ini. Suami Salma selingkuh karena belum juga bisa hamil. Sementara itu, suami Mitha justru selingkuh karena dia hamil dan membuat dirinya menjadi jelek.
"Sebaiknya kita pulang, yuk! Keburu duo cecunguk itu sampai ke rumah duluan. Bisa-bisa nanti rencana kita gagal," ajak Mitha yang beranjak dari sana.
***
"Loh, Salma?" Mata Beni membulat karena melihat sahabat istrinya.
"Hai, Beni. Apa kabar?" tanya wanita berambut pirang itu.
"B–baik," jawab Beni.
Betapa terkejutnya Beni saat tahu ada Salma di sini. Setahu dia wanita itu tinggal di luar negeri setelah menikah. Namun, sekarang dia terlihat seorang diri, tanpa suaminya.
"Oh, iya. Mas, tadi aku mau bilang kalau Salma akan tinggal di sini beberapa hari selama di Indonesia. Dia sudah menempati kamar tamu. Berarti kamar untuk Mia yang ada di kamar paling belakang," ucap Mitha.
Kamar itu hampir mirip dijadikan gudang perabotan sekaligus tempat menyetrika. Mitha dahulu sengaja meletakan sebuah kasur berukuran single di sana. Karena dia suka rebahan jika selesai menyetrika.
Mata Mia melotot saat tahu kalau dirinya akan ditempatkan di kamar itu. Padahal dia sudah membayangkan kamar tamu yang cukup luas dan nyaman. Wanita ini sudah sering bolak-balik datang ke rumah ini, jadi sangat tahu seluk-beluk semua tataletak perabotannya.
Mitha menahan tawa saat melihat ekspresi wajah kedua orang itu. Tadi Mitha tidak mau menjemput Mia ke rumah sakit dan menyuruh Beni saja yang menjemputnya.
"Sebaiknya Mas bersihkan diri! Pasti banyak kuman yang dibawa dari luar," perintah Mitha.
Mia mau tidak mau menempati kamar paling belakang. Niatnya ingin hidup enak sebelum keadaan dia pulih kembali. Ini malah kayak dapat zonk.
Tatapan mata Salma berbinar saat melihat Mia. Dia rasanya sudah tidak sabar ingin memberikan pelajaran kepada si pelakor gatal ini. Sudah ada seribu ide yang muncul di kepalanya.
'Aku ingin lihat apa dia masih bisa menginjak-injak kehormatan Mitha setelah ini? Kamu salah besar jika membodohi temanku itu!' batin Salma menahan amarah.
Mitha tersenyum cantik sambil mengantarkan Mia ke kamar paling ujung. Tempat itu dekat dengan dapur dan kamar mandi. Terlihat jelas kalau wanita hamil itu sudah menyusun banyak rencana untuk membalaskan rasa sakit hatinya oleh pengkhianatan kedua orang itu.
***
Ide apa yang sudah disusun oleh Mitha dan Mia? Akankah Mia betah tinggal lama di rumah Beni? Ikuti terus kisah mereka, ya!
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like dan nonton iklan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
NAMANYA JUGA BULE.. YG INDO SAJA SUNGGUH KTP NYA ISLAM BNYK KLAKUAN SPRTI ORG KAFIR
2024-02-29
4
Pia Palinrungi
ttp jadi wanita elegan dn bermartabak mitha, empas semuanya lekor sekalian suami kamu bikin dia nanti menyesal telah melepas mermata mengambil bagu nisan😂😂😂😂
2023-12-03
3
Truely Jm Manoppo
wow keren Salma n Mitha.
2023-09-25
3