Bermain Game Santai Dan Menjadi Kaya
"Ayah, dia masih seperti itu, apa dia akan baik-baik saja?" Seorang gadis cantik bertanya pada ayahnya. Mereka sedang menatap seorang pemuda malang yang duduk termenung sambil melihat keluar jendela.
Pemuda itu bernama Kaivan, dan hanya informasi tersebut yang mereka ketahui tentangnya. Dia adalah pemuda yang menjadi salah satu korban selamat dari sindikat penculikan dan penjualan organ ilegal.
Seorang polisi menitipkan pemuda itu di rumah mereka untuk dirawat, kebetulan si polisi adalah adik ipar ayahnya si gadis. Pria pemilik rumah adalah pria paruh baya yang masih gagah berasal dari Australia yang menikahi wanita dari Korea Selatan dan memiliki dua putri. Gadis remaja cantik yang bersama pria itu saat ini adalah putri bungsunya.
Rumah itu dipilih murni karena si polisi hanya mempunyai mereka sebagai kerabat, tidak ada polisi lain yang mau merawat si bocah, sedangkan si bocah harus diawasi. Polisi membutuhkan keterangan lebih lanjut dari bocah laki-laki itu, tapi si bocah sangat trauma dengan apa yang dia alami, jadi ada semacam gangguan. Sementara luka-luka yang pemuda itu dapatkan sedang dirawat, sebagian telah sembuh. Namun, luka batin sulit sembuhnya.
Mereka ingin tahu, bagaimana cerita si pemuda malang tersebut.
"Aku akan membawakannya biskuit!" Ucap si gadis dengan ceria.
Setelah mengambil setoples kecil biskuit dengan choco chips, gadis itu kembali ke depan kamar si pemuda. Dia mengetuk pelan pintu kamar lalu masuk dengan langkah pelan.
"Halo, ini aku, Dania, aku membawakan mu kue, kau suka?" Ucap Dania, gadis ceria itu pada Kaivan, yang hanya dibalas dengan tatapan kosong, membuat Dania sangat iba.
Kaivan hanya menatap gadis itu dan toplesnya bergantian. Setiap hari Dania selalu datang membawakan dia makanan atau minuman, gadis cantik yang ceria itu tidak menyerah meski Kaivan berlaku kasar.
Kaivan hanya terguncang, kadang dia tidak sadar membanting makanan yang Dania bawakan, namun senyuman gadis itu tidak pernah pudar.
Saat ini, Dania tersenyum lagi.
Bagi Kaivan yang mendapatkan kekerasan baik fisik maupun batin selama hidupnya merasa aneh dengan perlakuan baik Dania. Padahal dalam hatinya Kaivan ingin tersenyum dan mengucapkan terimakasih, namun sangat sulit untuk dia lakukan.
"Maaf jika mengganggu, aku akan pergi sekarang," Dania pun beranjak dari sana, namun saat Kaivan mengucapkan sesuatu, dia pun terdiam.
"Ma... Maaf." Hanya itu yang Kaivan ucapkan.
Dania berbalik lalu tersenyum cerah, "iya! Tidak masalah! Makan kuenya, mungkin kamu akan merasa lebih baik!"
Gadis itu selalu ceria seperti biasa. Kenapa ada orang sebaik dia sih? Tidak masuk akal, semua orang di rumah itu baik, bahkan kakaknya Dania yang terlihat judes pun sebenarnya baik. Namanya Dasha, gadis cantik yang penampilannya selalu modis terlihat judes dan cuek, tapi dia tidak pernah bicara buruk tentang Kaivan sama sekali.
Kaivan tidak ingin menjadi beban mereka, dia ingin sembuh dari traumanya dan mengungkapkan semua pada pak polisi, pamannya Dania, tapi itu sangat sulit. Seolah ada batu besar yang menghalangi.
Masalahnya adalah, bagaimana Kaivan bisa berakhir bersama sindikat penculikan dan penjualan organ ilegal itu, alasannya sangat menyakitkan.
Kaivan memiliki kehidupan buruk sejak lahir, ibunya adalah wanita yang suka gonta-ganti pasangan. Sudah menikah sekitar delapan kali dan berpacaran lima belas kali. Bahkan ibunya tidak tahu siapa ayah Kaivan sebenarnya.
Kaivan mendapat kekerasan dari suami baru ibunya, pacar ibunya, dan dari ibunya sendiri. Adik-adik Kaivan ada sekitar sepuluh, Kaivan juga punya kakak tapi meninggal semua. Kaivan curiga kakaknya meninggal karena dijual seperti dia.
Iya, ibunya yang menurut dia adalah orangtua yang harusnya menjadi pelindungnya malah menjualnya.
Sudah setahun yang lalu ibunya menjualnya, itu artinya Kaivan sudah delapan bulan bersama sindikat, mendapat kekerasan lagi disana.
Mentalnya sangat kacau tapi dia masih berusaha untuk tetap waras.
Sekarang, melihat ternyata ada orang baik di dunia ini, meski bukan siapa-siapa, membuatnya ingin merubah hidupnya.
"Aku... Ingin hidup bahagia" gumam Kaivan dengan suara lirih.
Air mata yang selama ini sudah kering kembali mengalir membasahi kulit pipinya yang masih terdapat luka goresan yang hampir sembuh.
Tanpa dia ketahui, di luar jendela, langit malam memperlihatkan bintang jatuh yang indah. Bersamaan dengan itu, Kaivan pun terlelap sambil memeluk toples kue.
Keesokan harinya, saat pelayan rumah datang untuk bersih-bersih seperti biasa, Kaivan terbangun. Pelayan hampir berteriak karena terkejut, tapi dia segera keluar. Pelayan rumah ini takut dengan Kaivan yang penampilannya sangat buruk, kulitnya pucat dan penuh luka, matanya kosong, raut wajahnya suram.
Sudah seperti hantu begitu kata pelayan.
Kaivan tidak mempedulikan pelayan itu, dia hanya mencari toples kuenya lalu membuka dan memakan satu kue.
Manis.
Biasanya semua makanan pahit, tapi kali ini manis, apa ini keajaiban?
Kaivan merasa tidak seperti biasanya, dia merasa rileks.
"Apa ini?" Suara seraknya terdengar saat melihat sebuah benda aneh dibalik selimutnya.
Kaivan tahu itu apa, itu adalah semacam tablet, atau iPad, apalah itu namanya. Benda mahal yang tidak akan pernah dia bisa dapatkan.
Tapi kenapa ada disana bersamanya? Apa Dania sempat datang sebelum berangkat sekolah untuk meminjaminya itu?
Kaivan dan keluarganya memang miskin, tapi dia tahu apa itu ponsel pintar, dia juga tahu kegunaannya, meski tidak pernah memilikinya. Ibunya dan suami-suami ibunya selalu memilikinya, mereka terlihat sangat sibuk dengan benda itu, sampai adik-adik sebanyak itu diasuh oleh Kaivan seorang.
Sekarang, Kaivan ingin tahu bagaimana kabar adik-adiknya saat ini. Kadang, ada saat adiknya menghilang satu, Kaivan panik dan bertanya pada ibunya. Namun, tamparan keras saja yang dia dapat, serta ucapan "bukan urusanmu, urusi saja adikmu yang lain!"
Saat itu Kaivan tidak mau ambil pusing, dia hanya berpikiran positif. Sampai adik sebanyak itu kini tinggal lima. Tapi tidak tahu lagi sekarang, sudah satu tahun.
Apa mereka dijual semua?
Entahlah, Kaivan juga ingin tahu.
Biip!
Tablet itu menyala, mengejutkan Kaivan, lalu ada tulisan muncul di layar gelap. Meski miskin, Kaivan paling tidak anak yang cerdas, dia dengan cepat menguasai baca dan tulis bahkan saat usianya masih lima tahun. Berkat kecerdasannya, dia pun sekolah, dengan beasiswa.
Tapi itu tidak penting, karena segera setelah lulus SMP, dia dijual pada sindikat penculikan yang kejam.
Padahal, selama ini sekolah adalah pelariannya untuk menghilangkan stress. Meski dia mendapat pembullian juga di sekolah. Tapi lebih baik dari rumah.
(Letakkan tangan kanan di layar)
Begitulah perintahnya, Kaivan pun menurut dan meletakkan telapak tangannya di layar hitam itu.
Dia terkejut lagi saat cahaya putih muncul, kemudian layar menyala sepenuhnya. Memperlihatkan wallpaper bergambar uang dollar Amerika dihamburkan.
(Tablet ini menjadi milikmu!)
(Selamat, saudara Kaivan!)
(Sekarang anda bisa memainkan semua permainan dan mendapatkan banyak poin!)
(Selamat bersenang-senang!)
Di dalam layar, ada beberapa ikon game mudah dan santai.
Ada idle restauran, idle hotel, idle supermarket, flower matches, dan lain-lain.
Kaivan yang belum pernah main game pun mencoba salah satunya.
Sepertinya game baik untuk membantu dia menyembuhkan sakit mental dan traumanya, jadi dia ingin mencoba.
Dia memilih permainan mencocokkan berbagai barang dengan pasangan tiga barang, game yang mudah pada awalnya.
Kaivan selalu mendapat 1000 poin saat naik level. Tidak terasa waktu berlalu, saatnya makan siang. Pelayan datang lagi memberikan makanan, dia berdecak kesal melihat sarapan yang tidak dimakan, tapi tidak mau protes karena dia takut pada Kaivan.
"Siapa yang memberinya iPad? Jadi asyik sendiri kan?" Gumam pelayan itu.
Oh iya, selama empat bulanan Kaivan di tempat itu, lebih tepatnya di Korea Selatan, atau kota Seoul, Kaivan sudah bisa paham ucapan mereka. Dia memang cerdas untuk memahami sesuatu.
Kaivan juga mengerti pelayan menggerutu, tapi dia sudah asyik dengan game yang menyenangkan itu.
Sudah level seratus sekarang dia sudah mengumpulkan 150.000 poin, karena di level 50 keatas hadiahnya dua kali lipat.
Kaivan melirik makanan baru yang pelayan berikan, dia pun berhenti main game dan makan terlebih dahulu.
Dia sudah merasakan kewarasan mulai datang, mungkin berkat game.
Dia masih belum sadar jika benda pipih itu adalah benda ajaib.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Dian
kayak nya seru,
2024-07-04
0
Eida Nuban
kek nya seru🥰🥰🥰
2024-06-29
0
Scurity MT
👍242 👣👣👣👣👣
2024-05-16
0