Pagi ini Nadin sedang dalam mood yang baik. Setelah sekian lama, ia bangun pagi—ralat bangun siang—dengan perasaan bahagia. Gak ada ketukan dan panggilan dari Mamanya yang menyebalkan, atau teriakan Abangnya yang mau pinjam charger miliknya.
Nikmat sekali rasanya. Ah, Nadin baru ingat! Kalau hari ini ia mengajak Andra ngedate ke pantai. Karena jarak rumahnya dengan pantai Ancol lumayan jauh. Ia bersiap-siap lebih dahulu, sambil memberitahu Andra jam untuk menjemputnya.
Selama dua jam penuh, Nadin cuma disibukkan dengan memilih baju yang akan dipakai hari ini. Semua baju yang ada di lemarinya Nadin keluarkan. Tapi tidak ada satupun yang menurutnya pas, untuk dipakai ngedate hari ini. Nadin merasa, ia gak punya baju sama sekali.
Sampai akhirnya, ia berpikir untuk menyelinap ke kamar Kak Belly. Mumpung hari ini Kakaknya tidak ada di rumah. Dengan langkah mengendap, Nadin masuk ke dalam kamar Kakak perempuannya. Mencari-cari baju yang cocok untuknya. Nadin berkutat di lemari Kak Belly, sampai ia tidak sadar telah mengeluarkan hampir keseluruhan baju-baju Kak Belly.
Sekarang, kamarnya jadi berantakan. Lalu, Nadin memutuskan untuk mengambil beberapa dress yang buatnya jatuh hati. Dan memasukkan baju lainnya ke dalam tempatnya lagi. Tentu saja dengan menatanya kembali, Nadin gak mau sampai ketahuan kak Belly kalau ia sudah memakai baju miliknya tanpa izin. Syukur-syukur Nadin diamuk pas selesai ngedate, gimana kalau dia diamuk sama Kakaknya itu pas lagi suasana romantis. Kan gak banget!
"Kamu? Lagi ngapain di kamarnya Kak Belly?" tanya Mamanya yang gak sengaja, menciduk Nadin.
Nadin nyengir kuda. "Itu anu... Nadin pinjem bajunya Kak Belly. Sssttt!! Jangan bilang-bilang ya, Ma. Please?"
Mama Nadin cuma menggelengkan kepalanya. "Kamu ini kebiasaan, nanti kalau udah pake simpen balik ke tempatnya lagi. Kakak kamu bisa-bisa marah nanti," decak Mamanya.
Nadin mengangguk mantap sambil melakukan gerakan hormat. "Thank you, Mama. I love you," katanya sambil mencium pipi Mamanya singkat.
Lalu Nadin langsung masuk ke dalam kamar, sebelum Kakaknya itu datang. Ah, Nadin jadi harus cepat-cepat pergi. Sebelum nanti Kakaknya itu, menyuruhnya untuk ganti baju lagi.
Kak Belly memang pelit sekaligus licik. Dia sering banget pakai barang-barang punya Nadin, setiap kali Nadin protes. Kak Belly pasti selalu menjawab, "barang-barang punya adik, milik kakak. Kalau barang-barang punya kakak, milik kakak."
Padahal seharusnya begini, "barang-barang punya kakak, milik adik. Soalnya, semua baju atau apapun itu yang bekas kakaknya pakai, pasti akan selalu dikasih pada adik. Jadi, apa salahnya Nadin pakai lebih dulu sebelum dikasih. Biar gak rugi-rugi amat gitu."
Nadin berdecak pelan. Sekali-kali Nadin pakai barang-barang Kak Belly, gak bikin dia langsung kehilangan seluruh bajunya juga. Lagian, Nadin baru kali ini pakai baju Kak Belly tanpa minta izin terlebih dahulu. Biar nanti aja, sepulangnya ia ngedate. Biar double gitu dimarahin kakaknya.
Ponselnya berdering, panggilan video call dari Yumi. Ia mengangkatnya, lalu meletakkan ponselnya di depan cermin meja riasnya.
"Widih, dah cantik aja lo jam segini, biasanya juga masih gembel."
Sialan!
Yumi kalau ngomong emang gak pernah difilter.
"Mau ngapain lo video call gue? Kangen ya sama gue?" tanya Nadin seraya memoleskan foundation ke wajahnya, setelah melakukan skin prep.
"Mau kemana Lo?" tanya Rosa yang tiba-tiba muncul dilayar ponselnya, begitu juga Mila.
