Bab 20
Saat orang-orang akan masuk ke dalam rumah Mia, tiba-tiba pintu itu dibuka dari dalam. Ada Haris yang membukakan pintu. Lalu itu meletakkan jari telunjuknya di mulut agar warga jangan gaduh.
Haris datang bersama dengan Kartini dan masuk lewat pintu belakang. Dia pun membuka kunci pintu depan agar orang-orang bisa masuk.
"Untung kamu datang tepat waktu," ucap Mitha kepada temannya dengan berbisik.
"Kebetulan aku dan Kartini sedang menginap di dekat sini. Cuma 10 menitan sampai ke sini," balas Haris berbisik juga.
Para warga bukanya membuka pintu kamar Mia, mereka malah terdiam mematung. Suara desah*an dan rancauan Mia yang begitu menggoda membuat para lelaki menelan ludah. Hal ini tentu saja membuat para ibu-ibu meradang. Mereka menyingkirkan tubuh para suami, lalu dengan cepat mendobrak benda papan persegi lebar dan tinggi itu dengan sekuat tenaga.
Bu Ida dan Bu RT mendobrak dengan menggunakan tubuhnya yang tinggi besar. Sementara beberapa wanita lainnya memegang handphone dan handycam yang sejak tadi merekam kegiatan ini.
Terlihat Mia dalam keadaan tidak berbusana sedang berada di atas tubuh Beni. Wanita itu sedang diliputi napsu. Tubuh indahnya sedang bergerak mencari kepuasan dan kenikmatan. Mulutnya tidak berhenti men*desah dengan mata tertutup. Begitu juga sama halnya dengan Beni yang sibuk untuk mencapai kepuasan surga dunia.
Warga diam sejenak karena terkesima dengan pemandangan di depan mata mereka. Mia dan Beni sedang menikmati perbuatan dosa itu sampai tidak sadar kalau kegiatannya ini sedang disaksikan oleh puluhan pasang mata. Bu Ida langsung menarik tangan Mia dengan kuat sampai wanita itu tersungkur ke lantai.
"Dasar wanita ja*lang! Tidak punya harga diri!" teriak Bu Ida dengan penuh amarah.
"Aduh ...." Mia meringis kesakitan.
Beni membuka matanya karena hendak protes kepada Mia yang tiba-tiba menghentikan kesenangan mereka. Namun, betapa terkejutnya dia saat melihat ada banyak orang yang datang ke kamar itu. Dia pun menutup tubuhnya dengan selimut. Baju dan celananya ada di dekat pintu, tidak mungkin bagi dia berlari ke sana untuk mengambil pakaiannya. Sementara para warga ada di sana.
"Dasar pela*cur!"
"Wanita suka menggoda suami orang!"
"Wanita murah*anak!"
Bu Ida dan beberapa wanita lainnya memukuli, menjambak, dan mencubit Mia sambil memaki-maki dan mengatainya dengan kasar. Si janda hanya meraung dalam tangisannya sambil memohon ampun.
"Ampun ... sakit! Kenapa kalian jahat sama aku?" Mia meracau sambil meringkuk di lantai.
"Jahat nama sama kelakuan kamu, hah!" Bu Siska mencubit punggung Mia yang sudah pada merah dan memar akibat keganasan para emak-emak.
Beni menatap tajam ke arah Mitha yang berdiri di dekat pintu bersama Haris dan Kartini. Dia yakin kalau semua ini adalah ulah istrinya.
"Kita arak mereka keliling kampung!" teriak Mang Dirman.
"Setuju. Ayo! Ayo!"
Para lelaki menyeret paksa Beni yang masih di atas kasur. Dia tidak bisa melawan karena tenaganya kalah sama mereka. Beberapa orang yang berdiri di dekat pintu ikut-ikutan memberikan pelajaran kepada Beni. Kepala laki-laki itu ditonyor oleh orang-orang yang ikut penggerebekan saat melewati mereka.
"Seret sekalian wanita itu juga!" perintah Pak Burhan.
Mia pun ikut diseret juga oleh beberapa orang ibu-ibu yang sedang diliputi amarah. Mereka yang memang tidak suka kepada Mia karena wanita itu sering berpenampilan seksi dan menggoda para lelaki yang di komplek. Hal ini tentu saja membuat resah dan marah para istri.
