Bab 4 Penyesalan

Akhirnya pagi hari tiba, semalaman aku tidak bisa tidur nyenyak karna banyak mendengar suara aneh. Aku gak tau apa yang terjadi, padahal dulu di rumahku gak ada apa-apa.

"Kalian sarapan dulu, Ibu sudah masak untuk kalian".

Kalau di kampung jam 6 pagi di suruh makan, beda dengan di kota kalau pagi-pagi biasanya cukup minum teh, susu dan cemilan. Kalau di kampung langsung nasi, aku sendiri suka langsung makan nasi sudah terbiasa sejak kecil.

"Ayo anak-anak kita sarapan dulu !".

"Kita nanti aja deh Om pengen keluar dulu !". Ucap Damar

"Mau kemana ?".

"Kedepan sebentar Om sambil jalan-jalan". Ucap Mila

"Yasudah kalian hati-hati".

"Yah nanti kita main sepeda yu !".

"Iya ayo, tapi nanti ya kalau sudah mandi".

"Iya Yah".

Pagi ini kita sarapan bersama, Ibuku membuat nasi to alias tutug oncom. Di kampung ku sendiri terkenal dengan makanan ini. Makanannya kebanyakan makanan yang jarang ada di kota, sarapan ku sendiri terasa nikmat. Bukan seperti sarapan tapi seperti makan siang karna aku sampai nambah dua piring. Masakan ibu benar-benar lezat, sudah lama sekali aku gak merasakan masakan Ibu lagi. Setelah selesai aku duduk di luar sambil merokok kemudian diikuti oleh istriku. Anak-anak sendiri membawa mainannya dan main di depan.

"Ayah semalam mendengar suara aneh gak ?".

"Ibu juga mendengarnya ?".

"Oh jadi Ayah juga dengar ? Itu suara apaan Yah ? Ibu sampai takut dan susah untuk tidur, Ibu memeluk anak-anak".

"Ayah sudah cek beberapa kali tapi gak ada apa-apa Bu, apalagi Ayah yang tidur di ruang tengah kedengaran banget. Semalam saat Ayah ke kamar mandi, melihat ada sosok hitam tapi samar-samar dan langkah kaki yang tidak tau siapa".

"Ko rumah ini jadi serem gini Yah, bukannya dulu gak apa-apa".

"Ayah juga gak tau, mudah-mudahan nanti malam tidak ada lagi".

"Iya Yah, Ayah nanti malam tidur di kamar aja sama anak-anak kita tidur bersama, Ibu takut".

"Iya nanti malam, Ayah tidur dengan kalian. Anak-anak jangan sampai ada yang tau Bu atau mendengarnya !".

"Iya Yah, semalam anak-anak tidurnya nyenyak sekali".

Hingga kemudian Damar dan teman-temannya datang.

"Kalian habis dari mana ?".

"Biasa Om, kita keliling desa ini sambil bikin konten". Ucap Mila

"Kalian jangan sompral ya jangan aneh-aneh".

"Enggak ko Om, kita cuma lihat-lihat aja dan ingin tau desa ini".

"Kalian pada sarapan dulu gih ! Nanti katanya Kakek dan Nenek mau ajak ke sawah, kita mancing sambil ngaliwet". Ucap istriku

"Wah kayaknya enak tuh, kebetulan sudah laper".

Mereka semua masuk ke dalam, dan tak berapa lama anak-anak mandi bersama istriku di mandikan dan aku yang nimba air nya. Saat lagi nimba, jantungku hampir copot karna dari dalam sumur aku melihat ada seperti orang yang melihatku matanya merah.

"Kenapa Yah ?".

"Hee gak apa-apa tadi cuma licin aja tali nya". aku kembali menimba air nya sampai penuh

Setelah kita semua selesai mandi, aku penasaran ingin menanyakan pada orangtuaku dan mereka lagi berada di belakang.

"Lagi apa Mah ?".

"Biasa Sep lagi masak air lagi mau bikin makanan untuk kalian".

"Mah aku mau nanya sesuatu ?".

