Efek dari Jump scare?!

Pernah ada yang bilang gak sih? Kalau punya Abang itu gak enak sama sekali. Iya! Punya Abang itu gak seindah bayangan di novel-novel, apalagi punya Abang modelan Bang Bian yang nyebelinnya minta ampun. Selain nyebelin, dia juga sering banget bikin Nadin naik pitam.

Seperti yang terjadi hari ini. Nadin mencoba membujuknya buat gak bilang ke Mamanya, kalau Andra bukan pacar sungguhannya. Alih-alih setuju, dia malah bilang, "emang apa manfaatnya buat gue kalau merahasiakan sandiwara kalian?"

Dan Nadin balas menjawab, "emang faedahnya kasih tau Mama kalau aku sama Andra, pura-pura pacaran."

Dan Bang Bian malah membalasnya, dengan membuat Nadin skakmat. "Dapet pahala dong, karena udah bikin Mama sadar kalau anak bungsunya udah bohongin orang tua."

Nyebelin kan?!

Nadin gak tau lagi harus merayu Abangnya dengan cara apa. Ia akhirnya menghela nafas pelan. Nadin memilih menyerah saja, daripada terus memaksakan kehendaknya. Toh, Nadin yakin seratus persen Abian gak akan ember pada Mamanya.

Ya, mungkin saja akan bilang pada Kak Belly. Tapi bodo amatlah, Nadin sudah capek mengatasinya.

"Loh, Kak Andra? Kenapa disini?" tanyanya saat melihat Andra mondar-mandir di bawah anak tangga, dengan dahi yang berkerut dan kedua tangan yang bersidekap.

"Gimana?"

"Apanya?"

"Bilang sama Bang Bian?"

"Oh itu... Biarin aja deh, capek gue. Nyebelin soalnya."

Andra cuma manggut-manggut. "Ayo, dibawah udah banyak orang," ajaknya seraya menggandeng tangan Nadin tanpa persetujuan.

Otomatis jantungnya berdebar tak karuan. Nadin mau melepaskan genggaman tangannya, tapi Andra menahannya.

"Di depan ada cowok yang mau dijodohin sama lo, tadi gue gak sengaja denger," bisiknya.

"Beneran?"

"Iya. Sama orangtuanya sih tadi, makanya gue susul lo kesini."

"Jadi kita akting pura-pura mesra gitu?" tanya Nadin dengan wajah cengo.

Andra mengangguk. "Kalau emang mau nyokap lo berhenti jodohin lo sama doi."

"Oke deh," ucapnya setuju. Lalu, Nadin bergelayut manja di lengannya Andra. Sambil sesekali tertawa. Padahal gak ada yang lucu.

Lama-lama Nadin merasa jadi orang bego. Ia jadi sangsi sendiri, apakah ia dan Andra sudah menunjukkan sebagai pasang kekasih? Atau justru malah kelihatan dua orang bloon, yang lagi akting mesra-mesraan. Padahal aslinya, kelihatan banget gak natural.

Duh, Nadin jadi mau les akting dulu. Biar ia bisa dengan luwes sandiwara didepan orang-orang. Tanpa dicurigai kalau ia sedang melakukan sandiwara kecil, yaitu; pura-pura pacaran dengan Andra.

***

Ini sebenarnya hari ini lagi ada apa sih? Kok ia tiba-tiba melihat Cakra—bos sialannya, yang telah memecatnya itu tanpa belas kasih. Di ruang tengah, sambil asyik bercengkerama dengan Kak Belly. Nadin gak habis pikir, kenapa cowok itu ada disini?! Apakah dia pacar barunya Kak Belly? Masa sih? Masa iya kakak perempuannya itu gonta ganti pacar?

"Aduh... Aduh... Ini anak bungsu Mbak? Cantik ya, kayak Mamanya," ucapnya dengan aksen Jawa yang kental.

Seorang perempuan paruh baya menghampiri Nadin dengan wajah yang berseri-seri. Dan memaksanya untuk melakukan cipika-cipiki. Mau tak mau, Nadin harus melepaskan tangannya di lengan Andra.

Mamanya yang tak jauh berada di tempat Nadin berdiri, memelototinya memberi Nadin peringatan agar tersenyum.

"Halo Tante, aku Nadin," sapanya dengan senyum yang dipaksakan, ia mencium punggung tangan perempuan paruh baya itu dengan sopan. "Aduh-aduh, sopan banget Mbak anakmu ini. Jadi makin sayang aku," katanya masih dengan senyum yang merekah.

Nadin tersenyum malu-malu. Ia paling gak bisa dipuji gini. Pipinya jadi bersemu merah merona.

"Loh ini siapa, nduk?" tanyanya saat tersadar akan kehadiran Andra.

Nadin dengan semangat empat lima. Menggandeng tangan Andra dan memamerkannya di depan wanita paruh baya.

"Pacar Nadin Tante, ganteng gak?"

"Walah udah punya pacar toh. Sayang banget ya, mbak. Anakmu ini gak bisa jadi mantu aku."

Nadin mencebik. Apa-apaan ini! Kenapa tiba-tiba jadi bahas mantu?

"Tapi kamu mendingan lihat anak Tante dulu deh, bentar ya Tante panggilkan dulu,"

Jangan bilang? Ya Tuhan! Nadin pengen teriak saat itu juga. Ini kayaknya semesta lagi ngerjain Nadin deh. Biar ada jump scarenya dikit. Tapi ya mboh... Gak gini juga kali!

Masa iya cowok yang mau dijodohkan dengan Nadin itu Cakra? Bos sialannya itu?!

Nadin bergidik ngeri. Gak mau Ya Allah! Dia nyebelinnya minta ampun, melebihi Andra.

"Ini loh, nduk. Cewek yang mau Mama kenalin ke kamu, kenalan dulu cepet," paksanya seraya mendorong Cakra agar lebih dekat ke arahnya.

"Apaan sih, Mah. Cakra–"

"Udah kenalan dulu sana," potongnya.

Cakra mengusap-usap tengkuknya, dia tersenyum canggung seraya mengulurkan tangannya dan bilang, "Cakra."

"Nadin," kenalnya membalas uluran tangannya, lalu buru-buru melepasnya. "Kenalin, ini Andra. Cowok gue," tambah Nadin mengenalkan Andra pada Cakra dan menekankan kata; cowok gue.

Mereka berdua saling berkenalan dan menjabat tangan satu sama lain. Lalu, Nadin berpamitan pada mereka berdua seraya menarik Andra agar menjauh dari Cakra. Memboyongnya menuju ruang tamu. Ia pokoknya gak boleh jauh-jauh dari Andra, begitu juga sebaliknya. Karena Nadin merasa, kalau Mamanya Cakra gak peduli kalau Nadin sudah punya pacar.

Saat melintasi dua kurcaci itu, mereka cekikikan sambil mengerlingkan mata. Lewat tatapan mereka seolah-olah bilang 'cie Nadin sekarang banyak yang naksir' dengan iseng, Nadin menendang kaki mereka sambil melewati.

Ia cekikikan sendiri. "Nyebelin. Sadar gak sih, Kak, kalau temen-temen gue ngeselin? Kayak lo dulu."

"Gue emangnya ngeselin ya?" tanya Andra setelah mereka duduk di sofa panjang paling ujung.

Nadin mengangguk dengan semangat. "Iya. Lo gak sadar apa? Tapi, mereka lebih nyebelin daripada lo tau," ucapnya disertai dengan dengusan diujung kalimat.

Andra terkekeh. "Padahal lo nyebelin gak sih, Nad?"

"Hah? Sumpah demi apa? Kok gue gak sadar sih?" tanyanya beruntun.

"Tapi, lo tetep gemesin sih. Apalagi pas lagi misuh-misuh."

Blush!

Pipi Nadin seketika memerah. Sambil menyentuh pipinya yang terasa panas, Nadin mengulum senyum. Ia benar-benar merasa malu sendiri. Aish! Andra kenapa bilang begitu sih? Kok Nadin jadi degdegan sendiri setiap kali tatapan mereka beradu.

Ini kenapa Nadin jadi kayak orang kasmaran gini sih?

Nadin menggeleng cepat. Ia gak mau kembali jatuh cinta pada Andra. Ini cuma sandiwara, please Nadin sadar!

"Bisa aja lo," selorohnya, "pasti lo sering godain cewek-cewek kayak gitu, iya kan? Ngaku gak?"

Andra kembali tersenyum, kali ini senyumnya lebar nyaris bersuara. "Jangan gemes-gemes gini dong, Nad. Berabe kalau gue jadi makin cinta sama Lo."

Loh, loh! Nadin kenapa jadi senyum-senyum gak jelas gini? Terus kenapa pipinya semakin merasakan panas dan demi apapun, perutnya kenapa berasa ada kupu-kupu gini?!

Apakah ini efek jump scarenya?!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!