Saat hendak tidur, aku berencana ingin mengajak mereka jalan-jalan di kampung ini. Tapi tidak di sekitar sini, aku ingat dulu di sini ada air terjun aku ingin mengajak mereka semua kesana. Kalau terus-terusan di sini takutnya mereka jenuh apalagi setelah muncul penampakan di rumah ini.
"Bu besok kita pergi jalan-jalan yu ! Kasihan anak-anak kalau di rumah terus".
"Memangnya mau jalan-jalan kemana Yah ?".
"Tidak jauh dari sini ada tempat wisata air terjun, bagus banget Bu pemandangannya pasti anak-anak suka".
"Kalau Ibu terserah Ayah aja tapi bener sih Yah biar selama liburan, mereka tidak jenuh dan ada kenangannya".
"Oke besok kita kesana ya tapi Mila dan teman-temannya mau ikut gak ya ?".
"Coba Ayah ajak aja !".
"Iya Bu bentar".
Aku menghampiri mereka yang lagi pada ngobrol dan sambil mainin laptopnya, entah kenapa saat aku menghampiri mereka seperti ketakutan dan laptopnya langsung di tutup seperti menyembunyikan sesuatu.
"Eeeh... Om".
"Kalian lagi pada ngapain ?".
"Ini lagi edit-edit konten kita Om, ada apa Om ?". Ucap Damar
"Besok Om mau pergi ke air terjun yang ada disini, kalian mau ikut gak ?".
"Hhhhmmmmm ehhhh sepertinya kita gak ikut Om". Ucap Rizal
"Lho memangnya kalian pada mau kemana ?".
"Kita lagi ngelanjutin ngonten Om tentang pemandangan disini". Ucap Mila
"Kan air terjun juga pemandangan, bukannya konten kalian akan lebih bagus kalau makin banyak pemandangan yang lebih keren".
"Tapi... Itu Om mmm".
"Udah ah pokoknya kalian besok harus ikut, deket ko dari sini kalian pasti suka kan bisa sambil ngonten. Pagi-pagi sekali kita berangkatnya ya jam 7 an aja, sekarang kalian pada tidur".
"I-iya Om".
Aku kembali dan akan langsung tidur, aku takut mereka melakukan hal-hal aneh lagi karna tingkah mereka mencurigakan. Hingga baru saja aku mau tidur, tiba-tiba aku mendengar ada suara orang tertawa. Sontak Mila, Rizal dan Damar menghampiri kita.
"hhhhhhhhhhhhhhaaaaa hhhhhhhhaaaaaaaa hhhhaaahahaha.... Hhhahahhhhaaahhhhaa... Hhhaahhhaahhhaaahhaa ... Hhhaahhaaahhhaa...."
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.......". Ucap Mila
"Siapa itu yang tertawa, Ica mana ?". Ucapku
"Tadi sih dia ke kamar mandi tapi belum balik-balik". Ucap Damar
"Tingkah Ica hari ini aneh Om, semenjak pulang dia gak ngomong-ngomong. Aku ajak ngomong aja diem aja, pas aku lihat wajahnya matanya melotot serem banget". Ucap Mila
"Bukannya Salman juga takut sama Ica Yah ?". Ucap Istriku
"Iya ya Tan, dari tadi Salman ketakutan kalau lihat Ica". Ucap Mila
"Ayo kita lihat Ica ! Takutnya dia kenapa-kenapa". Ucapku
"Enggak ah aku takut, Om aja yang lihat Ica". Ucap Mila
"Iya aku juga takut". Ucap Rizal
"Siapa yang malam-malam ketawa ?". Ucap Ayahku keluar dari kamar
Kemudian diikuti oleh Ibu
"Sepertinya Ica Pak, katanya tadi ke kamar mandi tapi belum kembali". Ucapku
"Bilangin jangan kelamaan di kamar mandi, pamali gak boleh apalagi malam-malam gini". Ucap Ibu
Hingga kemudian kami mendengar ada orang yang menyanyi, bulu kudukku langsung berdiri.
"Bambung hideung
Bara-bara teuing diri.
Leuheung bari dianggo ka suka galih
Situ pinuh balong jero
Bebendon sareung bebendu unggal ti salira ju…ag
"Astaghfirullah siapa itu yang nyanyi bambung hideung ?". Ucap Ibu
"Hentikan .. hentikan.... bahaya !". Ucap Ayah sambil berlari ke kamar mandi
Aku dan semuanya ikut berlari kecuali istriku, Ibu dan Mila menjaga anak-anak. Saat kita lihat ternyata itu Ica, dia duduk di atas sumur kakinya di ayun-ayun.
