Gangguan Mantan!

Nadin gak pernah menyesali apa pun yang udah pernah dia lakukan. Bahkan ketika berpacaran dengan Andra beberapa tahun lalu pun, Nadin tidak pernah menyesalinya. Tapi hari ini, Nadin menyesal. Amat sangat menyesal karena telah memberikan nomor HP-nya pada si Mantan nyebelinnya itu—alias Andra. Bagaimana Nadin gak menyesali coba, selama satu Minggu ini. Andra selalu saja mengganggunya. Entah dengan melakukan panggilan spam dan setiap kali Nadin angkat Andra selalu bilang, "gak ada apa-apa kok. Cuma mau nelpon aja."

Kan nyebelin ya!

Atau dengan pesan chat yang isinya cuma manggil Nadin doang.

Apaan coba?!

Keganggu? Jelas!

Nomornya kenapa gak diblokir aja? Udah pernah. Tapi dia malah terus mengirim SMS dan itu ganggu banget.

Kenapa gak ditegur? Itu masalahnya! Andra sengaja banget menghindar alias selama satu Minggu ini, dia gak pernah kelihatan batang hidungnya. Bahkan, waktu Nadin bertamu ke apartemennya pun, dia gak nyahut, pintunya gak dibuka-buka.

Kenapa gak lewat chat aja? Udah pernah, tapi Andra mengabaikannya.

Nadin yang anti banget ponselnya di mode silent, mau gak mau ia silent HP-nya karena si Andra yang nyebelin itu.

Nadin mendesah pelan, ia menaruh kepalanya di atas meja kantin dengan wajah masam.

"Kenapa lo?" tanya Yumi disela kunyahannya.

"Diteror gue," jawabnya asal.

Yumi tersedak seketika mendengar jawabannya. Mila yang baru saja datang, langsung peka memberi Yumi air minum.

"Diteror siapa?" tanya Yumi lagi, setelah benar-benar baikan.

"Mantan."

Kedua temannya itu dengan kompak mengerutkan dahinya bingung sekaligus penasaran.

"Nanti deh gue cerita, kalau ada Rosa biar sekalian," dalih Nadin.

"Tuh orangnya baru aja dateng," tunjuk Mila pada Rosa yang sedang melangkah ke arah tempat mereka duduk.

Nadin mendengus pelan sambil duduk tegak kembali. "Nanti deh di tempat lo atau gue, yang lebih privasi gitu."

Mila dan Yumi kompak bersuara, "sekarang Nadin."

"Nanti!" seru Nadin meninggi.

Rosa yang baru saja datang terkejut. "Kenapa nih, tiba-tiba teriak?"

Yumi mengangkat bahu. "Temen lo diteror mantan tuh."

"Hah? Mantan yang mana?"

"Emangnya mantan dia ada berapa sih? Ada satu, kan?" tanya Yumi setengah meledeknya.

Sialan!

"Oh mantan yang dia belum move on itu?" tanya Rosa seolah menegaskan yang langsung kedua temannya setujui.

What the hell!

"Enak aja! Gue udah move on ya," sanggahnya tak terima.

Rosa menatapnya penuh ejek. Seolah apa pun yang Nadin ucapkan itu gak akan mereka percaya. Yang Nadin lakukan saat ini hanya mendengus pelan.

"Yasudah cepetan cerita! Kalau gak mau cerita berarti lo belum move on sama doi," ancam Rosa, yang pada akhirnya membuat Nadin menyerah.

Ia mulai menceritakan semua kejadian tadi malam. Selepas mereka pulang. Tanpa ada yang dikurangi atau dilebih-lebihkan. Gak lupa, Nadin mengecilkan suaranya. Takut kalau ada orang yang menguping. Ketiga temannya gak ada yang protes, terlihat dari tubuh mereka yang lebih condong ke arahnya sambil menajamkan indera pendengarnya, agar suara Nadin terdengar.

"Fix, mantan lo masih suka sama lo," simpul Yumi setelah Nadin selesai cerita.

Nadin melotot. "Enak aja! Yakali!"

"Bukan lo, tapi mantan lo Nadin," ucap Yumi menegaskan dan Nadin hanya ber-oh-ria

"Sumpah, gak elite banget anjir. Masa iya minta nomor lo gara-gara abis ngusir kecoak," komentar Rosa.

"Ya emang kenapa sih? Gak boleh?!" tanyanya dengan marah.

"Lah kok marah. Gak suka mantan lo kami ejek?"

Nadin mencebik. "Gak!" elaknya.

