"Apa maksudmu?''
"Mas gak dengar apa yang sitha katakan? Tanpa ada Sitha juga Mas sudah ada yang ngurusin," katanya mulai emosi, entah kenapa wanita itu merasakan amarah yang meluap luap ketika melihat suaminya dan mengingat perbuatannya itu.
"Siapa? Maksud kamu Mila?" tanya Reza.
"Siapa lagi yang tinggal disini, kan cuma ada kita bertiga,"
Reza menatapnya dengan sedikit curiga. Ingin sekali rasanya wanita itu memberi tahu semua tentang penghianatannya yang telah ia ketahui.
"Kamu cemburu sama Mila? Ya ampun, Tha. Mila itu adikmu sendiri, lagian Mas juga sudah anggap dia seperti adik sendiri. Awalnya kamu juga yang ngebolehin Mila tinggal disini bukan Mas yang nyuruh," jelas Reza panjang lebar. Mendengar ucapannya itu malah membuat Sitha semakin muak.
"Jadi maksud Mas, Sitha yang terlalu curiga atau Sitha yang salah?'' katanya dengan nada tinggi.
Wanita itu rasanya sudah tidak tahan lagi, ingin rasanya ia memberitahu semua apa yang dia lihat seminggu yang lalu. Tapi masih berusaha untuk ia tahan karena ia masih memikirkan orang tuanya yang pasti akan shock kalo mengetahui anak kesayangan mereka Mila berselingkuh dengan kakak iparnya sendiri.
"Bukan begitu maksud, Mas," sahut Reza sambil mendekati Sitha dan berusaha untuk memeluknya. Sitha langsung menghindar dan tak mau dipeluk olehnya. Rasanya jijik kalo disentuh oleh suaminya itu.
"Jadi maksud Mas apa? Selama ini aku sudah berusaha menjadi istri yang baik buat Mas. Apa masih kurang?''
"Kamu terlalu sibuk sama butik, Sayang. Mas mau kamu lebih mengurangi pekerjaan, tapi kamu selalu saja tidak mendengarkan Mas. Selama ini Mas memang memperbolehkan kamu buka butik, tapi bukan berarti kamu lupa tugas kamu sebagai seorang istri," ucap Reza yang akhirnya terpancing emosi dan pria itu mulai terlihat marah.
"Jadi maksud Mas, semua salah Sitha?''
"Sudah, kenapa kita malah jadi bertengkar," sahut Reza yang akhirnya mengalah dan berusaha membujuk Sitha.
"Mas yang mulai, aku cuma ijin beberapa hari nginap di butik tapi Mas ribut,"
"Mas bukannya melarang kamu. Tapi kamu kan gak musti terus terusan nginap di butik,"
"Kalo aku nginap di butik, Mas jadi bisa lebih bebas." ucap Sitha hampir tak bersuara.
"Apa maksudmu?'' tanya Reza.
"Ah, sudahlah, Mas. Aku tetap mau ke butik biarpun Mas melarang." ucap Sitha sambil membereskan koper dan hendak melangkah keluar dari kamar.
"Sitha.... Mas melarang kamu!" kata Reza dengan tegas.
"Sitha tetap pergi walaupun Mas melarang,"
Sitha langsung keluar dari kamar dan menutup pintu dengan keras. Wanita itu memang harus menjaga jarak dulu dengan suaminya. Mungkin juga harus menceritakan penghianatan Reza kepada orang tuanya, bagaimana pun juga mereka harus tahu semua ini.
Wanita itu sudah putuskan untuk bercerai dengan Reza. Pengkhianatannya membuat wanita itu sudah mati rasa dengan suaminya. Biarlah mungkin dengan mereka berpisah, adiknya bisa berbahagia dengan Reza. Biarlah disini, Dia yang mundur, dia yang mengalah.
*************
Sitha sudah sampai di butik. Setelah menaruh koper ke dalam kamar yang ada di butik, wanita itu menuju pantry untuk membuatkan kopi.
Sitha sedang duduk sembari membuat kopi. Dia termenung dengan pikirannya kosong. Ingin menangis, rasanya sudah lelah. Butiknya baru saja buka dan karyawannya yang lain sedang sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Tiba tiba Sitha di peluk dari belakang hingga membuat wanita itu tersentak kaget.
"Kangen denganku?'' bisiknya pelan.
Ternyata yang memeluknya adalah Ilham. Pemuda yang telah menaklukkannya. Dengan nakal, tangannya meremas gunung itu dan pemuda itu mengecup tengkuknya dengan mesra.
"Jangan, Ham. Nanti ada karyawan lain yang tiba tiba masuk," cegah Sitha yang takut kalo nanti ada karyawan yang tiba tiba masuk ke pantry.
"Kangen, Sayang," ucap Ilham sambil mengecup tanpa henti lehernya.
"Jangan disini.... Keruanganku saja," sahut Sitha akhirnya.
"Biar aku keruanganku dulu, nanti bawain aku kopi," perintah Sitha, setelah mengecup sekilas bibir Ilham lalu melangkah keluar ruangan pantry menuju keruangannya.
Ilham tersenyum senang, dengan bersemangat Ilham segera melangkah menuju ke ruang kerja Sitha setelah menunggu beberapa saat. Sambil membawakan kopi, pemuda itu melangkah ke ruangan tempat wanita tercintanya itu.
Ilham masuk tanpa mengetuk pintu lagi. Tetapi pemuda itu kecewa ketika ternyata di dalam ruang kerja Sitha, wanita itu tidak sendirian. Dia sedang bersama Pelanggan yang hendak memesan beberapa pakaian.
"Masuk, Ham. Tolong taruh kopinya di meja," kata Sitha yang melihatnya masuk.
"Ilham, tunggi sebentar di sana ya?" kata Sitha setelah Ilham menaruh kopinya di meja dan hendak berniat meninggalkan ruang kerja Sitha. Pemuda itu bermaksud untuk datang lagi nanti setelah Sitha sudah selesai dengan pelanggannya itu.
"Baik, Bu." jawab Ilham kemudian berdiri tak jauh dari meja kerjanya Sitha. Pemuda itu menatap meja yang dimana Sitha semalam terlentang pasrah ketika pemuda itu menikmati si dedek donat. Membayangkan hal itu, membuat pemuda itu kembali bergairah dan seketika si Jun sudah mengeras tak karuan.
"Ibu Santi mau minum apa?" tanya Sitha kepada pelanggan yang ada dihadapannya itu.
"Enggak udah, terima kasih. Saya lagi buru buru juga nih, jadi kapan kira kira saya bisa ambil pesanan saya?''
"Oh, gitu. Ibu Santi bisa kembali kesini dua minggu ke depan. Saya usahakan lebih cepat dari itu selesainya. Setelah selesai, nanti akan saya hubungi ibu langsung supaya bisa langsung fitting." jelas Sitha.
Sitha dengan cepat menyelesaikan urusannya dengan pelanggannya itu. Wanita itu sudah tidak sabar ingin berduaan dengan Ilham. Entah kenapa setelah merasakan kenikmatan yang di berikan oleh pemuda itu membuat Sitha seakan ketagihan akan si Jun. Dedek seakan terasa gatal minta ingin rasanya segera di garuk oleh si Jun.
Setelah selesai dengan pelanggan, Sitha segera mengantarkan pelanggan itu ke depan dan berpesan kepada karyawannya untuk tidak mengganggunya selama dua jam ke depan.
Sitha seakan tak sabar lagi untuk bisa berduaan dengan Ilham. Dari awal pemuda itu masuk mengantarkan kopi sudah terasa berdenyut dedek donut karena mengingat semalam perbuatan pemuda itu kepadanya.
Sitha masuk dan mengunci ruangan kerjanya. Dia melihat Ilham sudah berdiri di dekat meja kerjanya.
"Apakah kangennya masih?'' tanya Sitha dengan mesra kepada Ilham sambil melangkah perlahan mendekati pemuda itu.
"Masih, Sayang. Sini mendekat, akan kubuktikan rasa kangenku," jawab Ilham sembari merentangkan tangannya.
Perlahan, Sitha mendekat dan pemuda itu langsung tiba tiba menarik pinggangnya sehingga wanita itu terjatuh kedalam pelukannya.
"Kangen sekali," ucap Ilham dengan lembut sembari menghujani Sitha dengan kecupan kecupan kecil.
"Aku juga kangen. Aaaa...." sahut Sitha mendesah, tangan Ilham mulai bergerak memelintir si kecil merah muda itu.
Nakalnya tangan Ilham tidak berhenti di sana. Dia mulai sibuk memainkan permainan yang membuat Sitha begitu mendesah hebat tak karuan. Ilham sudah memainkan serta mengecup panas si kecil merah. Sitha terenyah. Denyut panas sudah berkumpul di bawah sana. Terasa semakin menjadi jadi ketika bibir Ilham mengecap si kecil merah muda Sitha seolah olah itu adalah makanan ternikmat, sementara tangannya yang lain masih membelai nikmat.
Pemuda itu membuat suara suara yang keras saat ia mengecup dan menarik si kecil merah muda membuat wanita itu tak tahan lagi.
Dengan cepat Ilhan membalik tubuh Sitha sehingga wanita itu membelakanginya dan segera beraksi di sana. Tidak tahan lagi dengan cara pelan dan santai, pemuda itu dengan ganas melepas semuanya. Sitha yang melirik Ilham dari balik punggung, yang melihatnya sudah di bawah. Dengan nakal, Sitha sengaja melakukan aksi aksi agar Ilham semakin panas, seperti layaknya atlet yang lagi bersiap untuk lomba lari.
Tentu saja pemuda itu tidak akan menyia nyiakan kesempatan itu. Segera pemuda itu mengecup belahan itu, dengan gemas pemuda itu menggigit sedikit yang membuat Sitha menjerit antara sakit dan nikmat. Pemuda itu tersenyum puas ketika melihat ada tanda hasil dari karyanya.
Ilham langsung mengesap si dedek itu tanpa risih atau jijik. Esapan pemuda itu terus turun yang sudah tak karuan dan banjir. Tangannya dengan nakal mencubit ******** wanita itu membuatnya mengerang nikmat.
"Ough! Aargh, Sssttt.... Ilham...!''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments