"Sadar!"
Wanita itu menampar pelan wajah pria tersebut setelah mendengar ucapannya.
Merasakan pipinya ditampar, pria tersebut tercengang dan dia melirik wanita itu dengan ekspresi yang kecewa.
"Kamu tidak menganggap aku pacarmu?" tanya pria itu dengan mata yang lesu.
Dengan cepat wanita yang pernah berkenalan dengan Ervin menggelengkannya sebagai jawaban.
"Sudah, jangan main-main, aku akan lapor ayah nanti," ancam wanita itu dengan wajah yang marah.
"Hehe, maaf-maaf."
Setelah keduanya mengobrol, mereka berdua pergi ke tempat di mana keluarga mereka berdua berada.
Bangunan pasir yang dibuat oleh Ervin difoto dan dikirim oleh orang-orang yang hadir di sini, khususnya para orang tua dan anak kecil.
"Lihat! Ini kuasa dewa! Tidak ada yang bisa membuat bangunan dari pasir seperti ini!"
"Aku harus cepat-cepat mengirim kabar besar ini ke grup media sosial! Ini gawat!"
"Bahan konten, nih. Mantap!"
"Tidak mungkin satu orang pun yang membuat karya ini dari pasir! Akan aku viralkan pasir-pasir ini!"
"..."
Semua orang menjadi ramai yang melihat karya seni Ervin yang membuat segala bentuk bangunan dari pasir.
Ada beberapa keponakan Ervin yang tidak ikut Ervin kembali ke tempat di mana mereka menyimpan barang-barang.
Pada saat ini, Roni dan beberapa keponakan yang lain duduk di dekat Ervin dengan wajah yang bingung.
"Paman, kamu kenapa? Apa paman sedang pup di celana?" Deo bertanya dengan wajah yang polos.
Keponakannya merasakan Ervin tidak sedang baik-baik saja, terlebih ketika melihat wajah pamannya yang mendung seolah tidak ada sinar keceriaan.
Ervin diam, dia masih mengingat kue apem yang dibungkus oleh CD bergambar stroberi dan wajah dari pemilik kue apem membentuk belahan surga dunia.
Namun, sebuah ingatan lain muncul untuk membuat hati Ervin sakit, seperti dadanya telah ditonjok oleh Dewa Hercules.
Baru saja dia mencintai wanita, sekarang langsung disakiti begitu saja.
Bukan wanita itu yang salah, tetapi harapannya sendiri yang bersalah.
Tidak ada orang lain yang mengecewakan Ervin, itu hanya ekspektasi dan harapannya sendiri.
Mungkin wanita itu menganggap Ervin sebagai teman. Sesuai dengan ucapan awal Ervin ingin berteman.
"Coba saja aku bilang ingin berpacaran dengannya dari awal, aku tidak akan kecewa seperti ini," gumam Ervin penuh penyesalan yang datang ke dalam hatinya.
Semua keponakan Ervin mendengar gumaman Ervin yang sangat kecewa dengan ekspresi muram mendung.
Luna yang ikut bersama Roni dan beberapa keponakan yang lain mulai mendekati Ervin yang sedang sedih, kemudian dia berkata, "Paman, kamu tidak perlu bersedih, masih ada miliaran perempuan di dunia ini, pasti salah satunya ada perempuan yang Paman suka selain kakak itu."
Kak Flora tidak ikut campur masalah Ervin, dia hanya menonton Ervin di belakangnya sambil memakan es krim bersama Vino, anak keduanya.
Anak pertama Kak Flora dan Bang Adam adalah Deo. Deo dan Vino adalah adik dan kakak. Selisih satu tahun umurnya.
Begitu mendengar ucapan Luna, Kak Flora memberikan jempol dari belakang.
Apa yang dikatakan oleh Luna ada benarnya juga.
Reaksi Ervin mendengar ucapan Luna hanyalah hembusan napas panjang, kemudian menatap Luna dengan tatapan yang lembut.
"Ya, kamu benar, Luna, Paman tidak perlu bersedih hanya karena perempuan yang belum tentu jodoh Paman." Ervin mengangguk setuju.
Semua keponakan Ervin yang ikut Ervin duduk langsung merasa senang melihat pamannya kembali ceria.
Roni mengambil tangan kiri Ervin dan buru-buru berkata, "Paman, ayo kita kembali ke pantai! Kita akan mencari perempuan yang cantik lagi!"
Plak!
