Bab 10 Situasi semakin mencekam

Semakin lama hantu itu semakin menghantui kami, bukan cuma itu sekarang ini hantu itu bukan cuma menampakkan wujudnya tapi dia juga menyakiti Mila dan yang lainnya. Yang paling membuatku bingung, tiba-tiba saja Ica menghilang dan yang bersama mereka kemarin hanya jelmaan makhluk halus nya saja. Kemarin pagi mereka berpamitan mau jalan-jalan di kampung dan pergi ke sungai, tapi aku curiga mungkin mereka pergi ke hutan itu lagi sebab jika hanya berkeliling di kampung ini saja gak mungkin Ica sampai menghilang. Saat hendak akan tidur, aku mendengar suara kerekan timbaan seperti ada yang lagi nimba.

"Suara apa itu Om ?". Ucap Rizal 

"Jangan di hiraukan, biarkan saja banyak berdo'a saja".

"Iya Om".

Rizal dan Damar terlihat ketakutan, sekarang kami jadi gak bisa tenang di hantui terus oleh penunggu pohon beringin itu. Dan anehnya, aku gak bisa tidur rasanya rasa kantukku tidak ada, ingin rasanya segera pagi hari. Saat lagi berbaring dari belakang seperti ada yang memelukku, mungkin itu Damar karna dia tidur di belakangku. Tapi dia mengelus-ngelus dadaku, kemudian aku membuka mata. Aku lihat tangannya berbeda, kukunya panjang, kulit tangannya mengelupas dan berbau busuk. Seketika aku terkejut dan langsung bangun

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.......... !".

Ternyata itu hantu merah yang tadi, badannya berbau busuk, mukanya sangat menyeramkan. Dia ikut bangun dan matanya melotot ke arah ku, rasanya aku sangat susah untuk berdiri aku terus mundur secara perlahan. Saat aku terus mundur, tanganku memegang sesuatu. Aku raba-raba secara perlahan dan yang aku rasakan seperti kaki. Perlahan aku menengok ke belakang,

"Aaaaaaaaaaarrrrrrrrgggggggggghhhhhhh....".

Aku langsung berdiri dan menuju pintu kamar, aku berusaha membuka pintu tapi terkunci. Dia sosok wanita, berpakaian putih, rambutnya panjang tidak terlihat wajahnya.

"Om ! Tolongin Ica Om !".

"I-ica... !".

Ternyata yang berdiri itu Ica tapi penampilannya memprihatinkan, mukanya kucel, sekitar mulutnya belepotan seperti darah, matanya merah, rambutnya berantakan dan pakaiannya sangat kotor.

"Om... Hiks... hiks...hiks.. tolongin Ica Om !". Ica terus menangis dan suaranya terbata-bata.

"Ica kamu kenapa ? Apa yang terjadi sama kamu ?".

Hantu merah itu mendekati Ica, tangannya membelai-belai rambut Ica.

"Anak ini akan aku jadikan anak angkat, dia akan menemaniku bersama yang lainnya, hihihihi....."

"Jangan, lepaskan dia ! Biarkan dia pergi ! Kasihan dia !".

"Tidak ! Karna mereka telah menggangguku jadi dia harus ikut denganku !".

"Ooommm.. tolongin Ica... Ica takut !".

"Kamu harus ikut denganku anak manis, kamu tidak akan pernah bisa kembali ke alam mu !".

"Tidaaaaaak ! Aku gak mau, lepaskan aku !". Ica berusaha melepaskan diri tapi..

"Aaaaaaaaaaaaaarrrrrrrgggggghhhhh..... !".

"Icaaaaaaaaaaaaaaaaaaa........ !". Punggungnya di tusuk oleh kuku hantu merah itu sampai menembus perutnya.

"Ooommmmmm !". Suaranya terbata-bata, mulutnya mengangap dari mulutnya keluar darah

"Ayo ! Ikut denganku !".

Ica di seret dan di tarik, kemudian dia dan hantu itu menghilang.

"Icaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....... ".