"Nanya apa ?".

"Apa di rumah ini terjadi sesuatu ?".

"Maksudnya gimana ?".

"Dari semalam aku dihantui oleh sosok hitam Mah, rumah ini jadi berhantu".

"Wah yang bener ? Ah gak ada selama ini Mamah gak pernah melihat atau di gangguin apa-apa. Mungkin itu cuma halusinasi kamu aja".

"Enggak ko mah, aku melihatnya beberapa kali tadi juga lagi nimba aku melihatnya lagi dan bukan cuma itu ternyata Dewi juga mendengar suara aneh semalam".

Saat itu Ayahku datang dari luar belakang rumah.

"Maksud kamu tadi, gimana sosoknya ?". Ucap Ayah

"Sosok nya itu, tinggi besar dan hitam rambutnya panjang, matanya merah, pokoknya menyeramkan aku lihatnya samar-samar Pak".

"Astaga ! Itu mah jurig Tangkal Caringin Sep, kenapa bisa ke sini ?".

"Apa Pak ? Aku juga gak tau, memangnya sebelumnya gak ada ?".

"Dia itu tinggal di tengah hutan di pohon beringin sekarang ini jalan menuju kesana di tutup, dulu juga sempat heboh karna menelan korban waktu kamu masih kecil. sebetulnya hantu itu tidak akan menganggu kalau kita nya tidak mengganggu".

"Berarti hantu itu telah di usik, sepertinya anak-anak tau tentang ini semua".

"Kita tanya sama anak-anak Damar, Mila dan kedua temannya". Ucap Ibuku

Kemudian aku memanggil mereka yang baru saja selesai makan.

"Kalian semua kesini !".

"Ada apa Om ?".

"Kemarin malam waktu kita tiba di sini kalian kemana ?".

"Ya kita kan jalan-jalan sekitaran sini Om, memangnya kenapa ?".

"Apa kalian pergi ke dalam hutan ? yang ada pohon beringin nya ?". Ucap Ayah

"Iya kita kesana kek, memangnya kenapa ?".

"Kalian ngapain aja disana ? Dan ngomong apa ?". Ucapku

"Gak ngapa-ngapain kok, kita cuma lihat-lihat aja sambil merekam pemandangannya".

"Apa semalam kalian melihat sosok aneh atau mendengar suara aneh ?".

"I-iya Om, malah saat aku tidur di depan pintu ada sosok hitam besar aku sampai kaget ketakutan". Ucap Ica

"Aku juga sama, tiap aku membuka mata sosok itu muncul". Ucap Mila

"Coba kalian jujur, apa yang kalian lakukan kemarin ? Ayo jujur jangan bohong".

"Nih Rizal sama Damar Om, kan bikin konten saat lagi jalan-jalan kan katanya disini ada harta karun. Di medsos kan terkenal kalau kampung ini ada harta karunnya, makanya setelah tiba di sini kita langsung penasaran. Tapi saat kita menuju ke sana, tempat yang di maksud di tutup pagar kawat dan ada tulisan larangan untuk masuk kesana, aku sudah bilang kalau kita mending pulang aja tapi Rizal dan Damar malah membuka pagarnya dan nekat masuk kesana". Ucap Mila

"Astaga ! Pantesan aja. kalian tau ? Penunggu pohon beringin itu merasa terusik. Apa saja yang kalian lakukan disana ?".

"Saat tiba di Pohon Beringin itu, kami merekam pohon beringin nya. Oh iya Rizal mengencingi pohonnya Om, dan dia juga ngomong aneh-aneh menantang penunggunya".

"Tapi kan waktu itu lu semua juga pada ngikut juga, kita kan cuma bikin konten". Ucap Rizal

"Bikin konten sih bikin konten Zal, tapi jangan sampai melanggar juga, kan Om sudah bilang disini jangan sompral dan jangan aneh-aneh karna tempatnya angker".

"Duh gimana dong ini Om. Lu sih berdua pada ngomong sompral kan gua udah bilang disini kita jangan ngomong aneh-aneh".