"Coba lo telepon mantan lo Na–"

"Mau ngapain?!" potong Nadin cepat.

"Mau kita gangguin balik lah! Biar kita kasih paham atau gak minta nomor mantan lo deh."

Nadin menggeleng cepat. "Gak ah. Gue tau ide busuk lo."

Nadin gak kasih izin mereka untuk meminta nomornya Andra bukan karena ia gak mau berbagi. Hanya saja, mereka tuh sering banget ngechat orang-orang yang udah buat Nadin risih sampe gak mau ketemu Nadin lagi. Kalau Andra melakukan hal yang sama, gimana coba? Kan Nadin jadi gak bisa liat muka gantengnya lagi. Loh kok?!

Gak! Nadin bukan karena masih suka sama dia. Hanya saja terlalu sayang kalau dia ilfil sama temen-temennya. Nanti image Nadin dimatanya bisa jelek. Gak, gak boleh!

Rosa ketawa sebagai tanggapannya. "Takut mantan lo gak ngajak balikan ya?"

Tuh kan! Dari tadi mereka bahas-bahas soal balikan sama mantan.

"Gue masukin got tau rasa!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Lo kalau gak niat kerja gak usah kerja di sini!"

Damn!

Sang pemilik cafe—Cakra—tempat Nadin part time, tiba-tiba aja memarahinya karena kesalahan yang tak Nadin lakukan.

Sepuluh menit yang lalu, Nadin baru saja datang. Baru saja menginjakkan kaki dilantai cafe ini, seorang anak kecil tangannya terjepit pintu, karena orangtuanya ceroboh. Dan orang tua anak kecil itu, menyalahkan pegawai cafe karena udah lalai.

What the hell!!

Jelas-jelas yang harus disalahkan orangtuanya. Sudah tau anaknya nakal, malah dibiarkan berkeliaran di cafe dan dibiarkan anaknya main pintu cafe. Dan Cakra! Atasannya yang nyebelin ini, malah memarahinya gak jelas. Padahal kan, baik Nadin ataupun pegawai lainnya gak ada melakukan kesalahan apapun. Cakranya aja yang gak bisa membedakan mana yang salah atau gak. Takut banget kehilangan customer!

Inipun mentang-mentang Nadin belum memulai pekerjaan, dia bisa seenaknya marahin Nadin gitu?!

"Niat kerja kok, Pak."

Mau sedongkol apa pun Nadin sama Cakra, ia selalu ingat kalau selama dua bulan ini ATM-nya lagi di blokade ortunya. Jadi, ia terpaksa manggut-manggut aja kalau gak mau dipecat.

"Kerja yang bener! Gak usah leha-leha!" sentaknya sekali lagi.

Dan Nadin, cuma menjawab, "iya, Pak." Dengan kepala yang tertunduk.

Gini nih, kalau udah punya jabatan yang tingginya gak seberapa itu bisa menindasnya seenaknya.

"Yaudah, kerja sana! Ngapain di sini terus?"

Allahu!

Ini orang maunya apa sih?

Jelas-jelas Nadin dari tadi mau mulai pekerjaannya, tapi dia malah menahannya dengan segala omelan yang dia punya. Dan sekarang, malah memarahinya karena masih ada ditempat.

"Sabar Nadin, sabar. Orang gak sabar pantatnya lebar." Batinnya seraya mengelus dadanya pelan.

"Ck! Kalau bukan atasan gue, udah gue acak-acak muka lo," dumelnya seraya memulai pekerjaannya dan berganti shift dengan temannya

"Ya, selamat datang di cafe kopi kita. Mau pesan ap–" Nadin menghentikan kalimatnya saat melihat Andra sudah berdiri di pembatas meja, antara dirinya dan Andra.

"Iced Americano dua sama stroberi cakenya satu," pesan Andra tanpa perlu repot-repot membaca menu.

"Ada tambahan lagi?" tanya Nadin seraya memproses pesanannya.

"Kenapa chat terakhir gue gak dibales, Nad?"

"Jadi, total semuanya sembilan puluh lima ribu, bayarnya mau tunai atau nontunai?" Nadin pura-pura tak mendengar dan melakukan pekerjaannya secara profesional tanpa repot-repot menjawab pertanyaannya yang terakhir.

Andra mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan sepuluh ribu, dia hendak berbicara kembali sebelum seorang perempuan mengalihkannya.

"Dra, udah pesen?"

"Kayak biasanya, kan?"

Perempuan itu mengangguk sambil tersenyum cerah. "Oh iya, hari ini gue nginep di apart lo boleh, ya?"

Damn!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!