Aku terbangun dan langsung duduk, nafasku tersengal-sengal keringatku bercucuran.

"Astaghfirullah ! Aku mimpi". Karna aku berteriak, Damar dan Rizal terbangun

"Kenapa Om ?". Ucap Rizal 

"Ada apa Om ?". Ucap Damar 

Aku masih mengatur nafasku

"Om mimpi buruk tentang Ica".

"Mimpi apa Om ?".

Dan terdengar suara adzan subuh berkumandang.

"Sebaiknya kita solat dulu yu, kita ke mesjid !".

"Aku solat di rumah aja Om". Ucap Rizal

"Iya aku juga". Ucap Damar 

"Laki-laki itu solat nya harus me mesjid jangan di rumah".

"Tapi... Aku takut Om".

"Justru kalau di rumah mereka akan datang kalau ke mesjid, mereka tidak mungkin bisa datang".

"Iya deh Om aku ikut".

"Nah gitu dong, ayo siap-siap !".

"Iya Om".

Aku mimpi buruk tentang Ica, semoga dia baik-baik aja. Kasihan dia di luar sana sendirian, ini semua memang ulah mereka karna rasa penasaran mereka, yang sekarang membuat kita semua celaka. Kita berempat pergi ke mesjid termasuk Ayahku, di depan mesjid orang-orang sedang ramai membicarakan sesuatu.

"Aya naon ieu ? Naha pada ngobrol di luar ?". Ucap Ayahku pada mereka 

"Kampung urang gak aman dei mang !".

"Aya naon kitu ?".

"Jurig Caringin ada lagi Mang, kami sadeana di ganggu ku jurig eta".

"Bukan cuma jurig Caringin mang tapi  jurig beureum oge ada lagi".

"Enya mang...".

"Aduh kumaha ieu...".

"Gawat ieu mah ..".

Orang-orang kampung ramai membicarakan hantu itu, ternyata bukan kita saja yang di hantui ternyata semua kampung disini di hantui juga.

"Tenang ! Tenang ! Kita semua pasti bisa melawan hantu itu". Ucap Ayahku 

"Tah ieu yeuh ! Pasti gara-gara barudak kota ieu kampung kita jadi gak aman".

Penduduk kampung langsung menyerang Damar dan Rizal, aku dan Ayah menghentikan mereka.

"Sudah.... Sudah... Tenang... Tenang... Semuanya kita bisa bicarakan baik-baik !".

"Kamu juga sep, seharusnya kamu bisa menasehati keponakan kamu !".

"Katakan ? Apa kalian pergi ke hutan itu ?". Ucap seorang bapak-bapak 

"I-iya Pak kami masuk ke hutan itu, maafkan kami".

"Nah,, bener kan ? Ternyata semua ini gara-gara anak-anak dari kota itu".

Warga kampung kembali menyerang Damar dan Rizal, aku dan Ayah menghentikan mereka dan kemudian datang tiga orang pria dalam mesjid.

"Tenang ! Tenang ! Ada apa ini ?".

"Ini Pak ustadz, ternyata gara-gara anak-anak kota ini penunggu itu kembali menghantui kita".

"Tenang ! Tenang ! Jangan ribut di depan mesjid, sebaiknya kita solat dulu nanti kita bicarakan masalah ini dengan cara baik-baik".

Akhirnya warga bisa tenang dan menuruti perintah Pak ustadz, kami semua masuk ke dalam mesjid dan melaksanakan solat subuh berjamaah. Saat kita hendak akan memulai solat saat imam membacakan Allahuakbar, tiba-tiba angin berhembus kencang, pintu mesjid dan jendela terbuka. Semua orang kaget dan berkumpul maju kedepan.

"Tenang ! Kita jangan tergoda mereka, ayo kita tetap melaksanakan solat ! Jangan takut, setan akan takut sama Allah".

"Iya Pak ustadz".

Kita tetap melanjutkan solat, saat memulai solat angin kembali berhembus kencang sampai ada barang-barang yang berterbangan. Aku sendiri tetap fokus dan khusu solat, aku yakin Allah akan membantu dan melindungi kita. Hingga lama-lama, anginnya hilang semuanya kembali seperti semula. Sesudah solat kita semua berdo'a meminta perlindungan dan pertolongan kepada Allah atas semua yang terjadi ini. Sebelum pulang, kita membicarakan masalah yang tadi.

"Sekarang kita serahkan semuanya kepada Allah, semuanya pasti akan baik-baik saja".

"Tapi Pak ustadz, pasti anak-anak ini telah melanggar peraturan di desa ini".

"Coba dek, ceritakan pada kami apa yang telah kalian lakukan di hutan itu !".

"Ka-kami... Kami cuma merekam saja Pak, kita membuat konten dan merekam pohon beringin nya, itu aja ko Pak".

"Bohong ! Tidak mungkin sampai mereka kembali menghantui kita dan marah". 

"Iya gara-gara kamu, kita jadi tidak tenang".

"Aku juga gak bisa tidur karna di gangguin hantu merah".

"Iya sama, sampai anak-anak saya juga ketakutan".

"Kalian harus bertanggung jawab".

"Bawa saja mereka ke dalam hutan, berikan saja mereka pada hutan itu !".

"Setuju ! Biarkan mereka saja yang jadi korban".

Semua orang menjadi ribut, semuanya marah pada Rizal dan Damar. Walaupun memang mereka salah tapi aku tetap melindungi mereka karna Damar sendiri adalah keponakan ku.

"Tenang ! Semuanya tenang ! Semuanya telah terjadi. Kita harus kembali mengurung hantu itu, tidak ada cara lain kita harus pergi ke pohon beringin itu !".

"Kenapa jadi kami yang harus bertanggung jawab Pak ustadz ? Kan mereka yang salah, harusnya mereka saja yang pergi ke sana".

"Iya, enak aja kenapa kami harus ikut-ikutan".

"Betul itu Pak ustadz".

"Sudah ! Sudah ! Kita jangan saling menyalahkan karna hantu itu menghantui kita semua, jadi kita juga harus bertanggung jawab. Kita jangan takut, Allah pasti membantu kita mereka itu setan pasti akan kalah kalau kita memang di jalan yang benar".

"Iya benar, sodara-sodara di saat seperti ini kita jangan egois kita harus bersatu demi damainya kampung kita lagi". Ucap Bapak-bapak 

"Yasudah kalau gitu, kapan kita ke dalam hutannya Pak ustadz ?".

"Sekarang saja, lebih cepat lebih baik kita semua pergi kesana !".

"Iya Pak ustadz".

"Tapi saya gak mau ikut Pak, saya takut".

"Jangan takut dan pikiran kita juga jangan kosong, selalu mengingat pada Allah dan selalu membaca nama Nya. Tapi saya tidak akan memaksa, yang berani saja boleh ikut".

Hingga akhirnya kita langsung pergi ke dalam hutan sekitar pukul 6 pagi dan matahari sudah terbit. Saat berjalan ke sana, tak hentinya aku terus membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an aku meminta perlindungan Allah agar menjaga keluarga ku. Saat menuju pagar pembatas ternyata gembok nya sudah terlepas, padahal waktu itu saat aku dan mereka kembali ke dalam hutan untuk meminta maaf, aku sudah menguncinya lagi. Berarti mereka memang kembali ke dalam hutan, kemungkinan Ica juga berada di dalam hutan ini.

"Lihat Pak ustadz gemboknya sudah terlepas !". Ucap salah satu warga 

"Ini pasti ulah kalian". Damar dan Rizal hanya menunduk 

"Ayo kita langsung saja masuk ! Ingat pikiran kalian jangan kosong, teruslah mengingat Allah !".

"Iya Pak ustadz" 

"Assalamualaikum !".

Kita semua mulai masuk ke dalam hutan, kita berjalan semua aku sendiri terus membaca ayat kursi. Saat di tengah jalan tiba-tiba saja ada sesuatu yang terbang.

"Astaghfirullah ! Jangan berhenti membaca asma Allah, ayo terus jalan ! Ingat jangan ada yang menoleh ke belakang dan jika melihat sesuatu abaikan saja jangan terpancing !".

Kita kembali berjalan dan terus berjalan hingga akhirnya kita sampai di pohon beringin. Pak ustadz menghampiri pohonnya, dia memegang pohon itu sambil membaca lapadz Al-Qur'an tangan kanannya memegang tasbih.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa..... Aaaaaaaaaaa... Tolooooooooong...... Tolooooooooong !".

Kita semua kaget, tiba-tiba saja ada yang berteriak.

"Pak itu seperti suara Ica ?". Ucapku pada Ayah 

"Iya, maaf Pak ustadz keponakan kami hilang sepertinya dia ada di hutan ini !". Ucap Ayah

"Iya, dia terjebak di sini tidak bisa keluar. Mari kita semua membantu membaca do'a !".

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa......... !".

Tiba-tiba Rizal melayang dan diikat oleh akar pohon itu,

"Astaghfirullah ! Semuanya jangan ada yang lengah, mari semuanya berdo'a".

"Tolooooooooong...... Tolooooooooong..... Tolooooooooong.... !". Rizal tergantung di pohon beringin 

Aku lihat Damar ketakutan, dia wajahnya sangat pucat.

"Ommmm aku takut ! Tolongin Rizal !".

"Kamu tenang dan terus berdo'a !".

Kita semua berdo'a dengan keras, kita membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Pak Ustadz melemparkan tasbihnya ke  atas pohon beringin, hingga kemudian akar pohon yang membelit Rizal terlepas dan dia terjatuh. Kami semua membantu Rizal untuk berdiri.

"Kamu gak apa-apa Zal ?".

"Gak apa-apa Om, hanya lecet sedikit".

Setelah kami selesai membaca do'a, aku melihat di belakang pohon ada sesuatu kemudian aku berjalan dan melihatnya.

"Mau kemana kamu Sep ?".

"Aku melihat sesuatu di belakang pohon ini Pak".

Setelah aku lihat, ternyata di belakang pohon ada Ica dia sedang terbaring dalam keadaan tak sadarkan diri.

"Icaaaaa...... !". Aku langsung menggendongnya, keadaannya sangat mengkhawatirkan.

"Icaaaaaaa.... !". Ucap Rizal

"Icaaaaaaa ... !". Ucap Damar 

"Kita sebaiknya cepat pergi dari sini mumpung mereka sedang lemah, sebelum pintunya tertutup !". Ucap Pak ustadz 

"Ayo kita pergi dari sini ! Ica harus segera di bawa ke rumah sakit !".

"Iya Om".

Kita semua langsung segera pergi dari dalam hutan ini, aku sendiri menggendong Ica, mereka semua berlari. Aku agak kesusahan dalam berlari karna sambil menggendong Ica, aku terus berdo'a dan meminta perlindungan kepada Allah. Hingga akhirnya kita semua telah berhasil keluar dari hutan ini, benar saja pintunya langsung tertutup sendiri dan kita langsung segera pulang.

"Pak ustadz gimana sekarang ? Apa mereka masih akan menghantui kita ?".

"Masih tapi tidak akan bisa menyakiti secara langsung, mereka masih bisa menghantui tergantung kita nya sendiri. Kita harus banyak beribadah dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, jangan terbujuk rayuannya mereka tidak akan berbuat apa-apa tapi mereka akan berusaha membujuk agar kita tertipu daya oleh nya".

"Jadi mereka memanfaatkan rasa ketakutan kita ya Pak Ustadz ? Bisikan dan rayuannya yang menyuruh kita untuk datang kepada nya".

"Iya benar, kalau pikiran kita kosong akan sangat mudah di manfaatkan terutama jika kita jauh pada Allah".

"Tuh kalian dengar ! Jangan sekali-kali lagi kalian masuk ke dalam hutan ini atau rasa penasaran kalian yang nantinya justru akan membuat kalian celaka".

"Iya Om".

