Vicky menatap Kaivan antara bingung dan tidak percaya, "kamu serius? Tapi aku tahu kamu bukanlah orang yang bisa membantuku, maksudku, yang kami butuhkan adalah uang yang banyak, sekaya apapun orangtuamu, mereka tidak akan mengijinkan mu berinvestasi di Bisnisku yang tidak jelas ini!"
Ucapan Vicky masuk akal juga, terutama jika belum tahu keadaan Kaivan bagaimana.
"Kamu menilai begitu karena kamu tidak tahu bagaimana dengan kehidupanku bukan? Orangtuaku miskin, aku bukan berasal dari keluarga yang sangat beruntung, tapi bukan berarti aku harus menyerah atas hidup ini, aku mengambil semua kesempatan yang aku miliki, aku ingin kamu juga begitu, kamu tidak lemah, jangan mudah menyerah, saat ada orang baik memberimu kesempatan, kamu bisa saja curiga, itu bagus, tapi lebih baik kamu pikirkan baik-baik dulu, jangan melepas kesempatan yang ada. Jika kamu menilai ku dengan sebelah mata, apa bedanya kamu dengan orangtuamu?"
Vicky benar-benar terdiam dengan ucapan Kaivan. Dia tidak tahu apapun tentang pemuda itu, dia menyukai pemuda itu dan memberikannya makanan hanya karena Kaivan menolongnya dari preman-preman yang mengganggunya. Kebetulan Vicky memerintah seseorang untuk mencari tahu keberadaan Kaivan, Vicky cukup terkejut karena Kaivan tinggal menumpang di rumah Dania. Vicky sendiri mengenal Dania karena Dania juga cukup populer.
Setelah makan siang bersama dan mengobrol, Vicky semakin menyukai Kaivan, karena Kaivan - entahlah, dia terasa sangat berbeda. Kaivan tidak melihat Vicky seperti kebanyakan orang lain melihatnya.
Pokoknya beda lah, Vicky tidak bisa menjelaskannya.
"Kalau begitu, aku minta nomormu, aku akan berpikir dulu, setelah itu memberitahukan padamu" ucap Vicky.
Kaivan setuju dan mereka pun bertukar nomor.
"Pikirkan baik-baik dulu, Vicky, aku akan ke kelas, karena sudah mau bel masuk. Permisi!"
Vicky hanya menatapi kepergian Kaivan, pemuda misterius yang informasinya masih sedikit. Tepat setelah itu, Vicky mendapat telfon dari teman yang sudah ahli yang akan membantunya. Teman itu baru dipecat dari salah satu bisnis kecantikan ternama, hanya karena alasan sepele, padahal dia sangat berbakat. Karena itu dia mau membantu Vicky membangun bisnisnya.
Akan tetapi, setelah mengangkat telfon itu, teman Vicky mengatakan mereka kehilangan tempat yang rencana akan jadi toko mereka. Itu tempat terbaik yang harus mereka dapatkan, namun hanya karena kekurangan uang, mereka tak bisa mendapatkannya.
"Sepertinya aku harus menerima bantuan Kaivan, tapi aku masih belum yakin, apa dia sungguh bisa membantuku? Ya Tuhan, ku mohon kali ini semoga keputusanku tepat."
Jika Kaivan tidak bisa membantu, mungkin Vicky akan menerima usulan main drama, demi mendapatkan uang yang diperlukan.
Dia tahu berbisnis tidak semudah itu, dia butuh investor, tapi investor yang dia kenal menolak proposal bisnisnya, karena ayah Vicky menghentikan mereka semua.
Orangtua Vicky memang keterlaluan, apa salahnya dia mulai berbisnis? Padahal biasanya orangtua lain akan mendukung.
Kaivan, semoga dia tidak bicara omong kosong.
***
"Jadi ini yang namanya Kaivan?"
Mendengar namanya disebut, Kaivan pun berhenti dan menoleh pada asal suara. Terlihat siswa yang baru dia lihat, siswa itu berpenampilan bagus, terlihat rapi, juga terasa aura anak orang kayanya.
Siswa itu cukup tampan, ada dua siswa lain bersama dia dan memandang Kaivan remeh. Mereka berpenampilan ala anak orang kaya juga, sampai jam tangan yang mereka kenakan pun harganya tidak main-main.
Kaivan tidak mengerti dengan siswa siswi yang suka mengenakan barang mahal untuk memperlihatkan kekayaan mereka. Maksudnya, ini sekolah, lho? Tempatnya belajar, bukan pamer kekayaan.
"Ada apa?" Tanya Kaivan dengan nada dingin andalannya, yang Kaivan sendiri tidak sadar dia berkata dingin.
Pemuda yang memanggilnya berjalan mendekati Kaivan. Oh, ngomong-ngomong mereka ada di dalam toilet. Kaivan hanya ingin mencuci tangan setelah tidak sengaja kena saos dari makanan siswa yang melewatinya.
"Aku Seon, pacarnya Dania."
Kaivan mengangguk-angguk mengerti, jadi ini pacarnya Dania, Dania sendiri tidak pernah pamer, gadis itu hanya memamerkan boneka bjd yang pernah pacarnya berikan, selain itu tidak ada lagi. Padahal menurut Jihyo, ibunya Dania, pacarnya Dania sering memberi hadiah.