"Ngedate doi sama pacar barunya," jawab Yumi dengan tatapan menggoda.
Mila dan Rosa bereaksi antusias. "Sumpah? Lo balikan sama Mantan? Atau pacaran sama cowok yang mau dijodohin sama lo itu?"
Alih-alih menjawab pertanyaan Rosa, Nadin notice mata sembab Mila. Meskipun gak keliatan jelas, tapi Nadin sadar kalau dia habis menangis. "Mil, lo abis nangis ya?"
Mata Mila membelalak.
"Jawab pertanyaan gue woi!" seru Rosa, mengalihkan fokus Nadin.
Nadin berdecak. "Santai dong!" Mereka bertiga tertawa. Sedangkan Nadin memicingkan matanya, menatap mereka curiga, "lo berdua abis diceritain apa aja sama si Yumi kutu kupret itu? Gue tau, lo pada VC gue bukan tanpa alasan. Cepet jawab gue, lo berdua abis dikasih cerita sampah apa lagi sama itu orang?"
Yumi tergelak. Ponsel yang dipegangnya sampai bergoyang. "BIKINI! Si Yumi cerita kalau lo lagi berenang pake bikini, terus—"
Panggilan video call mereka tiba-tiba terputus. Lalu, mereka kembali nelpon lagi. Kali ini pakai nomor Rosa.
"Lo berdua jangan percaya sama omongannya si Yumi, dusta dia," ucap Nadin dengan decakan tertahan.
Rosa tertawa renyah. "Tapi sumpah, lo sama dia jadinya balikan?"
Nadin buru-buru menggeleng. "Gak!"
"Terus sekarang lo mau kemana? Tumben pakai makeup."
"Mau ke pantai gue. Mau lihat sunset."
"Sama siapa?"
"Sama Mantannya si Andra atau gak sama mantan atasannya si Cakra," jawab Yumi lagi.
Rosa menatap Yumi penuh protes. "Diem Lo!" Terdengar suara tawa Yumi dibalik telepon. "Perasaan lo berhubungan sama orang-orang yang ada title mantannya dah, Nad," protes Rosa.
"Emang iya?" tanya Nadin yang baru ia sadari saat ini. "Mila mana, Ca? Gue mau ngobrol sama dia dong," kata Nadin. Saat ia merasa tidak tenang kalau sahabatnya yang satu itu, terlihat murung.
"Mila lagi ke toilet. Mau ngapain lo?" tanya Rosa.
Prang!!
"Nad, suara apaan tuh?" tanya Rosa.
"Eh, gue tutup dulu ya, Ca. Diluar lagi rame," kata Nadin langsung memutuskan panggilan videonya, tanpa menunggu jawaban Rosa.
Ia buru-buru pergi keluar kamarnya saat mendengar suara keributan diluar sana. Ia melihat kedua kakaknya sedang saling menatap, dengan mata yang menyorot kemarahan.
"Gue udah bilang, jangan ikut campur sama urusan gue!"
"Gue gak mungkin gak akan ikut campur, kalau lo gak ngemis-ngemis cinta sama cowok yang merendahkan lo Belly!" Bang Bian meraup wajahnya kasar. "Udah gue bilang berapa kali sama lo! Jangan pernah ngemis-ngemis cinta sama cowok! Jangan pernah mau merendahkan atau direndahkan cuma buat dapetin cintanya!"
"LO GAK AKAN NGERTI BANG! LO GAK AKAN NGERTI KALAU GAK ADA DIPOSISI GUE!" jerit Kak Belly.
"Gue emang gak akan ngerti, kalau gue gak ada diposisi lo! Tapi gue tahu pikiran cowok, apalagi pacar lo itu!"
Nadin tidak berani menghampiri mereka. Ia cuma bisa melihat adegan berantem mereka didepan kamarnya. Begitu juga Mamanya, dia cuma menatap kedua anaknya yang sedang berantem hebat.
"BANG BIANG!" jerit Kak Belly. "Please, gue mohon. Kali ini jangan ikut campur sama urusan gue."
"GUE GAK AKAN IKUT CAMPUR KALAU URUSANNYA CUMA LO DISELINGKUHIN," bentak Bang Bian. "Lo itu selingkuhan dia, Belly! Lo pikir gue bakalan diem aja, kalau ternyata adik gue sendiri jadi perusak hubungan orang! Apalagi dia sama pacarnya udah mau nikah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments