Aku dan anak-anak berada di mini market sambil mengajak mereka bermain dan makan es krim. Hingga kemudian Istriku nelpon
"Hallo, Ayah lagi dimana ?".
"Ayah lagi di mini market Bu sama anak-anak, Ibu kesini aja dari pas pintu masuk rumah sakit tinggal nyebrang".
"Oh iya Ibu kesana kalau gitu".
Bukannya aku gak mau menunggu Ica di rumah sakit tapi aku gak mau anak-anak merasa bosan. Seharusnya mereka bersenang-senang menikmati masa liburannya tapi sekarang ini mereka harus ikut menanggung semuanya.
"Ternyata kalian pada disini".
"Bu sini ! Lihat nih Salman naik mobil-mobilan".
"Iya nak, kalian disini aja ya main ?".
"Gimana keadaan Kak Ica Bu ? Kapan pulangnya ?". Ucap Salma
"Bentar lagi juga pulang ko nak".
"Berarti kita jadi dong mau pergi ke air terjun".
"Bentar ya nak, Ayah mau bicara sama Ibu kamu !".
Aku mengajak istriku ke sudut menjauhi anak-anak.
"Ada apa Yah ?".
"Bu sebaiknya kita pulang lagi aja ke Jakarta, kasihan anak-anak kalau terus di sini takutnya nanti akan ada lagi bencana".
"Kalau Ibu terserah Ayah aja, Ibu juga merasa kasihan sama anak-anak Yah. Ibu juga takut hantu itu akan mengganggu kita lagi dan jangan sampai menganggu anak-anak".
"Itu dia Bu, tapi Ayah bingung cari alasan sama anak-anak gimana, kalau tau-tau kita pulang".
"Bilang aja apa gitu yang bikin anak-anak percaya, Ibu juga sudah gak betah tinggal disini Yah bukannya gak mau ketemu Bapak dan Mamah tapi berbeda dengan dulu sekarang ini jadi banyak hal-hal aneh".
"Atau gini aja Bu, kita ajak aja ke air terjun tapi bukan air terjun yang ada di Subang kita bawa ke tempat lain dan dari sana kita pulang".
"Iya Yah boleh, tapi gimana juga ya ngomong sama Bapak dan Mamah nya, kasihan mereka kalau kita pergi lagi".
"Mereka pasti mengerti Bu, nanti Ayah akan bicara sama mereka".
"Iya Yah, tapi mungkin nunggu Ica pulang dari rumah sakit. Tapi sepertinya sudah boleh pulang karena memang kondisi fisik Ica baik-baik aja, cuma mentalnya aja Ica itu butuh dokter khusus".
"Kasihan ya Bu, Ica jadi seperti ini. Kamu nanti nasehati Mila dan Damar mereka jangan bawa orang lain lagi nanti kita harus bertanggung jawab terhadap anak orang lain".
"Iya Yah nanti aku nasehati Mila dan Damar, kita kan asalnya cuma ngajak mereka doang tapi mereka malah ngajak teman-temannya".
"Ayah juga bingung gimana nanti bilang sama orangtuanya, mudah-mudahan komdisi Ica kembali normal".
"Iya Yah mudah-mudahan".
"Di dalam, siapa yang nungguin Ica ?".
"Tadi sih ada Mila, Bapak dan Mamah kalau Damar dan Rizal lagi di luar".
"Kita juga disini aja dulu Bu, kasihan anak-anak biar mereka gak bosan".
"Iya Yah Ibu juga mau disini".
"Kita samperin mereka, kita jangan memperlihatkan kalau ada masalah".
"Iya Yah".
Di mini market ini ada tempat bermain, sementara ini kita disini.
"Bu, Ibu disini aja sama anak-anak ya jangan bawa anak-anak ke rumah sakit. Nanti Ayah hubungi kalau mau pulang ke rumah".
"Iya Yah, Ayah kembali ke rumah sakit aja kasihan Mamah dan Bapak".
"Iya Bu, Ayah ke rumah sakit dulu !".
Dan aku berpamitan sama anak-anak.
"Anak-anak, kalian disini aja ya sama Ibu ! Ayah mau ke rumah sakit lagi lihat Kak Ica".
"Iya Yah".
Untunglah mereka sedang asik bermain, aku kembali lagi ke rumah sakit takutnya ada apa-apa karna mereka gak tau apa-apa. Mungkin Bapak dan Mamah pulang aja biar mereka istirahat. Di depan rumah sakit ada Damar dan Rizal sedang mainin hp.
"Mar, kalian gak masuk lagi ke dalam ?".
"Enggak Om kita disini aja".
"Yasudah kalau gitu".
Aku masuk ke dalam ruangan, entah kenapa rasanya dingin dan hening sekali bulu kudukku sampai berdiri. Aku terus membaca do'a agar tidak terjadi apa-apa dan ternyata Ica lagi di periksa sama dokter, mereka sedang berada di luar ruangan.
"Gimana kondisi Ica ?".
"Tadi sudah di periksa dokter Om, tadi tiba-tiba dia teriak-teriak. Tapi sudah di beri obat penenang, Ica lagi tidur katanya untuk sementara biarkan dia istirahat tapi tetap harus terus di pantau takutnya nanti dia histeris lagi".
"Ica itu harus di obati sama orang pintar nak sama Pak ustadz atau kyai biar rasa takut dan traumanya hilang". Ucap Ayah
"Mungkin Ica butuh psikiater Pak, oh iya ada yang ingin aku bicarakan sama Mamah dan Bapak !".
"Apa Sep?".
"Gini Mah, Pak mungkin sebaiknya kita kembali lagi ke Jakarta. Aku khawatir sama mereka dan anak-anak juga, kasihan mereka kesini niatnya ingin liburan tapi malah seperti ini. Aku juga takutnya Mila dan teman-temannya tidak pernah kapok masuk lagi ke hutan itu".
"Kalau Mamah gak apa-apa Sep, kasihan Salma dan Salman disini juga tidak kemana-mana, Mamah gak bisa membuat cucu-cucu Mamah senang".
"Bukan begitu Mah, gara-gara ulah mereka sekarang ini jadi gak aman. Asalnya aku ingin membawa anak-anak ke air terjun tapi malah seperti ini terus. Dan takutnya mengganggu anak-anak juga, aku takut terjadi apa-apa sama mereka".
"Bapak setuju Sep, Bapak juga khawatir kalau terus disini. Karna Pak Ustadz sendiri tidak sanggup melawan penunggu pohon beringin itu, mereka cuma di pagar sementara tapi masih bisa berkeliaran. Memang tidak akan menyakiti tapi masih akan tetap mengganggu, dulu hanya Pak Kyai Abdul Saleh yang bisa menaklukkan mereka, sekarang ini kita harus mencari orang yang bisa melawan mereka".
"Iya Pak, maafkan aku kami kesini malah membawa masalah saja. Gara-gara kami kesini sekarang situasi di kampung tidak aman, aku sendiri tidak menyangka akan seperti ini. Dan sekarang setelah begini, kami malah cuci tangan begitu saja tanpa menyelesaikan masalah. Tapi nanti aku akan kembali lagi Pak, aku akan menyelesaikan masalah ini, aku mau mencari jalan keluarnya. Aku sendiri tidak akan tinggal diam, aku akan bertanggung jawab".
"Bukan salah kamu Sep, Bapak juga akan mencari jalan keluarnya. Nanti Pak Ustadz katanya akan meminta bantuan yang lain, mungkin beliau punya kenalan mudah-mudahan aja hantu itu bisa di taklukkan".
"Iya Pak, nanti kalau para warga bertanya bilang saja aku akan kembali. Aku hanya ingin menjauhi mereka dari anak-anak, aku ingin membawa anak-anak liburan sebelum mereka kembali masuk sekolah".
"Kalau masalah itu jangan di pikirkan, biar Bapak yang ngomong sama warga".
"Iya Sep, yang penting cucu-cucu Mamah aman, kasihan mereka masih kecil. Jangan sampai mereka mengetahuinya bisa mempengaruhi mentalnya juga".
"Iya Mah, mudah-mudahan Ica segera membaik agar kita segera pulang. Mamah dan Bapak sebaiknya pulang aja biar aku dan anak-anak disini. Nanti pulang sama Dewi, Salma dan Salman aku antarkan pulang".
"Iya kalau gitu, Bapak juga harus ke kebun".
"Ibu juga mau nyangu Sep untuk makan nanti".
"Mila, suruh Damar dan Rizal kesini. Kalian bertiga tungguin Ica disini, Om mau anterin Kakek dan nenek dulu !".
"Iya Om, bentar aku panggil Rizal dan Damar dulu !".
Semoga di rumah aman, jangan sampai mereka menganggu anak-anakku yang masih kecil dan tidak bersalah.
"Iya Om ada apa ?". Ucap Damar
"Kalian tunggu dulu disini, Om mau antar Kakek dan nenek pulang !".
"Tante ikut pulang juga Om ?". Ucap Rizal
"Iya, Salma dan Salman juga. Nanti Om kesini lagi".
"Iya Om".
"Ayo Pak, Mah !".
Aku sudah menyuruh istriku agar menungguku di depan mobil, setelah di luar kita langsung pulang. Aku kembali kaget di dalam mobil tiba-tiba ada ranting pohon dalam jok
"Kenapa Yah ?".
"Gak apa-apa, ayo kita langsung pulang !".
"Ayah kita mau ke air terjun ?". Ucap Salman
"Nanti ya nak perginya, soalnya Kak Ica masih sakit".
"Ko lama banget Kak Ica sakitnya ?".
"Sudah mulai sembuh ko, sabar aja ya nanti pasti kita akan pergi ke air terjun".
Aku benar-benar gak tega melihat anak-anak, aku sendiri belum tau kapan Ica akan sembuh. Takutnya dia belum membaik, semoga saja Ica segera sembuh agar anak-anak bisa pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments