"Apa yang terjadi?''
"Papa sakit dan aku takut kalo tahu soal Mila malah membuat papa semakin drop lagi,"
Pemuda itu menghela nafas panjang. Kembali lagi ke awal. Ilham benar benar harus bersabar menghadapi Sitha.
"Jangan dipikirkan tentang itu, kita jalani saja dulu," ucap Ilham pada akhirnya, pemuda itu tak mau lagi memaksa Sitha untuk mempertegas hubungan mereka. Biarlah mengalir apa adanya.
Ilham mau fokus dulu sama pekerjaan yang di berikan oleh papanya, dan mulai mendekati orang tuanya agar bisa menerima Sitha.
Ilham mencium bibir Sitha dengan mesra, ciuman lembut itu sesaat menjadi ciuman yang liar. Tounge Ilham masuk ke dalam mouth Sitha dan bertautan dengan tounge wanita itu. Sitha menyelipkan jemari di antara rambut rambut hitam Ilham yang lebat sementara dadanya telah berdebar keras.
Sitha mendesah ketika pemuda itu melepaskan bibirnya untuk menyusuri rahangnya. Wanita itu mendongakkan kepalanya dan memberikan akses pada Ilham untuk menciumi lehernya.
Pemuda itu langsung menghajar lehernya Sitha yang membuatnya terengah sekaligus mengirimkan kebasahan untuk dedek. Ilham mengecup dengan cepat leher Sitha seolah ingin meredakan panas yang dibuatnya di sana sebelum gigi gigi pemuda itu kembali menyiksa nikmat.
Tangan Ilham bergerak ke kancing teratas blouse wanita itu dan menggulirkannya satu persatu, mouth pemuda itu mengikuti jalur yang dibuat oleh jemarinya, mengekspos sedikit demi sedikit kulit indah Sitha hingga memperlihatkan semuanya. Tangan Ilham segera menyingkirkan itu dan berhenti di gunung yang begitu menggoda itu. Sitha tersentak ketika index finger Ilham menyusuri di sana sementara mata pemuda itu menatap Sitha.
"Cantik....''
Mendengar ucapan Ilham membuat Sitha langsung merasakan gejolak di dadanya. Gairah membanjir dirinya hingga terasa dedek semakin terasa lembab.
Tatapan membara Ilham semakin membuat wanita itu merasakan denyut di si dedek. Tangan Ilham meremas dan mengelus gunung dengan penuh cinta. Hembusan nafas pemuda itu terasa di gunung Sitha ketika Ilham menundukkan kepalanya mendekati si gunung montok itu. Wanita itu tidak tahan lagi, bergerak gelisah dan mencengkeram rambut Ilham lebih erat sambil menyodorkan si montok gunung.
"Ayo, Ham....'' Sitha sedikit mendesah dengan kepala yang bergerak gelisah.
Ilham langsung menyambar si kecil pink keunguan itu yang sudah menantang penuh. Sensasi mouth Ilham yang sedang menyesap membuat Sitha mengerang, wanita itu mendekap erat kepala Ilham seperti dia sedang mendekap bayi sementara suara cecapan Ilham membuat Sitha merasakan perutnya berkedut kedut.
Lalu tounge Ilham mulai menggoda si merah kecil keunguan yang sensitif itu, menyesap dan melingkari aerolanya yang gelap. Punggung Sitha terangkat lebih tinggi ketika kenikmatan melanda tubuhnya apalagi ketika mouth Ilham semakin aktif berpindah pindah.
Dada Sitha mendentam kencang ketika merasakan mouth Ilham mempermainkan dan menggigit kecil sebelum kembali menyesapnya. Tangan pemuda itu juga tak tinggal dia, ikut berolahraga di sana, mengusap dan mencubit si kecil itu. Aliran gairah Sitha semakin cepat. Benaknya sudah mengabur dan dia mulai bergetar ketika Ilham telah menyesap dengan keras hingga wanita itu mendesah kencang ketika gelombang puncak kenikmatannya datang tiba tiba membuat Sitha terperangah tak percaya.
Wanita itu mencapai puncaknya hanya dengan ciuman, hisapan dan permainan Ilham di si montok dua duren itu.
Sitha bersandar lemah, sedangkan Ilham merasa puas ketika bisa memberikan kenikmatan kepada wanita yang dicintainya itu.
Setelah nafasnya reda, Sitha mengecup bibir Ilham. Wanita itu menatap ke arah Ilham dengan tatapan sayu. Entah keberanian dari mana tiba tiba Sitha mengelus lengan kekar Ilham dengan jemarinya sambil kecupan wanita itu merambat ke leher Ilham, mengecup dan menyesapnya di sana dan memberikan tanda merah keunguan di sana.
Ilham tersentak mundur ketika tiba tiba Sitha berlutut di depannya. Sebenarnya sebagian diri Sitha ingin bergerak bangun dan berlari menjauhi Ilham, tapi separuh tubuhnya lagi mendesaknya untuk tetap di tempat. Mata Sitha menatap ke atas untuk melihat Ilham.
"Sayang, apa yang sedang kamu lakukan?'' tanya Ilham yang sedikit kaget.
Ilham.merasakan dadanya berdegup kencang, pemuda itu seakan bingung dengan apa yang terjadi. Sedangkan Sitha yang berlutut di depan Ilham sudah malu setengah mati dan wajahnya sudah memerah seperti tomat matang.
"Ough, Sitha!" desah Ilham akhirnya mengerti apa yang dilakukan Sitha.
"Kamu tidak harus----"
"Aku mau, Ham," potong Sitha bersikeras dengan keputusannya.
"Apa kamu yakin deng---"
Sebelum Ilham menyelesaikan kalimatnya, lagi lagi Sitha menghentikannya dengan sudah menggerakkan hand nya. Dengan sedikit gemetar, fingers Sitha untuk menurunkan yang dikenakan Ilham. Sitha meneguk salivanya dan menenangkan debaran jantungnya yang sudah tak karuan.
Sepanjang pernikahannya dengan Reza, sekalipun dia tidak pernah mau melakukan hal ini dengan suaminya dan sekarang dengan Ilham, wanita itu melakukannya untuk pertama kalinya.
Baik Sitha maupun Ilham sama sama menahan nafas. Terdengar suara lirih Ilham ketika pemuda itu membantu Sitha untuk menurunkan yang dikenakannya. Scent Ilham menyerbu indera penciuman Sitha seketika. Wanita itu menghirup dalam, membiarkan otaknya menjadi lumer dan jantungnya berdetak semakin kencang.
"Kamu bisa membunuhku, Sayang," Sitha bisa mendengar desisan suara Ilham dan itu seperti memberikan semangat kepada dirinya.
Sitha mengatur posisi demi menahan denyut yang yang sedang bercokol di tengah tubuhnya, sementara dia merasakan si kembar kecil merah keunguan itu ikut merespon menegang.
Untuk sesaat, Sitha ragu. Dia pernah melihat si jun sebelum ini, namun melihat sizenya dari jarak dekat seperti ini membuat wanita itu bimbang dan gemetar. Apakah mouthnya bisa memuat si jun yang big itu? Tetapi keinginan untuk merasakan si jun tidak bisa lagi di bendung oleh Sitha. Seperti Ilham yang sering membuat dirinya lepas kendali. Sekali ini, Sitha ingin memiliki kendali itu di tangannya.
Sitha mulai bergetar ketika dia mendekatkan face nya dan mulai menjulurkan tounge, bergerak pelan dengan membelainya, merasakan si jun untuk pertama kalinya. Ilham mendesis kembali Sitha menekan sedikit lebih kuat. Scent pemuda itu tidak bisa digambarkan dengan tepat. Maskulinitas Ilham mengelilinginya begitu juga dengan wangi tubuh pemuda itu yang menggoda, berbaur, bercampur menjadi satu. Wanginya begitu jantan. Mata Sitha bergerak untuk menatap Ilham ketika mengarahkan mouth nya untuk si jun dan mengecupnya dengan lembut.
Ilham mungkin akan hilang keseimbangan jika saja ia tidak cepat cepat berpegangan pada konter itu. Sitha kembali mendengar suara desisan dari Ilham yang setengah mengatup dan melihat kenikmatan pada ekspresi pemuda itu yang mengerut penuh fokus kepada Sitha.
Sitha mengangkat tangan dan mulai membelai dan mengelus si jun dengan penuh kelembutan lalu menuntunnya untuk in ke dalam mouthnya yang sudah siap. Si Jun memenuhi mouth wanita itu, asin dan menggoda. Dengan rakus, Sitha menerkamnya dengan cepat apalagi disaat mendengar erangan Ilham, dirinya bergerak semakin dalam, membiarkan mouthnya membungkus si jun semakin rapat. Melakukannya lebih dalam lagi. Secara naluri, Sitha mulai mengemut dan menyesapnya.
"Ough! Hemp! Sssttt...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Puji Kuntari
di tunggu kelanjutannya kak
2023-08-22
0
hye2 ming
I love you thorrr...muuaacchh
2023-08-19
0
Mentari
ya ampun Thor nanggung bener aahh....🤭🤭😅😅🙈
2023-08-19
0