"Maaf Om kita cuma bercanda, lagian buat seru-seruan aja kan kita bikin konten tentang penampakan jadi biar banyak yang nonton". Ucap Rizal

"Kamu bilang bercanda ? Ini bukan waktunya bercanda kalian harus bertanggung jawab, kalian harus minta maaf".

"Iya kalian coba kembali ke hutan itu, kemudian minta maaf sama penunggunya". Ucap istriku

"Tuh kan jadi gini ? Kalian harus minta maaf, gua takut ah gak mau kesana". Ucap Ica

"Gua juga takut, kalian berdua kan yang ngelakuin ini semua ? Jadi kalian yang harus minta maaf". Ucap Mila

"Ko Gua, harus bareng-bareng dong. Kan lu berdua juga sama kita mau bikin konten hantu ke desa ini dan mengungkap harta karun nya". Ucap Damar

"Sudah-sudah, sebaiknya kalian semua langsung kesana dan segera minta maaf sebelum semuanya terlambat". Ucap Ibu

"Iya, gara-gara kalian Tante semalam jadi gak bisa tidur".

Mereka berempat langsung ketakutan dan saling menyalahkan.

"Tapi anterin yu Om kesana nya kita takut !". Ucap Mila

"Iya ayo, kalian ini bikin masalah aja kan Om sudah bilang beberapa kali jangan sompral, jangan aneh-aneh tapi kalian pada bandel".

Mereka semua terdiam, hingga akhirnya aku harus ikut juga kita semua pergi ke dalam hutan itu. Tempatnya memang terlihat cukup menyeramkan, ternyata akses menuju kesana memang di tutup tapi mereka malah membuka paksa gemboknya. Saat berjalan kesana suasananya sangat sepi dan hening, sampai bulu kudukku berdiri. Setelah tiba di depan pohon beringin mereka semua malah terdiam, gak ada yang ngomong apa-apa.

"Ayo kalian minta maaf cepat !".

"I-iya Om".

Baru saja mau minta maaf tiba-tiba dari atas pohon beringin ada yang jatuh berwarna putih, sontak mereka semua pada kabur.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.......... !".

"Kalian jangan pergi !".

Aku memberanikan diri menyentuh kain yang berwarna putih itu, ternyata itu cuma kain biasa. Tapi mereka sudah pada kabur, aku sendiri jadinya mengikuti mereka berlari.

"Kalian kenapa pada kabur, itu cuma kain biasa ayo kita kembali lagi !".

"Takut ah Om nanti aja kita kesini lagi". Ucap Mila berteriak sambil terus berlari

Dan semuanya ikut pergi, tinggal aku sendirian berada disini. Aku bingung harus gimana, aku beranikan diri untuk kembali ke pohon beringin itu untuk meminta maaf.

"Assalamualaikum, punten kanggo anu nungguan tempat ieu. Hapuntena murangkalih abi tos ngaganggu....".

Belum selesai aku berbicara, tiba-tiba saja ada angin kencang dan aku mendengar seperti ada sesuatu yang berlari mendekatiku, aku langsung berlari sekencang mungkin hingga aku telah sampai di rumah.

"Huuuuuhhhh huuuuuuhhhhh.... Aku mengatur nafasku"

"Ayah kenapa ? Gimana Yah ?".

"Tadi Ayah sudah berusaha mau minta maaf tapi tiba-tiba ada angin kencang Bu dan seperti ada yang ingin mendekati Ayah".

"Sepertinya hantu pohon beringin itu benar-benar marah, mungkin dia merasa terganggu atau mungkin ada sesuatu yang lain yang bikin mahluk itu marah". Ucap Ayah

"Kalian coba katakan, apa lagi yang kalian lakukan di hutan itu ?".

"Kita cuma merekam tempat itu aja ko Om, dan yang aku katakan tadi kalau aku gak sengaja kencing di pohon itu dan bilang agar penunggunya datang biar konten kita lebih rame".

