Biarkan Aku Melayanimu, Pangeran!

Biarkan Aku Melayanimu, Pangeran!

Pangeran | Bab 1

“Berhenti menangis dan jadilah gadis yang patuh!”

Sebuah taamparan mendarat di pipi Alice. Gadis itu dipaksa bertunangan dengan duda oleh kakak tirinya yang jahat.

Alice memegangi pipi kirinya yang terasa panas akibat tampaaran Robert kakak tirinya. Dia menatap laki-laki itu dengan wajah sedih dan memohon. “Aku nggak mau nikah!” Dia menggelengkan kepala dengan pelan, berharap mendapat belas kasih dari kakak tirinya itu.

Air mata Alice berjatuhan, tetapi itu sama sekali tidak menarik empati Robert yang sudah terlanjur menerima uang dari calon suami adik tirinya. Dengan tegas dan suara keras dia berkata, “Aku bilang berhenti menangis dan jangan banyak protes!”

Sekali lagi sebuah taamparan mendarat di pipi Alice. Satu tangan Robert lalu mencengkeram kuat kedua pipi Alice dan mulai mengancam, “Kalau kamu masih sayang dengan nyawamu, turuti saja perintahku! Menjadi istri Tuan Charles akan menjamin hidupmu dan kamu bisa tidur di kasur empuk, makan yang enak. Apa lagi yang kamu cari? Apa kamu mau aku menghabisimu?”

Suara Robert kali ini terasa memekakkan telinga Alice. Kemarahan laki-laki itu sangat terlihat dari tatapan matanya yang mengintimidasi dan suaranya yang menggelegar. Cengkeraman tangan Robert di pipi Alice juga semakin terasa menyakitkan, seakan-akan ingin menceekik tulang rahang adik tirinya.

Alice memejamkan mata. Pilihan yang diberikan oleh Robert padanya bukanlah pilihan yang menguntungkan. Antara menikah dan mati, dua-duanya tidak ada yang menyelamatkan Alice. Namun, jika menikahi Charles, kemungkinan dia bisa melarikan diri dari kota ini mungkin masih ada. Jadi, dia memutuskan untuk setuju saja sambil mencari celah untuk kabur dari kehidupan mengerikan ini.

“Terserah kalau itu maumu! Aku harap bisa lepas dari saudara tiri yang keji sepertimu!”

Cengkeraman tangan Robert di pipi Alice mulai mengendur. Tatapan mengerikan laki-laki itu juga sudah berganti dengan seringai licik.

Robert merapikan pakaiannya dan tersenyum ke arah seorang wanita yang ditugaskan untuk merias Alice di hari pertunangan ini. “Pastikan dia jadi gadis cantik yang tidak ada tandingannya. Aku ingin dia menjadi gadis yang paling cantik di kota ini!”

Robert tentu sangat bahagia karena pernikahan Alice akan mendatangkan banyak uang untuknya. Baru rencana pertunangan saja dia sudah dibelikan mobil baru dan uang yang cukup banyak, tidak terbayang kalau Alice jadi menikah dengan Charles, dia pasti akan dibelikan rumah mewah dan perusahaan seperti yang dijanjikan Charles.

Setelah Robert meninggalkan ruangan, Alice mulai menangis tersedu dan menumpahkan segala kesedihannya. Sementara wanita yang diperintahkan Robert untuk merias Alice, jadi kebingungan sekaligus takut kalau sampai Robert kembali dan adiknya belum siap.

“Nona, jangan menangis! Itu akan membuat pekerjaan saya jadi sulit!”

Alice menatap wanita paruh baya yang ditugaskan untuk merias wajahnya. Dari raut mukanya, terlihat sekali wajah putus asa dari wanita perias itu. Mungkin, kalau Alice membuat masalah kali ini, bukan hanya dirinya saja yang akan terkena imbas, tetapi juga wanita yang meriasnya.

Gadis cantik itu menghela napas berat. Sapuan tisu mulai menghapus air mata yang sejak tadi membasahi wajahnya. Mau tidak mau, Alice harus menemui calon suaminya karena tidak ada pilihan lain untuknya.

Beberapa waktu berikutnya, Alice selesai dirias. Robert menghampiri dengan senyum mengembang sempurna.

“Nah, begini kan cantik! Tuan Charles pasti akan tergila-gila denganmu!” puji Robert dengan seringai licik.

Alice menelan ludah dengan kasar dan memasrahkan diri pada takdir. Kali ini, dia harus mengalah dan menerima pertunangannya.

Alice dibawa keluar dari kamar dan menemui Tuan Charles yang sudah menunggu. Tidak ada senyum yang terbit di wajahnya, terlihat datar dan tak bersemangat.

Charles menyambut calon istrinya dengan bangga. Laki-laki yang terkenal arogan itu bangun dan bersalaman dengan Alice untuk pertama kalinya.

Di belakang wanita itu, Robert menendang kaki Alice dengan pelan agar wanita itu bersikap baik pada Charles.

“Selamat malam, Tuan. Saya Alice!” ucap wanita itu dengan gugup.

“Selamat malam, Sayang! Kamu cantik sekali, Alice!” balas Charles sembari menjawil dagu Alice.

Gadis itu membuang muka dan jamuan makan malam pun dimulai. Charles benar-benar tidak sabar untuk menikahi Alice. Dengan percaya diri, laki-laki itu meminta pernikahan diadakan dua minggu lagi.

Alice ingin menolak, tetapi Robert langsung menyela dengan kalimat yang menandakan persetujuan. Tidak ada lagi yang bisa Alice lakukan selain pasrah menerima pertunangannya. Malam ini, Alice dan Charles resmi bertunangan dan tidak lama lagi, mereka akan menjadi pasangan suami istri.

“Persiapkan dirimu, Cantik! Dua minggu lagi aku akan memilikimu!” ucap Charles sembari mencium tangan kanan Alice.

Sebenarnya, Charles memiliki wajah yang tampan dan tidak memiliki kekurangan fisik. Akan tetapi, satu hal yang membuat Alice menolak bertunangan dengannya adalah sifat temperamental Charles.

Pernah suatu waktu saat Alice baru dikenalkan dengan Charles, laki-laki itu menghajar anak buahnya yang tidak sengaja menumpahkan minuman di kaki Alice. Kemarahan Charles yang meledak-ledak dan membabi buta saat itu persis seperti Robert, membuat Alice ketakutan dan terus berusaha membatalkan perjodohan. Sayangnya, Robert tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

**

**

Hari pernikahan Alice dan Charles akhirnya tiba. Selama dua minggu ini, Alice terus memikirkan cara untuk melarikan diri, tetapi selalu gagal dan kesempatan itu sama sekali tidak ada karena Robert menjaganya dengan sangat ketat.

Di ruangan yang akan dijadikan kamar pengantin, Alice kembali dirias. Kali ini, ada dua orang yang ditugaskan untuk meriasnya, tetapi Robert sibuk dengan pesta pernikahan.

Alice merasa penjagaan mulai kendur, apalagi ibu tirinya sedang ada di kamar mandi kamar itu. Ini kesempatan Alice untuk melarikan diri.

Saat akan dipakaikan gaun pernikahan, wanita itu menahan gerakan sang perias, lalu berkata, “Saya akan pakai sendiri. Bisakah kalian semua keluar? Kamar mandi sedang dipakai Ibu!”

Alasan Alice tampaknya sangat masuk akal sampai-sampai para perias itu percaya dan menunggu di luar. Di saat yang bersamaan, seorang pelayan masuk membawa makanan dan Alice menahannya. “Kamu bisa bikinkan minuman khusus?” tanya Alice pada pelayan.

Para perias yang sudah berada di ambang pintu berhenti berjalan dan menatap Alice dengan curiga.

Alice tersenyum pada mereka untuk menghilangkan prasangka. “Ini minuman dari leluhur saya, katanya biar suami bisa tahan lama dan saya bisa mengimbanginya. Tapi, ini rahasia. Jadi biarkan saya dan pelayan ini saja yang tahu!”

Kedua wanita itu tampak canggung dan akhirnya menutup pintu. Sekarang, kesempatan Alice untuk melarikan diri dengan memanfaatkan pelayan itu sebelum ibu mertuanya keluar dari kamar mandi.

Alice membisikkan suatu resep di telinga pelayan itu. Lalu, tangannya bergerak mengambil vas bunga yang cukup berat di atas meja dan langsung menghantamkannya ke kepala belakang pelayan itu sampai pingsan.

Untung saja vas itu tidak pecah dan Alice bisa langsung mengeksekusi pelayan itu untuk diambil seragamnya.

Berkat kecekatannya, Alice berhasil mengambil seragam pelayan itu dengan cepat dan keluar dengan selamat berkat topi pelayan yang menutup wajahnya.

“Apa Nona Alice sudah selesai?” tanya salah seorang perias.

Alice menggeleng cepat, lalu mengubah suaranya menjadi lebih berat sambil sesekali batuk-batuk. “Nona Alice masih bicara dengan ibunya!”

Setelah mengatakan hal itu, Alice segera pergi dengan nampannya. Lalu, berjalan santai menuju pintu keluar dan menekan rasa gugupnya.

Dia tidak bisa kabur terlalu jauh karena ternyata Robert mengawasi gerakannya dengan tatapan curiga. Sampai akhirnya, Alice menuju gedung sebelah dan menyelinap ke parkiran depan.

“Untuk apa pelayan keluar gedung? Apa jangan-jangan itu Alice?” gumam Robert.

Wanita itu mulai bingung harus lari ke mana. Hanya ada deretan mobil yang terparkir tanpa ada satu orang pun yang bisa dimintai pertolongan. Sementara Robert mulai mengikuti langkahnya.

Dengan napas yang tersengal-sengal, Alice menatap deretan mobil yang terparkir dan tiba-tiba mendapatkan sebuah ide.

“Haruskah aku masuk ke salah satu mobil itu?” gumam Alice semakin cemas. “ Tapi, apakah ada mobil yang tidak terkunci di sini?”

Alice menoleh ke belakang dan melihat Robert yang mengawasi dari kejauhan. Tidak ada pilihan lain dan dia tidak punya banyak waktu sekarang.

***

Assalamualaikum, Bismillah karya baru. Semoga suka ya gaess. Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran di kolom komen untuk kemajuan ceritanya 😍😍

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

ijin Marathon mbak Author
👍❤🙏

2024-03-24

0

💐Lusi81

💐Lusi81

mampirrrr

2024-01-16

0

Ney maniez

Ney maniez

mampir dan nyimak

2024-01-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!