Bab 13 Mulai membaik

Aku mengantarkan orangtuaku dan anak istriku pulang, aku kasihan sama mereka harus ikut menanggung semuanya. Mereka tidak bersalah apa-apa, tiba di rumah ternyata di rumah ada orang-orang.

"Gimana ini Pak, apa hantu itu tidak akan menghantui lagi ?". Ucap warga 

"Kami sedang berusaha Pak, aku usahakan akan menuntaskan semuanya. Saya nanti akan mencari bantuan atau mencari jalan keluarnya, saya janji akan kembali membuat desa ini kembali aman".

"Apa kamu bisa memastikan kalau omongan kamu bisa di percaya".

"Insyaallah Pak, saya tidak akan lari dari masalah ini.  Karna semua ini karna ulah keponakan saya, jadi saya yang akan bertanggung jawab".

"Tapi tidak bisa semudah itu Sep, gimana sekarang ini pasti setiap malam kita akan kembali di gangguin oleh hantu itu lagi".

"Iya benar itu, aku sudah malas menghadapi malam hari".

"Bukan cuma itu, gara-gara desa ini kembali di hantui, kita jadi susah untuk keluar".

"Apalagi aku yang kerjanya malam, aku berdagang di malam hari. Gimana ini gara-gara hantu itu tidak ada orang lagi yang membeli dagangan ku".

"Tenang-tenang semuanya tenang ! Aku yakin kalau kita semua yakin pada Allah pasti Allah akan melindungi kita. Kita jangan takut sama makhluk halus derajat kita lebih tinggi dari mereka. Bagaimana kalau kita rutin adakan pengajian, kita harus banyak beribadah dan berdo'a. Setan itu takut jika iman kita kuat, setiap sesudah solat berjamaah kita mengaji bersama. Aku yakin jika rumah kita di bumbui dengan ibadah, iman kita kuat, sering menyebut nama Allah aku yakin setan tidak akan bisa masuk ke rumah kita".

Aku lihat warga sudah mulai tenang dan mendengarkan nasehat ku. Tapi ada juga beberapa orang yang sepertinya tidak suka.

"Benar apa yang di katakan sama Asep, setan itu takut sama Allah maka dari itu kita harus dekat sama Allah, dengan menjalankan perintahnya, banyak beribadah dan jangan hentinya terus berdzikir kepada Allah. Insyaallah kita akan dilindungi Allah, Allah tidak akan membiarkan hambanya kesusahan terutama jika dia beribadah kepada Nya". Ucap Ayah 

"Tapi gimana dengan mata pencaharian warga yang pada malam hari, gara-gara ini semua jadi tidak bisa bekerja karna orang-orang pada takut keluar malam hari".

"Saya akan mengganti semuanya, untuk sementara ini pendapatan bapak-bapak berapa setiap malam nya nanti akan saya ganti".

"Nah kalau seperti ini kan saya setuju, oke kalau begitu gak masalah".

"Nanti tuliskan saja siapa yang bekerja malam hari yang berdagang dan yang lain sebagainya. Nanti tulis nama dan berapa pendapatan setiap malam nya".

"Oke kalau begitu Asep, terima kasih banyak ternyata Jang Asep ini orangnya baik ya para warga dia bertanggung jawab".

"Iya benar-benar, kami telah salah menilai Jang Tatan".

Warga langsung ramah setelah aku membahas soal uang, tapi aku memang akan mengganti rugi karna gara-gara kedatangan kami kesini semuanya jadi tidak aman.

"Yasudah semua warga sekarang kembali ke rumahnya masing-masing, masalahnya nanti akan segera di selesaikan oleh anak saya". Ucap Ayah 

"Kami mohon permisi dulu kalau begitu, assalamualaikum !".

"Waalaikumsalam".

Semua warga menjabat tangan kami, yang awalnya marah-marah sekarang menjadi ramah tamah dan mereka pun pulang ke rumahnya masing-masing.

"Tan apa kamu yakin mau mengganti pendapatan warga yang bekerja di malam hari ?".

"Iya Pak, kan semua ini gara-gara kita yang kesini hanya membawa petaka".

"Tapi kan semua ini bukan salah kamu nak, kenapa kamu yang harus bertanggung jawab ?". Ucap Ibu 

"Gak apa-apa Mah, aku ikhlas ko anggap aja ini semua sebagai pembuang sial mudah-mudahan dengan berbagi Allah akan mempermudah semuanya".

"Aamiin, kamu ini memang baik nak. Kita masuk dulu yu, kamu jangan dulu kembali ke rumah sakit ! Kita makan dulu".

"Iya Mah".

"Iya dari tadi Ayah bolak-balik sampai gak sempat makan. Nanti bawa juga makanan untuk Mila dan yang lainnya".

"Oke Bu".

Kita semua masuk ke dalam rumah, aku mau mencari jalan keluarnya sendiri. Aku akan melakukan cara apa saja yang penting semuanya kembali seperti semula. 

"Untuk makan siang ini kita makan sama anak ikan ya, kemarin Bapak habis menangkap ikan di sungai".

"Wah mantap tuh Mah apalagi pakai tepung pasti lebih enak".

"Iya, Mamah akan kasih tepung biar lebih enak dan kriuk".

"Kalau gitu aku bantuin Mah". Ucap Istriku 

"Salma dan Salman sambil nunggu makanannya matang kita main dulu yu !".

"Main apa Yah ? Gimana kalau main sepeda".

"Iya Yah kita main sepeda aja".

"Tapi apa kalian gak capek ?".

"Enggak ko Yah justru seneng banget kalau main sepeda".

"Yasudah kalau gitu tapi main di belakang rumah aja ya biar gak panas ?".

"Asiiiiiikk, iya Yah".

Aku membawa sepedanya ke belakang rumah, di belakang rumah banyak pohon jadi tidak akan kepanasan. Saat lagi main sepeda, tiba-tiba saja aku melihat Salman berhenti dan dia seperti lagi ngobrol dengan seseorang. Dia lagi berdiri di depan pohon pisang sambil bercakap-cakap entah sama siapa. 

"Salman kamu sedang apa ?".

"Eh Yah, gak ko aku gak sedang apa-apa".

Salman langsung naik lagi sepeda, dia kembali mengayuh sepedanya. Benar-benar aneh, padahal dengan jelas, aku melihat Salman sedang ngobrol sama seseorang. Tidak aku hiraukan, mungkin tadi salah lihat. Hingga akhirnya makanannya sudah matang, kita langsung makan bersama. Aku makan dengan segera karna takut Damar dan yang lainnya menungguku. Setelah selesai makan, aku kembali lagi ke rumah sakit.

"Bu, Ayah kembali lagi ke rumah sakit ya ? Takutnya mereka nungguin Ayah".

"Iya Yah hati-hati".

"Nih nak bawa makanan untuk mereka, pasti mereka pada lapar. Oh ya bawa Al-Qur'an dan tasbih taruh di dekat Ica !".

"Iya Mah.

Oh iya Bu, kalau lagi bete Salman dan Salma main sepeda lagi aja tapi mereka kamu tungguin jangan sampai jauh-jauh main sepeda nya".

"Iya Yah, mereka itu kan paling anteng kalau sudah main sepeda".

"Iya Bu, sementara sebelum nanti kita pulang dan membawa mereka liburan ke tempat lain".

"Semoga Ica cepat sembuh ya Yah biar makin cepat pulangnya karna kalau kelamaan disini, Ibu takut".

"Iya Bu, do'kan saja agar Ica cepat sembuh !".

"Pasti itu Yah".

Aku segera kembali ke rumah sakit, dengan membawa makanan untuk mereka. Berbeda dengan di kota mungkin kita lebih baik makan di restoran atau beli makanan jadi biar lebih simpel. Tapi ini aku membawa nasi beserta lauknya, bawa termos dan makanan lainnya. Aku sampai repot membawanya, untung saja aku naik mobil. Jika aku menolaknya Mamah pasti marah, dia itu keinginannya harus segera du turuti kalau enggak, pasti sangat cerewet sekali. Tiba di rumah sakit aku suruh Mila, Rizal dan Damar makan, sementara itu aku bagian yang menunggu Ica.

"Ica gimana keadaannya ?".

"Dari tadi belum bangun Om dia masih tidur".

"Oh, mudah-mudahan dia baik-baik saja, oh ya kalian makan dulu Om bawa makanan dari rumah biar Om yang nungguin Ica".

"Iya Om".

"Kalian makan di belakang nanti setelah selesai kesini lagi".

"Iya Om, kami makan dulu !".

"Iya silahkan".

Sementara itu aku menunggu Ica sendirian, aku terus berdo'a agar Ica segera sembuh dan tiba-tiba.

"Hhhhhhhhaaaaa hhhhhhhahahaaaha.... Hihihihi...... Hhhhhhhiiiiihihi..".

Ica ketawa-ketawa sendiri tapi dia masih berbaring dan matanya tertutup.

"Ica... Ica.... Bangun Ca ! Istighfar Ca !".

Hingga kemudian dia bangun, tapi saat bangun dia senyum-senyum padaku.

"Om....". Ica memegang tanganku, dia jadi aneh dan ganjen 

"Kamu baik-baik Ca ?".

"Baik ko Om". Tangannya sangat intens membelai tanganku 

"Yasudah kamu istirahat lagi biar cepat sembuh !".

Tiba-tiba, Ica memelukku tapi dia menggigit bahuku.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaahhhh Ica lepaskan ! Aaaaaaaaaa.... audzubillahiminasyaiton nirrozim bismillahirrahmanirrahim... Akllohu Akbar... !".

Akhirnya terlepas juga, Ica kembali berbaring aku terus membaca do'a dan membaca ayat kursi. Dia berteriak-teriak dan kejang-kejang, aku yakin pasti Ica kerasukan. 

"Aaaaaaaaaaaaaaaa..... aaaaaaaaaaaaaa hentikaaaaaannnn !".

Hingga lama-lama Ica kembali tenang, aku tak hentinya terus berdo'a. Aku bawa Al-Qur'an dan tasbih yang diberikan oleh Ibuku, tasbihnya aku taro di bawah bantal Ica dan Al-Qur'an nya aku simpan di dekatnya. Aku kembali duduk, bahuku terasa sakit tenyata setelah aku pegang berdarah hingga kemudian Mila masuk ke dalam.

"Om kenapa ?".

"Tolong ambilkan obat merah Mil dan perban !".

"Iya... Iya tunggu Om !".

Mila kembali keluar dan setelah itu Mila kembali masuk bersama Rizal dan Damar. Aku di bantu di obati oleh mereka, rasanya sakit dan perih sekali bahuku.

"Om kenapa bahu nya sampai berdarah gitu ?". Ucap Mila 

"Tadi Ica bangun, tiba-tiba saja dia mengigit Om ternyata dia kerasukan untungnya langsung bisa di hentikan".

"Astaga ! Pantesan ada seperti bekas gigitan".

"Kalian harus terus berdo'a jangan lupa solat !".

"Iya Om".

Setelah selesai di obati, kita duduk sambil menunggu Ica dan kemudian Ica terbangun. Dia akhirnya sadar dan dia tidak teriak-teriak lagi ataupun histeris.

"Ica gimana keadaan kamu ?".

"Aku baik-baik saja". 

Kita langsung memberikan minum pada Ica

"Ica kamu harus terus membaca do'a, pikiran kamu jangan kosong. Kamu bisa mengaji kan ? Ini Om bawa Al-Qur'an, oh ya Kamu harus punya wudhu usahakan kamu dalam keadaan suci terus !".

"Iya Om terima kasih banyak, Ica senang bisa ketemu kalian lagi. Ica takut Om .. !".

"Sekarang kamu jangan takut, kita akan melindungi kamu".

"Iya Ca lu harus sembuh, jangan merasa takut lagi kita akan ada untuk lu". Ucap Mila 

"Maafin gus ya Ca, gara-gara gue lu jadi seperti ini". Ucap Damar 

"Iya Ca, padahal lu bilang gak mau tapi kita terus maksa". Ucap Rizal 

"Gak apa-apa, semuanya sudah terjadi yang penting kita masih bisa bersama. Gue benar-benar senang bisa berkumpul lagi, gue sendirian di hutan lari-lari kesana kemari. Gue nyari-nyari kalian, pokoknya gue udah gak mau lagi masuk ke dalam hutan terkutuk itu".

"Iya Ca, kita juga gak akan melanjutkan konten kita lagi, kita benar-benar kapok".

"Nanti kalau kamu sudah sembuh, kita akan kembali pulang ke Jakarta Ca jadi kamu harus segera sembuh ya biar kita cepat pulang !".

"Iya Om, Ica pengen segera pulang".

Aku bahagia Ica kembali sembuh, setelah Ica benar-benar pulih dia aku suruh berwudlu dan dia langsung solat kemudian mengaji agar di dalam tubuhnya ada kekuatan tidak akan di dekati oleh makhluk halus maupun di rasuki.

Episodes
1 Bab 1 Asal Muasal
2 Bab 2 Aku bangga sama anak-anak ku
3 Bab 3 Tiba di Subang
4 Bab 4 Penyesalan
5 Bab 5 Penasaran
6 Bab 6 Menjalankan misi
7 Bab 7 Kembali ke hutan
8 Bab 8 Tidak pernah kapok
9 Bab 9 Hantu merah
10 Bab 10 Situasi semakin mencekam
11 Bab 11 Trauma Ica
12 Bab 12 Belum menemukan titik terang
13 Bab 13 Mulai membaik
14 Semoga kamu tenang, Ica !
15 Pergi liburan
16 Kembali menjalankan misi
17 Semakin lancar
18 Persiapan
19 Kembali ke Subang
20 Persiapan
21 Mulai penjelajahan
22 Mulai mencekam
23 Kembali mengganggu
24 Meminta bantuan
25 Petunjuk
26 Korban semakin banyak
27 Terus mengganggu
28 Lindungi keluargaku
29 Melindungi rumah
30 Penuh rintangan
31 Banyak keanehan
32 Semakin banyak rintangan
33 Fatamorgana
34 Terbawa angin
35 Aku harus bertahan
36 Semakin tersesat
37 Awal perjalanan
38 Banyak makhluk halus
39 Berada di jaman kerajaan
40 Kampung Pajajaran
41 Masalah di desa
42 Satu masalah selesai
43 Mulai menyiarkan agama Islam
44 Bergotong-royong
45 Asal usul adanya penunggu pohon beringin
46 Semakin rumit
47 Bertemu Raja
48 Misi
49 Sosok makhluk merah
50 Berhasil selamat
51 Mulai di temukan
52 Akhirnya berhasil
53 Berhasil di lumpuhkan
54 Kembali pulang
55 Pulang dengan selamat
56 Kembali pulang
57 Mulai di lumpuhkan
58 Berhasil di kalahkan
59 Membuka lembaran baru
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 1 Asal Muasal
2
Bab 2 Aku bangga sama anak-anak ku
3
Bab 3 Tiba di Subang
4
Bab 4 Penyesalan
5
Bab 5 Penasaran
6
Bab 6 Menjalankan misi
7
Bab 7 Kembali ke hutan
8
Bab 8 Tidak pernah kapok
9
Bab 9 Hantu merah
10
Bab 10 Situasi semakin mencekam
11
Bab 11 Trauma Ica
12
Bab 12 Belum menemukan titik terang
13
Bab 13 Mulai membaik
14
Semoga kamu tenang, Ica !
15
Pergi liburan
16
Kembali menjalankan misi
17
Semakin lancar
18
Persiapan
19
Kembali ke Subang
20
Persiapan
21
Mulai penjelajahan
22
Mulai mencekam
23
Kembali mengganggu
24
Meminta bantuan
25
Petunjuk
26
Korban semakin banyak
27
Terus mengganggu
28
Lindungi keluargaku
29
Melindungi rumah
30
Penuh rintangan
31
Banyak keanehan
32
Semakin banyak rintangan
33
Fatamorgana
34
Terbawa angin
35
Aku harus bertahan
36
Semakin tersesat
37
Awal perjalanan
38
Banyak makhluk halus
39
Berada di jaman kerajaan
40
Kampung Pajajaran
41
Masalah di desa
42
Satu masalah selesai
43
Mulai menyiarkan agama Islam
44
Bergotong-royong
45
Asal usul adanya penunggu pohon beringin
46
Semakin rumit
47
Bertemu Raja
48
Misi
49
Sosok makhluk merah
50
Berhasil selamat
51
Mulai di temukan
52
Akhirnya berhasil
53
Berhasil di lumpuhkan
54
Kembali pulang
55
Pulang dengan selamat
56
Kembali pulang
57
Mulai di lumpuhkan
58
Berhasil di kalahkan
59
Membuka lembaran baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!