"Oh iya Om di dekat pohon ada seperti besi yang tertancap yang di kelilingi kembang seperti sesajen gitu dan Damar mencabutnya". Ucap Ica

"Astaga ! dulu 20 tahun yang lalu ada kasus 5 orang mahasiswa dari Jakarta pergi ke hutan itu untuk liburan dan mencari harta karun, tapi mereka juga sepertinya melanggar. Tapi semua itu berhasil di hentikan oleh Kyai Abdul Saleh, hantu itu di kurung dan di kunci agar tidak bergentayangan lagi. Besi itu tandanya, akar pohon beringin itu sebagai paru-parunya, hantu itu tidak akan menghantui masyarakat disini dan besi itu di tancapkan ke akar pohon dan udah di beri jampe-jampe". Ucap Ayah pada mereka

"Aku gak sengaja Kek, aku kira itu cuma besi biasa dan aku penasaran karna ada kembang-kembangnya, aku kira itu ulah orang yang iseng". Ucap Rizal

"Jadi gimana ini Pak, apa yang harus kita lakukan ?". Ucapku pada Bapak

"Bapak gak tau karna Kyai Abdul Saleh sudah lima tahun lalu meninggal, selain meminta maaf sepertinya kita harus melumpuhkan hantu itu".

"Kalian ini tujuan kita kesini mau liburan bukannya cari masalah".

Mereka berempat terdiam dan tertunduk, semuanya sudah terjadi tidak bisa di kembalikan lagi.

"Jadi kira-kira apa yang bisa kita lakukan untuk melumpuhkan hantu itu ?".

"Belum tau, kita harus minta bantuan ustadz atau kyai lagi".

"Yasudah sekarang kita masuk ke rumah, banyak berdo'a saja. Semuanya tidak akan terjadi apa-apa jika kita dekat dengan Tuhan".

"Iya Om".

Kita semua masuk ke dalam rumah, pagi hari yang cerah berubah jadi menyeramkan akibat perbuatan mereka.

"Kita nanti cari solusinya sekarang kita ke sawah dulu yu kita bakar-bakar ikan sama ngaliwet". Ucap Ayah

"Iya kasihan kalian, kan kesini mau liburan". Ucap Ibu

"Iya Bu ayo, ayo Salma dan Salman kita ke sawah kita mancing ikan !".

"Horeeeee.....".

"Aku disini aja deh Om, aku takut". Ucap Ica

"Justru disini lebih takut karna orang-orang pada ke sawah". Ucap istriku

"Iya mending kita ikut ke sawah aja, mudah-mudahan nanti ada jalan keluarnya". Ucap Mila

"Yaudah iya ayo, kalau kalian pada mau ke sawah". Ucap Ica

"Sekalian kita bikin konten lagi, urusan yang sekarang nanti aja di pikirin lagi". Ucap Damar

"Tapi kali ini temannya jangan hantu ah aku takut". Ucap Ica

"Ya kita kan dari awal memang tentang hantu dan hal-hal misteri".

"Tapi kan akibatnya sekarang juga kita jadi celaka". Ucap Mila

"Sudah-sudah, sebaiknya memang hentikan tindakan kalian ini. Kan masih banyak yang lain yang lebih bermanfaat seperti cerita sejarah atau tentang tempat wisata". Ucapku

Mereka hanya diam saja, anak-anak muda jaman sekarang memang tidak pernah kapok dan selalu penasaran.

"Ayo kita pergi ke sawah ! Tan bawa pancingannya dan ember juga". Kata Ibu

"Iya Bu, ayo semuanya kita pergi ke sawah kita mancing ikan. Kalian bawa wadah dan peralatan makan ya kita sekalian mau ngaliwet". Ucapku

"Iya, yang cewek-cewek bantuin tante masak dan yang cowok bagian mancing ikan dan nanti sekalian di bakar". Ucap Istriku

"Ok siap tante bakalan seru nih kayaknya". Ucap Damar

Kita semua pergi ke sawah, dari sini kita berjalan ke bawah melewati tangga dan jalan setapak. Sungguh indah dan nyaman sekali tempatnya, selain itu udaranya juga sangat sejuk dan segar. Aku berjalan sambil menuntun Salma dan Salman, mereka sangat senang dan gembira sekali. Hingga kita semua tiba di saung bambu tempat berteduh dan beristirahat para petani. Tepat di sebelah saung terdapat empang yang ukurannya sekitar 5x3 meter saja tapi ikannya lumayan banyak. Kita langsung bersiap-siap untuk memancing, sebelumnya kita mencari cacing untuk umpan.

"Ayo yang mau ikutan mancing sini, tapi cewek-cewek kalian yang masak nasi aja ya ?".

"Aku pengen mancing ah Yah". Ucap Salma

"Aku juga Yah, pengen mancing". Ucap Salman

"Iya, kalian sama Ayah ikut mancing".

"Asiiiiiikk... Ikan nya besar-besar Yah ? Salman pengen dapat ikan yang besar".

"Iya pasti banyak ko ikan yang besar".

"Biar aku yang cari cacingnya Om". Ucap Damar

"Aku bantuin juga". Ucap Rizal

Seketika kita melupakan semua masalah yang terjadi, kita di sawah bersenang-senang. Banyak ikan di dalam empang jadi saat mancing lebih mudah dapatnya, sedangkan Ayah dan Ibuku mereka sedang memetik sayuran untuk lalapan. Aku jadi ingat saat waktu kecil dulu, aku sering main ke sawah dan sering mancing juga dan kini aku sudah punya anak dan istri. Aku bahagia mempunyai mereka, kita mancing ikan secukupnya. Ikannya lumayan besar-besar setelah cukup untuk kita, ikannya langsung kita bersihkan dan di bumbui untuk di bakar. Baunya sangat harum sekali saat kita membakar ikan, aku benar-benar lapar jadinya.

"Hmmm harum banget ya ikannya jadi laper". Ucapku

"Iya harum banget aromanya". Ucap Damar

"Bakal nikmat nih kita makan-makan di tempat terbuka begini". Ucap Mila

"Kalian suka daun singkong dan pepaya gak ?". Ucap Ayah

"Kalau pepaya gak suka kek, rasanya pahit". Ucap Damar

"Justru enak, uh mantap pake sambel". Ucapku

"Nih ada timun, buncis, kol buat lalapannya". Ucap Ibu

"Bakal nikmat nih makan nya, enak makan sama yang seperti ini goreng jengkol, ikan asin, tahu, tempe, oseng kangkung uhh mantap". Ucapku

"Di tambah ada sambel dan lalapan dan makanan spesialnya ada ikan bakar. Uhh bikin ngiler". Ucap Rizal

"Salma dan Salman mau makan duluan ? Nih ikannya sudah matang ?".

"Nanti aja Yah biar bareng makannya". Ucap Salma

"Aku pengen ikan nya Yah". Ucap Salman

"Nanti sama Ibu aja ya, takut kemakan duri nya".

"Iya nanti sama Ibu makan ikan nya".

"Salma juga Bu, kalau makan ikan susah".

"Iya nanti sama Ibu di bantuin biar langsung makan ikannya".

"Nanti sama Ayah juga di bantuin".

Setelah semuanya matang, kita langsung makan bersama dengan beralaskan daun pisang. Benar-benar mantap serasa kembali lagi ke masa lalu, makan di tengah sawah gini sungguh nikmat. Rasanya sangat nikmat saat kita semua makan bersama di sawah bersama keluargaku, angin yang sepoi-sepoi dan gunung yang nampak jelas terlihat membuat suasana semakin indah.

"Yah nanti main sepedaan yu ! Katanya kita mau main sepedaan". Ucap Salma

"Iya nanti habis ini kita main sepeda, nanti Salma dan Salman juga sama-sama belajar ya".

"Salman pengen cepat bisa naik sepeda".

"Kalau sering latihan pasti nanti juga cepat bisa nya Dek". Ucap Mila

"Kakak juga dulu, terus belajar walaupun terus jatuh nanti lama-lama pasti bisa". Ucap Rizal

"Iya Dek, jangan takut jatuh harus percaya dan yakin pasti bisa". Ucap Damar

"Tuh Kakak-kakak juga dulunya sama gak bisa naik sepeda tapi kalau terus belajar dan belajar pasti nanti juga bisa". Ucapku

"Iya Salman akan terus belajar biar cepat bisa".

"Tapi Yah, Salma pengen di pegangin dulu ya belakangnya !".

"Iya, nanti di bantu ko tenang aja".

"Yasudah Yah, ayo kita langsung saja main sepeda nya Salman sudah gak sabar".

"Nanti nak sebentar lagi, kan baru saja habis makan nanti malah sakit perut. Kita main-main dulu disini, eh mau tebu gak ?".

"Tebu yang es tebu itu bukan Om yang suka di jual sama abang-abang". Ucap Damar

"Iya, nah disini banyak pohon tebu".

"Wah, mana-mana Om pohonnya pengen lihat !". Ucap Ica

"Tuh itu yang seperti pohon bambu, biar Kakek yang ambilkan !".

Sehabis makan-makan, kita semua lanjut makan tebu yang rasanya manis. Aku jadi ingat dulu suka nyuri punya tetangga saat bersama teman-temanku. Hingga kemudian saat itu tiba-tiba saja turun hujan, karna kita semua berada di tengah sawah, kitapun masuk ke dalam saung untung berlindung dari hujan.

"Ko tiba-tiba hujan deras ya ?". Ucap Mila

"Mungkin memang sudah waktunya hujan". Ucap Ibu

"Tapi hujan gini biasanya awet". Ucapku

"Sementara ini kita diam dulu disini sampai hujannya agak kecil". Ucap istriku

Saat itu tiba-tiba ada petir yang menyambar pohon sampai muncul api, anak-anak ku langsung pada nangis karna kaget.

"Aaaaaaaaaaaaaaaa aku takut !".

"Ibuuuuuuuuuuuuuuuuuu.... Salman takut..".

"Tenang ya anak-anak, kita semua berdo'a agar kita semua selamat !". Ucapku

"Iya kita semua berdo'a, semoga hujannya cepat reda dan petir nya hilang". Ucap Ayah

Kita semua berdo'a, aku sendiri merasa takut karna di tempat terbuka seperti sawah ini sangat mudah tersambar petir. Hingga setelah itu kita semua sama-sama diam, aku memeluk Salma putriku dan istriku memeluk Salman. Saking lamanya kita meneduh hingga mereka tertidur, hujannya sangat awet gak mau berhenti.

"Ko hujannya awet ya gak mau reda ?". Ucap Mila

"Mudah-mudahan setelah ini hujannya reda". Ucap Ica

Hingga akhirnya hujannya agak reda, kita langsung segera pulang. Dengan hati-hati aku berjalan karna setelah hujan jalannya jadi licin, aku tak hentinya terus berdo'a karna aku punya firasat kalau semua ini ada kaitannya dengan penunggu itu. Akhirnya kita sampai di rumah, tenyata akibat petir tadi lampunya mati. Suasana jadi gelap padahal masih pukul 4 sore, karna di luar juga cuacanya gelap. Kita semua berkumpul di ruang tengah, di tengah-tengah memakai lampu petromak yang sangat terang. Lampu ini sudah langka sekali, lampu ini memakai minyak tanah dan pakai korek api saat menyalakannya. Lampu ini di kompa-kompa saat akan menyalakannya, hingga kemudian lampunya semakin terang. Petromak ini saat menyala mengeluarkan bunyi yang khas, seketika jadi hangat.

"Siapa disini yang mau ke kamar mandi, kita bareng yu !". Ucap Ica

"Ayo Ca sama aku, aku juga pengen ke kamar mandi".

"Aku juga pengen". Ucap Rizal

"Aku juga sama, udah kebelet". Ucap Damar

"Kalian bawa senter ke kamar mandinya ya dan dan hati-hati". Ucap Ayah

Untung aja aku gak mau buang air, sejak dari tadi anak-anak masih tertidur. Mereka di tidurkan di ruang tengah.