"Ica..... Ngapain kamu duduk disitu ?". Ucapku
"Repeh ! Ica tong ngalagu eta ? Nanaonan maneh teh !". Ucap Ayah
Ica melihat kami matanya kosong, tatapannya menyeramkan dan dia kembali menyanyi.
"Awiiii teh pangajul buah
Lantaran ti kitu
Sora bedil luhur mega paripaos
Teu paya lepat saeutik
Diri abdi kagamparan
Eeee.. Banondari, nu geulis kawanti wanti
Nu endah na malih warna puputon kembang kadaton Jungjunan,
"Eunggeus ! Enggeus ! Tong ngalagu dei, turun Ica tong diuk didinya !". Ucap Ayah
Tapi dia malah terus bernyanyi malah kemudian dia berdiri di atas sumur, dia bergoyang seperti seorang sinden. Dia seperti sudah mahir, gerakan tangan dan pinggulnya sangat lentur.
"Lamun teu… kauntun tipung, katambang beas laksana kapiduriat
Matak paeh ngabale bangke
Matak edan leuleuweungan
Matak paeh ngabale bangke….
Matak edan leuleuweungan…..
Aduh alah iyeung, da leuleuweungan…
"Ko Ica bisa bahasa Sunda ? Kan dia gak bisa ngomong Sunda Om ?". Ucap Rizal
"Ini bukan Ica !". Ucap Ayah
"Apa Pak ? Maksudnya gimana ?". Ucapku
"Iya yang Bapak lihat ini bukan Ica tapi makhluk halus".
Hingga kemudian Ica tiba-tiba saja loncat, saat dia masih nyanyi angin berhembus kencang kemudian Mila berteriak.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa........".
Kami semua berlari ke ruang tengah, pintu luar terbuka, anginnya kencang sekali sampai barang-barang di dalam rumah ikut berterbangan.
"Kalian masuk ke dalam kamar saja ! Bu jagain anak-anak !". Ucapku
"Iya Yah".
Ayahku menutup pintunya, hingga tiba-tiba
"Duuuuuugggggggggghhhhhhhh....... !".
Pintunya kembali terbuka dan di depan pintu ada Ica yang sedang berdiri padahal tadi dia dikamar mandi. Matanya melotot, hingga tiba-tiba Rizal dan Damar seperti terseret, mereka mendekati Ica.
"Aaaaaaaaaaaahhhh toloooong.... !". Damar memegang dinding dia seperti tertarik
Sementara itu, Rizal di tarik langsung dan di angkat satu tangan oleh Ica.
"Tolooooooooong..... !".
"Ica hentikan ! Sadar kamu !". Ucapku
"Saha maneh ? Tong ngaganggu ! Rek naon kadieu !". Ucap Ayah
"Mmmmmmmm.... Aagggghhhhhh.... !". Ica melempar Rizal sampai dia terjatuh.
Aku membantu Rizal yang di lempar oleh Ica dan membantu dia untuk berdiri, hingga kemudian sekarang giliran Mila, dia keluar dari kamar dan dia seperti tertarik.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaa... Tolooooooooong...... Aaaaaaahhhhh Om tolongin Mila Om .... !". Suaranya seakan berat
Mila badannya kejang-kejang dia seperti kerasukan, matanya berubah jadi putih kemudian Mila menempel di dinding, badannya seperti di gerakan dia merangkak di dinding dan terus merangkak sampai ke atapnya.
" Astaghfirullah Mila kamu kenapa ?".
Aku benar-benar bingung dengan apa yang terjadi pada Mila, dia menempel di atap rumah. Dan kemudian sekarang Damar yang di tarik oleh Ica, dia mencekik Damar sampai badannya terangkat ke atas.
"Aaaa... Toooo...loooong... !".
"Ica, hentikan !".
Angin terus berhembus, aku benar-benar bingung harus berbuat apa, sementara itu Ayah membaca ayat suci Al-Qur'an.
"Audzubillahiminasyaitonirojim bismillahirrahmanirrahim... Allohu la ilaha illa huwal hayyul qoyyum, laa ta’huzuhu sinatu wa la naum. Lahu maa fii ssammaa waati wa maa fil ardi, man dzallazii yashfa’u indahu illa bi’idznihi, ya’alamu maa baina aidiihim wa maa gholfahum, wa laa yuhiituuna bisyai’in min” ilmihi illaa bimaa syaa’a wasi’a kursiyuhu ssammaaa waati wal ardo, wa laa ya’uu duhu hifzuhumaa wahuwal aliyyul adzhiim“.
Saat Ayah selesai membaca ayat kursi, Ica berubah sosoknya menjadi seorang perempuan memakai pakaian merah, rambut panjang, matanya merah, bertaring dan kukunya panjang pokoknya sangat menyeramkan. Kemudian Damar semakin kencang di cekik oleh makhluk itu, badannya terangkat ke atas. Hingga kemudian dia melempar Damar dan terjatuh, aku langsung membantunya.
"Awas siah maraneh, rasakeun ! Kabehana ku aing rek di paehan !". Sosok itu akhirnya menghilang
Mila yang menempel di atap, dia terjatuh untungnya Rizal dan Damar membantunya sehingga dia tidak terjatuh ke lantai. Ayahku langsung menutup pintunya, aku langsung memberikan minum pada Mila.
"Kamu gak apa-apa Mil ?".
Dia seperti kecapean, nafasnya tersengal-sengal badannya berkeringat dan mukanya pucat.
"Sebetulnya apa yang terjadi ? Kenapa sekarang yang muncul hantu merah ?".
"Aku juga gak tau Om".
"Mereka tidak akan menggangu kalau kita nya tidak mengganggu. Berarti yang selama ini bersama kita, itu bukan Ica lalu Ica kemana ya Pak?".
"Bapak juga tidak tau tapi sepertinya dia berada bersama makhluk itu".
"Pantas saja Salman sampai menangis saat melihat Ica, ternyata kalau anak-anak penglihatannya masih tajam dia bisa melihat mahluk halus. Terus gimana Pak ? Kita harus menyelematkan Ica".
"Kita butuh bantuan orang lain karna kyai Abdul Saleh sudah meninggal, kita harus mencari yang mempunyai ilmu tinggi yang bisa melawan mereka".
"Sudah, kita lanjutkan besok saja tadi Salma sempat bangun dan tiba-tiba menangis, sepertinya kita harus meminta bantuan Kyai atau ustadz Pak biar masalah ini cepat selesai". Ucap Ibu datang
"Iya besok kita cari bantuan, masalah ini harus segera di hentikan. Mereka sepertinya masih marah atas kejadian kemarin, hantu merah itu merupakan hantu dari hutan itu juga".
"Kenapa ada hantu merah juga Pak ?".
"Jadi menurut cerita hantu merah itu dulunya adalah seorang selir yang menentang Raja, dia dibunuh oleh Raja setelah meracuni Raja. Raja itu adalah sosok hitam besar yang kemarin muncul dan sekarang hantu merah juga muncul".
"Jadi mereka dari jaman yang sama ya Pak ? Ini semua ulah kalian yang bertindak gegabah dan sekarang kalau sudah begini kita juga ikutan repot".
"Sebaiknya kita lanjutkan besok, kalian jangan lupa terus berdo'a dan sholat ! Besok saja kita lanjutkan lagi obrolannya, mereka kelihatan syok dan ketakutan jangan dulu di bahas, biarkan mereka istirahat dulu. Kasihan juga Salma dan Salman mereka jangan sampai tau, yang penting sekarang makhluk itu sudah pergi". Ucap Ibu
"Yasudah, kalian bertiga terlihat pucat intinya kalian banyak berdo'a minta perlindungan pada Allah. Kalian sudah minum ? Sekarang Mila tidur sama Tante aja dan Om bersama kalian. Sebaiknya kalian cepat-cepat minta maaf ke hutan itu, biar makhluk itu tidak mengganggu kita lagi. Nanti kita cari Ica, kasihan dia di sana ! Sekarang kita istirahat dulu".
"Iya Om".
Aku takut anak-anak ikutan di ganggu oleh makhluk itu, mereka bertiga hanya diam tidak berkata apa-apa. Sepertinya ketiganya masih syok dan ketakutan, kita semua tidur di kamar. Aku, Damar dan Rizal tidur di kamar karna Ica tidak ada Mila tidur bersama istri dan anak-anak ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments