Sudah tiga hari sejak Kaivan dibawa jalan-jalan, Hanbin tidak ada datang lagi. Sepertinya beliau sedang sibuk mengurusi kasus dengan keterangan Kaivan.
Jadinya Kaivan hanya diam di rumah dan main game dengan tabletnya. Dia hampir menyelesaikan game fruit crush yang jauh lebih sulit dari game pertama dan telah mendapat sekitar satu juta poin lebih.
Kaivan pun memeriksa statusnya, rupanya level bisa naik jika menyelesaikan satu game. Tapi fruit crush sangat sulit sampai Kaivan kesal sendiri.
*-*
Nama: Kaivan ?
Umur: 16 tahun
Status: level 3
Pemandu: Roseta
Poin: 3.950.990
*-*
Dan kini dia bosan juga. Rose ada bersamanya tapi jika Kaivan sudah main game dan asyik sendiri, peri itu pun kembali ke dunianya, baru datang saat Kaivan panggil. Kadang Rose datang sendiri jika ingin makan ayam, jadi Kaivan sering keluar poin hanya untuk membelikannya makan, tapi Kaivan ikut makan juga sih.
Kaivan sudah bisa keluar kamar, dia paling suka main game di balkon rumah yang menghadap sungai Han. Dia juga kini mulai akrab dengan pelayan karena Kaivan sudah mau membantu pekerjaan pelayan, terutama saat tidak ada tuan rumah. Jika ada tuan rumah Kaivan akan dimarahi karena pekerjaan pelayan bukanlah pekerjaan dia.
Tapi Kaivan ingin melakukan sesuatu untuk mereka, jadi dia membantu pelayan membersihkan rumah atau memasak. Pelayan baik sekali ternyata, Kaivan memanggilnya ahjuma, artinya bibi. Ahjuma mengajarinya memasak dengan benar.
Selama ini Kaivan yang selalu memasak di rumah dengan pengetahuan seadanya, mengingat ibunya hanya suka bermain dengan laki-laki atau berbelanja, tidak bisa masak. Jadi Kaivan yang memasak, dia bisa menggoreng, merebus, mengukus... Pokoknya memasak yang mudah saja.
Kini ada ahjuma yang mengajarinya membuat masakan Korea. Ada suatu makanan bernama kimchi yang sangat disukai penghuni rumah, tapi Kaivan awalnya benci sekali. Setelah diajari cara membuatnya, Kaivan mulai sedikit menyukainya, sedikit.
Siang itu, saat Kaivan selesai membantu ahjuma menyirami tanaman di halaman rumah, Hanbin datang lagi bersama seorang pria tampan.
Pria itu terlihat sangat berkelas, terlihat seperti mix barat dan Asia.
"Kaivan, ada yang ingin bertemu denganmu, dia dari Indonesia" ucap Hanbin.
Kaivan menatap pria asing itu sejenak, sebelum kemudian berdiri lalu mencium tangan si pria, sebagai sopan santun.
"Jadi kamu ini putra wanita itu?" Ucap si pria asing setelah mereka semua duduk dengan nyaman.
Kaivan sih duduk nyaman, tapi tatapan pria itu padanya membuat dia agak tidak nyaman. Tatapannya tajam dan seperti sedang menyelidiki.
Entah kenapa pria itu semakin dilihat terasa makin familiar, tapi Kaivan yakin belum pernah melihatnya.
"Bisakah aku bicara berdua dengan bocah ini?" Tanya si pria asing pada Hanbin dengan bahasa Inggris.
Hanbin mengangguk setuju, lalu pergi meninggalkan mereka, tapi sebelumnya Hanbin berkata pada Kaivan.
"Jangan takut Kaivan, pria ini bisa membantumu, semangat lah."
Meski Kaivan tidak yakin dengan ucapan Hanbin, Kaivan tetap mengangguk.
Setelah Hanbin pergi, Kaivan menatap pria itu dengan serius, begitupula dengan pria itu, dia juga menatap Kaivan dengan tatapan serius.
"Kalau boleh tahu kamu anak ke berapa?" Tanya pria itu.
"Kalau tidak salah, aku anak ketiga, kedua kakakku meninggal kata ibu," jawab Kaivan.
"Kalau begitu ayahmu siapa? Salah satu mantan suami ibumu?"
Kaivan menggeleng, "maaf, aku satu-satunya yang tidak diketahui siapa ayahku, ibu tidak tahu yang mana ayahku."
Pria itu mengangguk pelan, "panggil saja aku Harlan, aku salah satu korban ibumu juga. Terus terang, aku membenci ibumu, dia pernah menjebak ku untuk tidur dengannya lalu mengakui salah satu anaknya sebagai anakku. Dia membuat calon istriku bunuh diri, hidupku hancur karena dia, meski sekarang aku sudah menikah, tapi calon istriku itu adalah wanita yang ku cintai. Maafkan aku yang egois ini, melihatmu membuatku merasakan kebencian itu, tapi aku tidak akan berbuat jahat padamu, aku justru akan membantumu. Kamu bisa tetap tinggal disini jika kamu mau, biaya hidupmu akan ku jamin sampai kau lulus SMA, kau bisa kan?"
Meski ucapan Harlan ada yang menyakitkan, tapi Kaivan bisa mengerti bagaimana perasaan Harlan. Jika Kaivan berada diposisi Harlan pasti Kaivan juga akan benci. Apalagi pasti Kaivan mengingatkan Harlan pada ibunya.
Namun, ucapan terakhir Harlan membuat Kaivan senang.
"Sungguh? Apa aku tidak merepotkan orang sini?" Tanya Kaivan.
"Jujur saja Hanbin itu yang mengajukan hal ini padaku, aku bisa saja membawamu kembali ke Indonesia dan memberimu kehidupan yang layak. Aku mengerti kau pasti ingin lepas dari ibumu kan? Hanya aku yang bisa membantu, semua keputusan ada ditangan mu."
"Aku akan mencoba memulai hidup disini, menjadi putra dari wanita itu membuatku tertekan, kalau bisa aku tidak ingin jadi putranya dan memiliki hubungan dengannya, hati dan mental ku sakit karena dia, meski dia wanita yang melahirkan ku."
Pria itu mendekati Kaivan, lalu menepuk bahu Kaivan pelan.
"Nak, tidak semua wanita itu pantas memiliki anak, terutama wanita seperti itu, mengerikan sekali menjadi putranya. Kamu harus hidup sesuai keinginan mu. Aku sudah bilang aku akan membantumu kan? Memberikan identitas baru bagimu tidaklah sulit, akan ku buat identitas baru untukmu, lalu bersekolah lah disini, aku akan sering berkunjung."
"Terimakasih tuan Harlan."
"Tidak perlu berterimakasih, sudah sepatutnya aku membantumu, ku rasa kita memiliki rasa sakit yang sama terhadap wanita itu, oh iya, ini kartu namaku, kau bisa menghubungiku sendiri atau lewat Hanbin. Aku adalah pebisnis yang sering pergi ke luar negri, jadi mudah bagiku menemui mu, kamu juga tidak perlu memikirkan akan membalas semua uang yang ku habiskan untukmu, uangku sangat banyak, tidak perlu dikembalikan, aku akan marah jika kau mengembalikan."
Kaivan hanya terbengong melihat kartu nama mewah itu. Sebodoh-bodohnya dia, dia tahu juga perusahaan bernama Axve Group. Itu adalah perusahaan besar yang memiliki banyak anak cabang perusahaan lain. Jelas pria itu adalah salah satu konglomerat terkaya di dunia. Kaivan heran bagaimana bisa ibunya menjebak pria seperti beliau ini.
"Tapi saya tetap harus berterimakasih kasih, tuan Harlan."
"Haha, baiklah, belajarlah yang rajin karena setelah lulus kamu akan menghadapi dunia yang sebenarnya."
Kaivan mengangguk mengerti.
Dengan itu, Kaivan akan bersekolah di salah satu sekolah disana. Dania memaksa agar ayahnya memasukkan Kaivan ke sekolahnya saja.
Sekolah Dania adalah salah satu sekolah terbaik di Korea Selatan, biaya bersekolah disana bukan main. Tapi karena yang membiayai adalah konglomerat, rasanya itu mudah saja.
Beberapa hari kemudian Hanbin dan Dania membantu Kaivan menyiapkan segalanya untuk sekolah. Seperti membeli seragam, tas, sepatu, buku dan lainnya. Harlan memercayai Hanbin untuk mengurusi uang untuk Kaivan.
Kaivan merasa dia menjadi beban, tapi dia terus meyakinkan diri sendiri jika itu tidak masalah. Dia juga tidak boleh terus merasa tidak enak dibantu orang. Mau bagaimana lagi, Kaivan masih bocah berumur 16 tahunan, masih butuh wali juga. Jadi, kini wali Kaivan adalah Hanbin.
Ngomong-ngomong Hanbin sendiri belum menikah meski sudah berusia 37 tahunan.
"Kaivan!"
Rose muncul dengan berisiknya, Kaivan agak kaget melihat Rose memakai gaun lain yang meski warnanya sama-sama pink, gaun itu lebih pendek dan lebih mudah untuk bergerak, gaun yang mirip dengan bunga mawar.
"Gaun mu cantik, Rose!"
Mendengar itu Rose pun tersenyum senang, "sungguh? Aku membuat gaun ini sendiri, ngomong-ngomong gimana persiapan sekolahnya? Semua lancar?" Tanya Rose, dia duduk di meja dan mengeluarkan kue dari toples yang diberi Dania, kemudian memakannya sedikit-sedikit.
"Wah, hebat sekali bisa membuat gaun!"
"Kaivan juga hebat karena belajar dengan cepat, bukan? Normalnya manusia butuh waktu banyak untuk belajar bahasa lain, padahal ada skill untuk menguasai bahasa apapun dengan instan, tapi kamu tidak butuh, kamu jenius Kaivan!"
Kaivan malu juga dipuji seperti itu.
"Ma... Makasih, hehe. Semuanya lancar kok, tuan Harlan mengirim banyak uang untukku, aku bisa beli banyak keperluan, semuanya mahal sekali, menghabiskan beberapa juta won."
"Sebenarnya tanpa dia uangmu sudah banyak lho, Kai."
"Jika aku menggunakan itu, nanti dicurigai kan? Aku harus memutar otak untuk mencari alasan. Sepertinya tidak bisa dalam waktu dekat ini, entah aku harus beralasan apa."
Rose mengangguk mengerti, Kaivan pasti khawatir sekali. Kalau tiba-tiba dia punya banyak uang, yang lain pasti merasa aneh. Rose pikir Kaivan harus pergi dari rumah itu, tapi Kaivan sangat menyukai mereka. Tidak aneh karena baru kali itu dia merasa memiliki seseorang yang baik setelah selama ini dia diperlakukan sangat buruk.
"Kaivan, ayo beli ayam goreng madu lagi! Bukankah hari ini promo?"
Senyum Kaivan pun luntur, memang Rose datang saat ada maunya saja.
Sabar Kaivan.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Oka Derza
alamak.....
nongol ternyata ada maunya
tohhhh
2024-12-29
0
Diah Susanti
hadeuh rose rose
2024-09-19
0
argha putera
pake acara sekola segaala. pasti alurnya indosiar di sekolahan. hadehh
2024-08-23
0