"Yah mereka pada nyenyak ya tidurnya ?".

"Iya Bu, kasihan mereka ingin naik sepeda belum terlaksana. Semoga saja besok cuacanya cerah".

"Iya Pak, kasihan anak-anak padahal udah semangat".

Lagi keadaan sepi gini tiba-tiba ada yang berteriak.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa......."!.

"Kenapa tuh Pak, anak-anak ?".

"Bentar, Bapak lihat !".

Ayahku menyusul mereka ke kamar mandi.

"Ada apa kalian berteriak .?".

"Kek... Tadi tiba-tiba saja timbaannya jalan sendiri".

"Ah masa ?".

"Beneran Kek, kita semua melihatnya bersama".

"Yasudah kalian cepat kembali ke dalam !".

"Bentar kek, jangan dulu masuk kita ke dalam nya bareng".

"Iya kakek tungguin".

Mereka dengan cepat berlari dan kembali lagi ke ruang tengah, dan ternyata hujan kembali deras di sertai suara petir yang keras. Aku lihat sudah hampir jam 6 sore tapi tidak seperti sore seperti sudah tengah malam. Semakin lama, rasanya semakin menyeramkan. Hingga kemudian kita melaksanakan solat berjamaah, saat lucu sekali saat semuanya tidak ingin jauh-jauh sampai saat solat juga sampai berdempetan. Setelah selesai solat, kita semua berkumpul di ruang tengah dan kita juga akan tidur di tengah rumah.

"Hujannya sudah mulai reda kayaknya tapi petir nya masih ada". Ucapku

"Iya Om, dan yang terpenting lampunya belum mau nyala". Ucap Mila

"Om, kita semua tidur di tengah rumah kan ?"

"Iya kita semua tidur disini rame-rame".

"Syukurlah, biar gak takut lagi kalau kita bareng-bareng".

Lampunya belum menyala jam menunjukkan pukul 9 malam, tak terasa sudah malam. Hingga kemudian kita mulai tidur, saat itu tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu hingga semuanya pada takut.

"Siapa itu yang mengetuk pintu ?". Ucap Ica

"Sebaiknya kita buka pintunya".

Aku mulai berjalan dan aku buka pintunya, tapi ternyata tidak ada orang di luar. Aku mulai merasa aneh, kemudian menutup lagi pintunya. Tapi saat itu pintunya kembali berbunyi.

"Tok ... Tok .. tok....!".

Hanya suara ketukan pintu sama sekali gak membacakan salam, kalau kata orang-orang jaman dulu biasanya yang mengetuk pintu dan sama sekali gak bersuara, sebaiknya jangan di lihat. Aku mulai membaca do'a dan kembali ke ruang tengah, saat hendak kembali ke dalam, aku merasakan ada sesuatu yang melewatiku dari belakang. Aku mulai tenang, tak hentinya aku terus membacakan do'a. Aku kembali cepat dan langsung duduk di antara anak-anak ku yang lagi tidur.

"Siapa itu Yah ?".

"Gak tau, setelah di lihat ternyata tidak ada siapa-siapa".

"Sebaiknya jangan di jawab atau di hiraukan kecuali dia itu membacakan salam". Ucap Ayah

"Iya Pak, aku sendiri tadi berfikir seperti itu".

Karna ceritaku tadi, semuanya semakin ketakutan. Hingga saat itu tiba-tiba saja lampu petromax nya meredup dan langsung di putar kembali agar kembali terang tapi ternyata mulai meredup lagi seperti ada orang yang iseng. Tak hentinya kami terus berdo'a dan berdo'a, aku yakin ini semua karena hantu pohon beringin itu. Tapi aku berusaha membuat semuanya tenang agar tidak merasa ketakutan, hingga lama-lama kami mulai tertidur. Aku berdo'a semoga kita semua diberi keselamatan dan di jauhkan dari hal-hal yang tidak baik.

Terpopuler

Comments

Mehayo official

Mehayo official

Wuih, penulisnya hebat banget dalam menggambarkan emosi.

2023-08-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Asal Muasal
2 Bab 2 Aku bangga sama anak-anak ku
3 Bab 3 Tiba di Subang
4 Bab 4 Penyesalan
5 Bab 5 Penasaran
6 Bab 6 Menjalankan misi
7 Bab 7 Kembali ke hutan
8 Bab 8 Tidak pernah kapok
9 Bab 9 Hantu merah
10 Bab 10 Situasi semakin mencekam
11 Bab 11 Trauma Ica
12 Bab 12 Belum menemukan titik terang
13 Bab 13 Mulai membaik
14 Semoga kamu tenang, Ica !
15 Pergi liburan
16 Kembali menjalankan misi
17 Semakin lancar
18 Persiapan
19 Kembali ke Subang
20 Persiapan
21 Mulai penjelajahan
22 Mulai mencekam
23 Kembali mengganggu
24 Meminta bantuan
25 Petunjuk
26 Korban semakin banyak
27 Terus mengganggu
28 Lindungi keluargaku
29 Melindungi rumah
30 Penuh rintangan
31 Banyak keanehan
32 Semakin banyak rintangan
33 Fatamorgana
34 Terbawa angin
35 Aku harus bertahan
36 Semakin tersesat
37 Awal perjalanan
38 Banyak makhluk halus
39 Berada di jaman kerajaan
40 Kampung Pajajaran
41 Masalah di desa
42 Satu masalah selesai
43 Mulai menyiarkan agama Islam
44 Bergotong-royong
45 Asal usul adanya penunggu pohon beringin
46 Semakin rumit
47 Bertemu Raja
48 Misi
49 Sosok makhluk merah
50 Berhasil selamat
51 Mulai di temukan
52 Akhirnya berhasil
53 Berhasil di lumpuhkan
54 Kembali pulang
55 Pulang dengan selamat
56 Kembali pulang
57 Mulai di lumpuhkan
58 Berhasil di kalahkan
59 Membuka lembaran baru
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 1 Asal Muasal
2
Bab 2 Aku bangga sama anak-anak ku
3
Bab 3 Tiba di Subang
4
Bab 4 Penyesalan
5
Bab 5 Penasaran
6
Bab 6 Menjalankan misi
7
Bab 7 Kembali ke hutan
8
Bab 8 Tidak pernah kapok
9
Bab 9 Hantu merah
10
Bab 10 Situasi semakin mencekam
11
Bab 11 Trauma Ica
12
Bab 12 Belum menemukan titik terang
13
Bab 13 Mulai membaik
14
Semoga kamu tenang, Ica !
15
Pergi liburan
16
Kembali menjalankan misi
17
Semakin lancar
18
Persiapan
19
Kembali ke Subang
20
Persiapan
21
Mulai penjelajahan
22
Mulai mencekam
23
Kembali mengganggu
24
Meminta bantuan
25
Petunjuk
26
Korban semakin banyak
27
Terus mengganggu
28
Lindungi keluargaku
29
Melindungi rumah
30
Penuh rintangan
31
Banyak keanehan
32
Semakin banyak rintangan
33
Fatamorgana
34
Terbawa angin
35
Aku harus bertahan
36
Semakin tersesat
37
Awal perjalanan
38
Banyak makhluk halus
39
Berada di jaman kerajaan
40
Kampung Pajajaran
41
Masalah di desa
42
Satu masalah selesai
43
Mulai menyiarkan agama Islam
44
Bergotong-royong
45
Asal usul adanya penunggu pohon beringin
46
Semakin rumit
47
Bertemu Raja
48
Misi
49
Sosok makhluk merah
50
Berhasil selamat
51
Mulai di temukan
52
Akhirnya berhasil
53
Berhasil di lumpuhkan
54
Kembali pulang
55
Pulang dengan selamat
56
Kembali pulang
57
Mulai di lumpuhkan
58
Berhasil di kalahkan
59
Membuka lembaran baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!