Akhirnya kita sudah sampai, Ica di baringkan di mesjid sementara itu aku pergi ke rumah untuk membawa mobil untuk membawa dia ke rumah sakit.

Episodes
1 Bab 1 Asal Muasal
2 Bab 2 Aku bangga sama anak-anak ku
3 Bab 3 Tiba di Subang
4 Bab 4 Penyesalan
5 Bab 5 Penasaran
6 Bab 6 Menjalankan misi
7 Bab 7 Kembali ke hutan
8 Bab 8 Tidak pernah kapok
9 Bab 9 Hantu merah
10 Bab 10 Situasi semakin mencekam
11 Bab 11 Trauma Ica
12 Bab 12 Belum menemukan titik terang
13 Bab 13 Mulai membaik
14 Semoga kamu tenang, Ica !
15 Pergi liburan
16 Kembali menjalankan misi
17 Semakin lancar
18 Persiapan
19 Kembali ke Subang
20 Persiapan
21 Mulai penjelajahan
22 Mulai mencekam
23 Kembali mengganggu
24 Meminta bantuan
25 Petunjuk
26 Korban semakin banyak
27 Terus mengganggu
28 Lindungi keluargaku
29 Melindungi rumah
30 Penuh rintangan
31 Banyak keanehan
32 Semakin banyak rintangan
33 Fatamorgana
34 Terbawa angin
35 Aku harus bertahan
36 Semakin tersesat
37 Awal perjalanan
38 Banyak makhluk halus
39 Berada di jaman kerajaan
40 Kampung Pajajaran
41 Masalah di desa
42 Satu masalah selesai
43 Mulai menyiarkan agama Islam
44 Bergotong-royong
45 Asal usul adanya penunggu pohon beringin
46 Semakin rumit
47 Bertemu Raja
48 Misi
49 Sosok makhluk merah
50 Berhasil selamat
51 Mulai di temukan
52 Akhirnya berhasil
53 Berhasil di lumpuhkan
54 Kembali pulang
55 Pulang dengan selamat
56 Kembali pulang
57 Mulai di lumpuhkan
58 Berhasil di kalahkan
59 Membuka lembaran baru
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 1 Asal Muasal
2
Bab 2 Aku bangga sama anak-anak ku
3
Bab 3 Tiba di Subang
4
Bab 4 Penyesalan
5
Bab 5 Penasaran
6
Bab 6 Menjalankan misi
7
Bab 7 Kembali ke hutan
8
Bab 8 Tidak pernah kapok
9
Bab 9 Hantu merah
10
Bab 10 Situasi semakin mencekam
11
Bab 11 Trauma Ica
12
Bab 12 Belum menemukan titik terang
13
Bab 13 Mulai membaik
14
Semoga kamu tenang, Ica !
15
Pergi liburan
16
Kembali menjalankan misi
17
Semakin lancar
18
Persiapan
19
Kembali ke Subang
20
Persiapan
21
Mulai penjelajahan
22
Mulai mencekam
23
Kembali mengganggu
24
Meminta bantuan
25
Petunjuk
26
Korban semakin banyak
27
Terus mengganggu
28
Lindungi keluargaku
29
Melindungi rumah
30
Penuh rintangan
31
Banyak keanehan
32
Semakin banyak rintangan
33
Fatamorgana
34
Terbawa angin
35
Aku harus bertahan
36
Semakin tersesat
37
Awal perjalanan
38
Banyak makhluk halus
39
Berada di jaman kerajaan
40
Kampung Pajajaran
41
Masalah di desa
42
Satu masalah selesai
43
Mulai menyiarkan agama Islam
44
Bergotong-royong
45
Asal usul adanya penunggu pohon beringin
46
Semakin rumit
47
Bertemu Raja
48
Misi
49
Sosok makhluk merah
50
Berhasil selamat
51
Mulai di temukan
52
Akhirnya berhasil
53
Berhasil di lumpuhkan
54
Kembali pulang
55
Pulang dengan selamat
56
Kembali pulang
57
Mulai di lumpuhkan
58
Berhasil di kalahkan
59
Membuka lembaran baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!