Stik es krim menghantam celana pantai Roni dan Vino menatap Roni dengan tidak senang, "Roni, kamu tidak boleh seperti itu!"
"Biarkan saja, aku ingin mencari kakak cantik untuk paman!" Roni tidak memedulikan ucapan Vino dan dia terus menarik Ervin untuk bangun.
Berikutnya, Ervin membiarkan Roni menarik tubuhnya dan pergi ke pantai bersama keponakannya yang lain.
Kakak Flora menggelengkan kepalanya melihat perilaku Roni yang sudah sangat berbeda dengan anak kecil yang lain. "Kupikir Roni ini mewarisi sifat Kakeknya waktu muda."
Deo dan Vino mencium kedua pipi Kakak Flora, mereka pergi mengikuti Ervin dan yang lainnya, tidak lupa Vino mengambil kembali stik es krim yang dilempar dan dimasukkan ke tong sampah.
Saat sampai di tempat di mana mereka bermain pasir, itu masih dikunjungi oleh orang-orang di pantai.
Beberapa keponakan Ervin juga masih main pasir di sana bersama Bang Adam yang mengawasi mereka.
Memang abang dan kakaknya tidak ingin terlalu ikut campur dengan masalah Ervin, biarkan urus masalahnya sendiri, kecuali memang Ervin membutuhkan bantuan.
Mengabaikan orang-orang yang melirik wajahnya, Ervin membawa keponakannya yang lain untuk bermain air laut.
"Paman, apakah paman bisa berenang?" tanya Vino dengan penasaran.
Pertanyaan Vino langsung dijawab oleh Ervin, "Tentu saja bisa, memangnya ada apa, Vino?"
"Vino juga bisa berenang, aku diajarkan oleh ayah." Vino menatap Bang Adam di sebelahnya. "Iya, kan, Ayah?"
Kepala Bang Adam mengangguk beberapa kali sebagai tanggapannya.
Deo dan Vino bisa berenang, tetapi Bang Adam memberi peringatan kepada kedua anaknya untuk tidak berenang di air laut yang lebih dalam.
Bang Adam menganjurkan anak-anak kecil ini main di sekitar pantai dengan dasar yang dangkal.
"Paman, bisakah kamu mengajari Roni berenang?" Roni menarik celana Ervin tiga kali, dan itu hampir melorotkan celananya.
Tangan Ervin dengan cepat menahan celananya yang ingin terlepas ke bawah. "Bisa, tetapi Roni lepaskan tangannya dari celana paman."
"Oke." Cengkeraman Roni dilepas setelah mendengar permintaan pamannya.
"Paman, aku juga mau diajari berenang!"
"Aku juga, Paman!"
"Paman! Aku mau!!"
"..."
Dalam sekejap suara keponakannya mengisi penuh gendang telinga Ervin, mengucapkan kalimat yang sama.
Mereka semua ingin mempelajari kemampuan berenang.
Sebagai paman yang baik dan tampan, Ervin menuruti permintaan semua keponakannya yang sudah mulai merengek seperti bayi.
Satu per satu Ervin mengajari mereka bagaimana caranya berenang melalui teori atau secara teori.
Melihat semuanya mengangguk paham dan mengerti, Ervin menggendong Roni dan meletakkan Roni di permukaan laut.
Tubuh Roni ditahan dan ditopang oleh kedua tangan Ervin, melihat Roni yang ketakutan, Ervin berkata, "Sudah paman bilang, jangan panik jika ingin bisa berenang. Gerakan kaki kamu dan tangan kamu, Paman akan menuntun kamu sampai bisa."
"Huaa! Paman! Ombaknya sangat kencang!" seru Roni yang tidak mendengarkan ucapan Ervin.
Sementara orang yang mendengar ucapan Roni langsung mengubah wajahnya menjadi datar, ombak yang menerpa Ervin bahkan tidak bisa menghempaskan anak balita.
Ombaknya sangat-sangat kecil.
Setelah puluhan menit berselang Ervin mengajari keponakannya berenang, kini dia bisa melihat keponakannya asyik bermain air laut tanpa takut tenggelam.
[Mengajari keponakan berenang dan dapatkan Keterampilan Berenang Profesional!]
Suara sistem memasuki benak Ervin, lengkungan tipis muncul di mulutnya.
"Halo!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
biji bernapas
ajarin dong puh lumpuh
2023-10-26
4
the Amay one
next thor 👍🏿👍🏿👍🏿
2023-08-19
3
the Amay one
maklum masih pemula
2023-08-19
4