"Tunggu! Biarkan kami memakai baju dulu," pinta Mia yang berusaha memberontak dari cengkraman para ibu-ibu. Dia ingin menutup dua area terlarang miliknya.
Tentu saja emak-emak barbar itu tidak mengizinkan. Mereka ingin Mia dan Beni kapok sehingga tidak mengulangi lagi perbuatan dosa seperti ini lagi.
"Sudah kamu jalan saja. Kenapa? Kamu malu!"
"Kalau masih punya rasa malu jangan goda suami orang! Jaga, tuh, harga diri."
"Sampai melakukan zina begini masih ingat akan malu. Lalu, tadi saat kamu buka baju untuk suami orang, ke mana rasa malu itu?"
Beni dan Mia diarak oleh warga untuk dibawa keliling kampung. Mereka tidak diberikan pakaian sebagaimana mereka ditemukan saat sedang berbuat zina. Hal ini pernah terjadi dahulu di sana karena orang-orang takut kena imbas dari perbuatan dosa kedua orang itu. Hal ini juga akan menjadi pelajaran bagi warga lain yang berani berbuat zina.
Mitha merasa miris melihat kelakuan ibu-ibu yang sangat galak menunjukkan taringnya. Wanita itu merasakan perutnya sakit seperti kram.
"Perutku," gumam Mitha sambil memegang perutnya.
"Mitha, kenapa?" tanya Haris saat menyadari keadaan Mitha yang kesakitan.
"Kita bawa ke rumah sakit!" ajak Kartini sambil memapah Mitha.
"Sepertinya bukan mau lahiran. Antar saja aku ke rumah," pinta Mitha kepada Kartini dan Haris.
***
Bu Yeni mendengar suara gaduh di luar. Karena penasaran dia pun mengintip dari balik jendela. Wanita paruh baya itu melihat banyak orang di jalanan komplek.
"Ada apa, ya? Kok, ramai sekali!"
Ibunya Beni itu sangat penasaran apa yang sedang terjadi di daerah tempat tinggalnya. Lalu, dia pun memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Beni.
"Beni ... Mitha! Bangun!" teriak Bu Yeni sambil menggedor-gedor pintu kamar.
"Mereka tidur apa pingsan? Sulit sekali dibangunkan," gumam Bu Yeni.
Terdengar orang berbicara dan rintihan dari arah belakang. Saat membalikan badan, betapa terkejutnya Bu Yeni melihat Mitha yang berjalan dituntun oleh Haris dan Kartini.
"Kamu kenapa, Mitha?" tanya Bu Yeni sambil memperhatikan keadaan sang menantu.
"Hanya kram saja, Bu," jawab Mitha yang meringis menahan sakit.
"Itu di luar ramai-ramai, ada apa, ya? Ibu takut ada penjahat atau buronan yang sedang sembunyi di lingkungan kita," tanya Bu Yeni penasaran dengan tangan yang menunjuk ke arah depan rumah.
Kartini dan Haris menahan tawanya. Kedua orang itu tidak menyangka kalau mertua temannya ini suka cerita dunia halu.
"Tidak ada buronan, Bu. Adanya penjahat kelamin," jawab Mitha lirih.
"Hah! Siapa?" tanya Bu Yeni terkejut.
Ibunya Beni memegang kedua bahu Mitha. Dia merasa kalau ada sesuatu yang buruk terjadi kepada anaknya.
"Beni, Bu." Haris yang menjawab bukan Mitha.
"Apa?" Tubuh Bu Yeni bergetar hebat. Mukanya langsung pucat pasi, bola mata membulat, dan mulut menganga.
***
Apa yang akan terjadi selanjutnya kepada Beni, Mitha, dan Mia? Ikuti terus kisah mereka, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Carlina Carlina
mak nya beni mati jg papa dah,jahat sm mamtu ga tau diri dah numpang jg😡😡😡😡😡
2024-01-23
1
novi 99
syukur-syukur stroke tu emaknya Beni.
2024-01-08
2
Pia Palinrungi
mitha siap2 aja pindah dn nikmati kebahagiaanmu dgn anak2mu, hempaskan aja itu sibeni jgn sekali2.diberi kesempatan
2023-12-03
1