Pacar pura-pura

"Kak, kalau dinnernya di rumah gue mau gak?"

Sepulangnya kuliah. Nadin memutuskan untuk mampir ke unitnya Andra, untuk membahas perihal dinner malam ini. Ia berniat mengajaknya untuk makan malam dirumah saja, sebelum Andra memutuskan tempat mana yang akan mereka kunjungi dan kebetulan sekali! Mereka berpapasan di lift dan kebetulannya lagi, di dalam lift hanya ada mereka berdua. Jadi, Nadin bisa lebih leluasa mengajaknya bicara.

"Please," pinta Nadin sebelum Andra menolaknya. Ia menatap Andra dengan wajah yang memelas, agar Andra tidak menolaknya. Jujur, kalau dia menolaknya Nadin bakalan nangis saat ini juga.

Alih-alih menjawab, dia justru bertanya, "harus dirumah lo banget ya?"

Nadin mengangguk cepat. "Iya. Gue udah janji buat pulang hari ini. Lo tahu sendirikan kemarin aja, pin apartemen gue dia ganti biar gue pulang. Kalau gue ingkar, bisa-bisa ATM gue diblokir selamanya. Mana gue dipecat tiba-tiba lagi sama atasan si–" ia berhenti bicara, saat tersadar telah berkeluh-kesah di depan Andra. "Lo mau, kan?"

Dia mengedikkan bahu. "Terserah lo aja. Gue ngikut."

Yes!

Nadin bersorak dalam hati. "Thank you, Kak Andra," ucapnya tanpa bisa menyembunyikan rasa senangnya. "Nanti jam tujuh kita berangkat ya, bye. See you empat jam lagi."

Lalu, saat lift terbuka Nadin pergi sambil bersiul-siul pelan. Merayakan kesenangannya hari ini. Dibelakangnya, Andra cuma menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah Nadin.

...***...

masih tak memberi respon dan Nadin mencoba menjelaskan, "gue disuruh nyokap pulang hari ini. Dan bodohnya lagi, gue malah bilang pulangnya mau bawa pacar, saking gak mau dijodohin sama anak tetangganya."

Nadin mengerucutkan bibirnya diakhir. Ia kembali merasakan marah setiap kali mencoba mengingat kebodohannya dan Mamanya yang keras kepala mau menjodohkan Nadin.

Padahal, kedua kakaknya masih lajang. Tapi yang mamanya jodohin malah anak bungsunya. Aneh banget!

"Pacar? Lo mau gue jadi pacar pura-pura?" tanya Andra dan Nadin mengangguk mantap.

"Mau please."

"Lo gak punya pacar?"

"Kalau punya kayaknya gue gak ngajakin loh deh, Kak," ucapnya sensi.

Andra tertawa. "Yaudah, ayok."

Segampang itu, kah? Nadin jadi heran sendiri.

"Beneran?"

"Iya," jawabnya sedikit lebih antusias dari sebelumnya.

"Beneran?" tanyanya sekali lagi.

"Iya, Nadina Amelie."

Nadin menatapnya jengah. "Yaudah. Jam tujuh ya kita OTW."

"Oke!"

Nadin sedikit bingung sekaligus senang. Kalau tau mengajak Andra semudah ini, Nadin gak mungkin tuh sampai memikirkan berbagai skenario sejak tadi pagi. Ia seharusnya sejak beberapa jam yang lalu mengajaknya, agar waktu dikelas tadi fokusnya jadi gak terbagi.

"Beneran mau, kak?" tanya Nadin lagi dan lagi.

Andra kali ini menoleh ke arahnya, sambil tersenyum manis. "Iya."

"Ini dinnernya di rumah gue, loh. Sekeluarga komplit. Lo juga nanti dikenalin sebagai pacar pura-pura pastinya," katanya mencoba meyakinkan kalau Andra beneran mau.

"Iya. Jam tujuh nanti gue jemput ya."

Nadin mengangguk dengan semangat. "Oke!"

...****...

Gak ada yang lebih lebay daripada Mamanya sendiri dalam menyambut pacar 'pura-puranya' Nadin. Ini bukan cuma makan malam biasa. Melainkan makan malam keluarga, yang isinya gak cuma Nadin, dan kedua saudaranya. Tetapi, ada pacar Bang Bian dan Kak Belly juga. Dan, tiga kurcaci alias sahabatnya itu juga ada disana!

Nadin meneguk ludahnya sendiri. Ia lupa, untuk memberi tahu Andra kalau dia datang kesini sebagai; pacar pura-puranya. Bukan teman ataupun Mantan pacar.

Mampus! Nadin pasti akan di rujak semalaman oleh kedua saudara kandungnya dan juga sahabat-sahabatnya.

Nadin menghela nafas panjang. "Katanya cuma makan malam biasa, kenapa pake ngundang seluruh orang juga?" tanya Nadin sinis.

"Ini udah biasa kali, dek. Lagian, kamu gak pernah pulang selama setahun. Mama kangen lo makan malem bareng gini," ucap Mamanya mencari pembelaan.

"Trus itu tiga cunguk, kenapa ada disini juga, Ma?" tanya Nadin lagi seraya menunjuk pada mereka bertiga, yang lagi duduk disofa panjang sambil memakan kue kering.

"Mereka penasaran sama pacar baru kamu, katanya mereka gak dikenalin. Kamu kok jahat banget sih, dek. Punya pacar kok malah diumpetin, takut ditikung atau gimana sih?"

Nadin mendengus. Ia benar-benar pusing dengan mereka semua. Ia mendesah pelan, membuang nafasnya dengan kasar. Sebelum ia mengenalkan Andra pada mereka semua. Ia lebih baik, berbicara sebentar dengannya. Agar Andra gak terlalu marah padanya.

Nadin menarik Andra menuju teras rumah. "Kak, gue minta maaf ya," ucap Nadin tulus.

Dia menatapnya bingung. "Buat?"

"Sebenarnya, gue bawa lo kesini mau gue kenalin sebagai pacar. Karena, gue gak mau nyokap jodoh-jodohin gue sama anak tetangga. Jadi, sebagai tameng gue harus bawa pacar. Tadi tuh, gue mau ngasih tau sebelum pergi kesini. Cuma lupa."

"Lo mau gue jadi pacar pura-pura Lo?"

Nadin mengangguk.

"Yaudah."

"Hah?" Nadin menatapnya dengan wajah cengo.

"Yaudah. Gue ngenalin diri sebagai pacar, bukan Mantan atau teman."

Jujur saja, Nadin bingung. Kenapa Andra bisa segampang itu Nerima? Kenapa dia gak melakukan protes? Seharusnya dia marah gak sih? Karena Nadin main asal ngenalin dia ke keluarganya, sebagai pacar. Tanpa persetujuan dia. Kok Andra mau-mau aja sih?

Tanpa persetujuannya, Andra menggenggam tangannya sambil melangkah masuk ke dalam rumah. Dengan luwes, Andra mengenalkan diri sebagaimana yang Nadin harapkan yaitu pacar. Mama Papanya menyambut Andra dengan senang hati. Sedangkan Abian, Abangnya itu terus memandangi Andra kayak mau menelannya hidup-hidup. Belly jelas gak begitu tertarik. Dan ketiga sahabatnya, terus menerus menatap Nadin dengan curiga. Mereka memelototi Nadin seakan-akan bersiap mau mengulitinya hidup-hidup.

"Apa?" tanya Nadin tanpa suara.

"Boleh juga pacar pura-pura Lo itu," jawab Yumi tanpa suara juga.

Nadin mengibaskan rambutnya dengan anggun, seolah-olah mau menunjukkan pada sahabatnya kalau Nadin gak pernah salah milih cowok. Meskipun cuma pura-pura. Nadin gitu loh!

"Kalian udah berapa lama pacaran?" tanya Mamanya tiba-tiba.

"Satu bulan," jawab Nadin.

"Satu Minggu," jawab Andra.

Jawaban Nadin dan Andra gak seirama. Mamanya menatap mereka bingung.

"Dua bulan lebih satu Minggu, Ma," jawab Nadin menegaskan.

"Masih seumur jagung ya usianya. Kira-kira, kamu ada rencana mau nikahin Nadin gak, Nak Andra?"

"Ma!" seru Nadin. "Please deh, kita cuma mau makan malam aja. Gak usah main interogasi kayak gitu."

"Apa salahnya sih, Nad? Cuma nanya aja, emangnya gak boleh apa?" ucap Mamanya mencari pembelaan.

Nadin mendengus kesal.

"Mending kita makan aja yuk, nanti ngobrolnya dilanjut lagi," ucap Papa mencoba menengahi sebelum Nadin dan Mamanya mulai bertengkar.

"Lo gak usah jawab pertanyaan Mama ya, biar gue aja yang jawab," bisik Nadin mencoba memperingatkan Andra.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!