"Begitu ya, lalu?"
Entah kenapa Seon terlihat kesal dengan reaksi Kaivan yang cuek.
"Aku tahu kamu numpang di rumah Dania kan?"
"Tidak, aku menumpang di rumah orangtua Dania, Dania sendiri gak punya rumah."
Mendengar ucapan Kaivan, Seon meraih kerah seragam Kaivan. Kaivan sih hanya diam, entah kenapa Kaivan tidak takut sama sekali, meski tatapan Seon mengintimidasi. Mungkin itu efek dari penguatan mental, Kaivan jadi tidak ada takutnya. Normalnya, sebelum beli skill semacam itu, Kaivan pasti takut, dia juga sering kena bully di sekolah yang dulu.
"Itu sama saja, apa kau bodoh? Yang pasti, kamu lah yang membuat Dania bilang mau putus kan? Sialan! Kau pikir kau tampan apa?"
Kaivan refleks mengangguk, karena dia pikir akhir-akhir ini dia semakin tampan. Tapi itu membuat Seon semakin kesal, dia pun melayangkan tinjunya pada Kaivan.
Sayang sekali, Kaivan dengan cepat menahan tinju tersebut, membuat dua teman Seon berdecak kagum.
"Diam kalian! Dia hanya beruntung bisa melawan!"
Akan tetapi, Kaivan bisa menghindar atau menangkis semua serangan Seon. Sampai Seon capek sendiri.
"Cih, sialan!"
Mungkin Seon sudah takut dengan Kaivan yang kuat, dia pun kabur dengan kedua temannya.
"Gak jelas banget sih?" Gumam Kaivan kesal.
"Kau benar, gak jelas banget, padahal Dania minta putus karena dia yang selingkuh!" Ucap Rose yang tiba-tiba saja muncul.
Kaivan tidak menanggapi Rose, dia kini tahu apa masalahnya. Dania minta putus karena Seon selingkuh tapi Seon mengira Kaivan yang mempengaruhi Dania.
Bodoh sekali, untuk apa juga Kaivan melakukan itu, tidak ada manfaatnya sama sekali.
"Kaivan!"
Dania berlari dengan tergesa setelah Kaivan keluar dari toilet khusus pria.
"Ada apa?" Tanya Kaivan.
"Ada apa gimana, harusnya aku yang nanya, Seon ngapain kamu?" Dania terlihat khawatir dan merasa bersalah.
"Tidak terjadi apapun, dia hanya mengira aku yang memintamu putus dengannya, maaf tapi aku tidak ingin terlibat, ini kan masalah kalian."
"Aku tahu, padahal bukan itu alasannya, yah, meski kamu salah satu alasannya - maksudku, maaf ya!"
Kaivan menggeleng, "bukan salahmu, ayo kembali ke kelas, aku sekarang bisa melawan atau menghindar, tidak perlu khawatir."
"Tapi kan...."
"Aku kuat Dania, lihat ini!"
Kaivan menunjukkan otot lengannya, yang membuat Dania serta siswa siswa lain di sekitar mereka hanya diam melongo.
Kaivan memiliki otot lengan yang bagus.
"Baiklah, kamu kuat, aku percaya."
Sekolah berjalan dengan baik, seperti biasa, pulangnya sore. Vicky kembali menemui Kaivan sepulang sekolah, namun dia malah terlihat tidak akur dengan Dania.
"Untuk apa kamu mau ikut ke rumahku!" Ucap Dania kesal.
"Aku ada bisnis dengan Kaivan!" Sahut Vicky tidak mau kalah.
"Kau hanya mau mendekatinya kan?"
"Kalau iya apa masalahmu?"
Pada akhirnya Kaivan harus menengahi mereka, dia tidak percaya kedua gadis itu susah akurnya.
"Dania, Vicky benar, kita ada bisnis... Mungkin kita bicarakan di cafe saja, Vicky, tidak enak di rumah orang" ucap Kaivan.
Padahal Vicky ingin melihat bagaimana Kaivan di rumah itu, tapi karena Dania tidak menyukainya, ya apa boleh buat, di kafe tidak buruk juga.
"Baiklah, aku tahu kafe yang bagus, ayo!" Vicky menarik lengan Kaivan menjauh.
"Dania, aku pergi dulu, aku janji tidak akan pulang malam!" Ucap Kaivan.
Dania hanya diam menatap mereka berdua, dia kesal sekali, tidak mau membiarkan Kaivan pergi. Lagipula sejak kapan Kaivan kenal Vicky?
Dania tidak punya hak untuk memutuskan tentang itu, jika Kaivan mau ikut Vicky, mungkin mereka memang ada bisnis.
Ini karena Dania dan Vicky kurang akur.
Semoga saja itu hanya bisnis, Dania tidak mau Vicky merebut Kaivan darinya.
"Haruskah aku mengawasi mereka?" Gumamnya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Sak. Lim
selingkuh ktuhaun kna putus nyalain mc nya dasar idiot
2023-09-15
4
Benny
lanjutt
2023-09-11
1
Nurul
bab ini banyak kena sensor🤣🤣 ada apakah gerangan?
2023-09-08
1