Semenjak kejadian sarapan risotto itu, hubungan Pangeran dan Alice menjadi hangat. Mereka mulai saling menunjukkan ketertarikan masing-masing. Walaupun itu tidak diungkapkan lewat kata-kata.
Pagi ini, Sang Pangeran mendadak dapat tugas dari Raja untuk melakukan inspeksi wilayah. Mau tidak mau, Pangeran Erland pun harus menurutinya.
Saat Alice selesai membereskan sarapan, Pangeran segera meminta pelayan itu untuk mengemas keperluan dinasnya. “Alice, tolong siapkan keperluan dinasku untuk lima hari!”
Sepasang kelopak mata Alice terbuka lebar saat mendengar perintah Sang Pangeran. Dia sedikit kaget dan ingin tahu ke mana Pangeran akan pergi.
Namun, saat mulutnya terbuka hendak mengeluarkan kalimat tanya, Alice tersadar akan posisinya yang tidak memiliki hak apa pun untuk itu. Yang dia lakukan akhirnya hanya menurut dan mengangguk.
“Baik, Yang Mulia!”
Meski mulut dan bibirnya tersenyum, segera mematuhi perintah untuk menyiapkan keperluan Sang Pangeran. Namun, ekspresi penasaran dan khawatir yang ditunjukkan Alice tidak bisa berbohong.
Rupanya, ekspresi wajah Alice yang dipenuhi tanda tanya itu, bisa dengan mudah terbaca oleh Pangeran Erland. Hal itu membuat hati Sang Pangeran kembali berdesir.
Putra Mahkota Kerajaan Warlingtoon itu mendekati Alice yang tengah sibuk menyiapkan pakaian dan berdiri di dekatnya. “Alice, aku akan pergi sebentar ke kota Wolford untuk inspeksi wilayah. Raja memintaku untuk memeriksa pemerintahan kota di sana yang banyak mendapat keluhan dari rakyat,” jelas Pangeran coba menghilangkan keresahan di wajah Alice.
Tindakan Pangeran Erland tentu bukan sesuatu yang biasa dia lakukan. Padahal, dia tidak perlu memberi tahu hal itu pada Alice karena Alice hanyalah seorang pelayan.
Alice menatap Pangeran dengan wajah bingung. Walaupun apa yang dikatakan Pangeran adalah jawaban dari pertanyaan yang muncul di kepalanya, tetapi tetap saja Pangeran tidak seharusnya melakukan itu.
Tatapan Alice nyatanya membuat Pangeran Erland sedikit malu dan baru sadar dengan kata-katanya. Dia merasa seperti sedang meminta izin dengan pacarnya untuk pergi karena perintah Raja.
Melihat wajah malu Sang Pangeran, Alice segera menyahut untuk mencairkan rasa canggung di antara mereka. “Baik, Yang Mulia Pangeran. Saya doakan semoga Pangeran selamat sampai di tujuan dan inspeksinya berjalan lancar.”
Pangeran Erland tersenyum dan mengaminkan doa tulus yang diucapkan Alice.
“Tolong jaga kesehatan dan jangan sampai sakit. Walaupun Yang Mulia Pangeran tidak bisa merasakan masakan orang lain, saya berharap Pangeran tetap makan,” lanjut Alice dengan mata berkaca-kaca.
Gadis itu tentu merasa sedih dan khawatir dengan pangerannya yang akan pergi dalam waktu cukup lama. Namun, ini adalah perintah dari Raja, pelayan seperti Alice tidak akan bisa berbuat apa-apa untuk mencegah Pangeran pergi, ataupun menawarkan diri untuk ikut.
Pangeran Erland merasa tersentuh dengan perhatian yang Alice berikan lewat kata-kata itu. Dia pun tersenyum dan menyentuh lengan Alice seraya mengucapkan terima kasih.
**
**
Alice tengah berjalan dengan tergesa-gesa. Di tangannya sudah ada tas bekal berisi makanan hangat dan juga snack yang baru dimasaknya.
Wanita cantik itu menghampiri sopir Pangeran Erland dan meminta izin untuk menaruh kotak makanan itu di mobil. Sejurus kemudian, dia buru-buru pergi karena takut ketahuan anggota kerajaan yang lain.
Saat Pangeran Erland masuk ke mobil, dia terkejut melihat tas bekal di mobilnya. Tas kecil berwarna merah jambu itu terdapat gulungan kertas dengan pita merah yang mengikat pada talinya.
“Ini apa?” tanya Pangeran pada sopir. Sebagai seorang anggota kerajaan, tentu saja dia tidak bisa sembarangan membuka sesuatu yang mungkin saja akan membahayakan keselamatannya.
“Itu dari Alice, Yang Mulia,” jawab sang sopir saat hendak menutupkan pintu mobil.
“Hemm!”
Sembari mengerutkan kening dan menahan senyum, pemuda tampan itu membuka gulungan kertas dan membaca surat dari Alice.
Untuk Yang Mulia Pangeran Erland.
Selamat bertugas, Yang Mulia. Saya bawakan bekal supaya bisa menemani perjalanan Yang Mulia nanti.
Dari Alice.
Wajah Pangeran Erland kembali tersipu dan dia pun menjadi gugup usai membaca surat dari Alice. Sambil terus tersenyum, Sang Pangeran mulai menyimpan surat dari Alice itu dengan baik-baik layaknya sebuah harta karun yang sangat berharga.
**
**
Pangeran melakukan tugasnya dengan sangat baik. Namun, tidak jarang sosok pelayan cantik itu menghantui pikirannya hingga membuat laki-laki itu senyum-senyum sendiri.
Seperti saat ini misalnya. Pangeran sedang berjalan-jalan di pusat kota untuk melihat-lihat keadaan. Dia melewati toko perhiasan dan melihat sebuah kalung yang menarik perhatian Sang Pangeran. Ia jadi membayangkan kalung dengan liontin berlian berwarna merah muda itu melingkar cantik di leher Alice.
Tanpa berpikir lama, Pangeran Erland pun membeli kalung yang harganya setara dengan sebuah mobil. Dia akan menghadiahkan kalung itu untuk Alice saat kembali ke istana nanti.
Selama terpisah jarak, baik Pangeran maupun Alice merasakan perputaran waktu yang terasa lama, terutama Alice yang jadi kesepian tanpa pangerannya. Mereka mulai diterpa angin rindu yang membuat hari-hari terasa pilu.
Namun, sekarang mereka tidak perlu merasakan rindu menggebu lagi. Pangeran telah kembali ke istana dan si pelayan langsung menyambutnya dengan suguhan teh dan kue ringan.
Hari sudah malam saat Pangeran dan pelayan pribadinya itu bertemu. Jadi, Alice tidak memasakkan makanan khusus.
Diperhatikan dengan tulus oleh Alice, hati Pangeran pun merasa tersentuh. Walau sebenarnya itu semua memang tugas Alice.
Laki-laki itu menikmati hidangan sang pelayan dengan wajah tersenyum. Sesekali matanya melirik Alice yang menunggu dengan sabar.
Begitu selesai, Alice dengan sigap membersihkan piring dan gelas bekas makan Pangeran Erland. Tanpa wanita itu tahu, tiba-tiba saja Sang Pangeran memakaikan sebuah kalung di leher Alice dan membuatnya tersentak kaget.
Alice yang terkejut, seketika langsung menoleh ke belakang dan bertatapan dengan Sang Pangeran.
“Ya-Yang Mulia, i-ini apa?” tanya Alice dengan suara bergetar. Jantungnya seakan mau melompat saat Pangeran malah mendekatkan wajahnya dan membuat hidung mereka saling bersentuhan.
“Ini hadiah untukmu,” jawab Pangeran Erland dengan pipi bersemu. Tebakannya ternyata benar, kalung itu terlihat semakin indah saat menggantung di leher Alice.
“Yang Mulia, bukankah ini berlebihan? Saya hanya seorang pelayan dan rasanya tidak pantas mendapat hadiah semahal ini dari Pangeran!” tolak Alice dengan wajah gugup.
Menolak perintah anggota kerajaan adalah sebuah pelanggaran. Namun, hadiah yang Pangeran berikan juga tidak layak dia dapatkan.
Pangeran Erland sama sekali tidak peduli dengan penolakan Alice. Dia berputar mengelilingi pelayan pribadinya itu dan mengamati penampilan Alice dengan kalung barunya.
“Apa kamu suka?” tanya Pangeran.
Alice pun terdiam, lalu secara perlahan mulai menganggukkan kepalanya.
Di saat Alice mengangguk itulah, Pangeran Erland melihat Alice tersipu menatap kalung di lehernya. Lalu, sebuah kalimat terlintas di pikiran Pangeran Erland. “Dia milikku, dan kalung itu adalah tandanya!”
***
Jangan lupa like komen ya gaess, please banget jangan nabung bab 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Nay|•`
salbrut gilaa❤🔥❤🔥
2024-02-11
1
Ney🐌🍒⃞⃟🦅
😲😍😍
2024-01-08
0
Pia Palinrungi
aduhhh alice kuay2in aja jantungnya krn kelakuan manis pangeran😂😂😂😂😂
2023-12-15
1