Manusia menyebalkan

"HAH? Gimana?" tanya Nadin pura-pura tidak mengerti.

Matanya mengerjap beberapa kali. Menatap Andra yang kelabakan sendiri. Cowok itu melempar senyum akward, lalu mengusap tengkuknya beberapa kali.

Andra mengelak, "gak. Bukan apa-apa kok, gak usah dipikirin."

Nadin mengangguk-anggukkan kepala, sambil mencerna maksud dari ucapan Andra. Kenapa dia bilang gitu? Maksud Andra bilang, kalau dia mau jadi pacarnya itu apa? Ngajak Nadin balikan, kah? Atau bentuk dari kata lampau. Alias, Andra mau jadi pacar Nadin. Cuma itu dulu! Kalau sekarang gak lagi. Gitu kali ya maksudnya?

"Ah iya, oke deh," ucapnya pada akhirnya.

Boom!

Mereka tiba-tiba menjadi canggung satu sama lain. Bahkan, tangan Andra yang sejak tadi bertengger di pinggangnya sudah terlepas dan memberi jarak diantara mereka. Tanpa, mengatakan apapun pada Nadin. Andra pergi begitu saja. Apa-apaan ini?!

Seharian ini, Nadin seringkali menekuk bibirnya kebawah. Raut muka jengkel, tidak bisa ia sembunyikan sejak beberapa waktu lalu.

Andra yang tiba-tiba pergi tanpa berpamitan padanya. Juga Mamanya yang terus menganggap Nadin tidak ada dan ketiga sahabatnya, yang sepertinya sudah tidak mau berhubungan lagi dengan Nadin. Semakin membuatnya jengkel sampai ubun-ubun.

Pesta ulang tahun memang sudah usai. Tapi beberapa orang masih belum pergi, termasuk Cakra dan Ibunya.

Nadin mengembuskan nafasnya panjang. Kenapa ia jadi terlihat menyedihkan gini?! Ah, ini gara-gara Andra. Benar, gara-gara dia yang sudah memberi harapan palsu pada Nadin.

"AA!" teriaknya nyaring saat sesuatu yang dingin menyentuh pipinya.

Ia melotot pada sang pelaku yaitu; Cakra. Ekspresi wajah yang tidak bersahabat ia tunjukan.

"Mau gak?" tanyanya sambil mengulurkan ice cream stroberi padanya.

Tanpa mengatakan apapun, ia mengambilnya. Memakan ice cream pemberian Cakra, dengan ekspresi wajah yang masih ditekuk.

"Gue ikut duduk ya," katanya lagi seraya duduk disofa panjang, tanpa menunggu jawaban Nadin. "Kenapa muka lo ditekuk gitu? Diputusin mendadak sama pacar lo?"

Nadin semakin menatapnya dengan sinis. "Bisa diem gak? Gue lagi gak mood ngomong ini," ketusnya.

Cakra terkekeh sambil mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali.

"BTW–"

"Katanya lagi gak mood ngomong," potong Cakra menyebalkan.

Nadin mendesis. "Terserah gue dong!" amuknya tak terima.

Cakra menahan bibirnya agar tidak mengeluarkan tawa. Nadin semakin memelototinya. "Yaudah, mau ngomong apa tadi?" tanyanya sembari menahan tawa.

"Gak jadi! Keburu gak mood gue!" tandasnya cepat.

"Dih gitu aja ngambekan. Cepet mau ngomong apa?" desaknya.

"Gak jadi! Gue gak mau ngomong sama Lo," selorohnya. Nadin mengubah posisi duduknya sambil membelakangi Cakra. Sedangkan cowok itu, cuma senyum mesem-mesem gak jelas.

"Gue mau nanya deh sama loh," ucap Nadin sembari mengubah posisinya lagi. Ice cream yang dimakannya sudah tinggal setengah.

Cakra menaikkan sebelah alisnya. "Nanya apa?"

"Lo kenapa tiba-tiba pecat gue? Demi apapun gue gak tau salahnya apa. Oke, gue terima kalau gue dipecat gara-gara gue melakukan kesalahan yang amat fatal. Demi apapun, seingat gue, gue gak pernah melakukan kesalahan apapun. Kalau jadi tempat sampahnya lo sih gue sering ya," cerocosnya dengan suara yang menggebu-gebu, sarat akan emosi.

Alih-alih menjawab, Cakra justru bertanya balik, "tempat sampah gue?"

"Iya. Setiap kali temen kerja gue yang lain ngelakuin kesalahan, lo selalu marahin gue. Atau lo lagi kesel, yang lo marahin tetep gue. Padahal, gue gak ngelakuin kesalahan. Apa karena gue kerjanya paruh waktu? Jadi, lo bisa marahin gue seenaknya gitu?"

"Emang iya?"

"IYA!" pekiknya membuat orang-orang yang ada dirumah menatapnya heran. Tapi Nadin sepertinya tidak peduli, ia terlanjur kesal. "Lo jangan pura-pura gak tau deh! Lo tuh kalau jadi atasan yang baikan dikit dong, bukannya mengayomi pegawainya. Malah lo marahin habis-habisan. Lo pikir mereka bakalan betah kerja sama Lo?"

"Ya lo lakuin ini juga sama ya?"

"Hah maksudnya?"

"Lo lagi jadikan gue tempat sampah juga. Gue tahu, lo kesel bukan karena itu. Tapi karena pacar lo tiba-tiba pergi?"

Nadin menganga, matanya mengerjap beberapa kali. Bingung dengan situasi saat ini.

"Jadi, kita fair kan? Gue jadikan lo tempat sampah gue, begitu juga sebaliknya."

Wah! Nadin sangat ingin sekali mencakar wajahnya Cakra habis-habisan. Sampai ekspresi tengilnya itu hilang dihadapannya. Ia memijat pelipisnya yang tiba-tiba saja merasa pening.

"Gue salah ya?"

Nadin menatapnya tajam. "Menurut lo?!" sentaknya.

Ternyata, di dunia ini masih ada orang yang lebih menyebalkan daripada mantannya itu. Kalau dipikir-pikir, sifat menyebalkan Andra masih lebih baik daripada sifat menyebalkannya Cakra. Mantan atasannya itu jauh lebih ngeselin dari siapapun.

Nadin berdecak. Ia beranjak dari tempatnya duduk dan pergi meninggalkan Cakra sendirian. Terlalu lama berada di dekat Cakra, akan semakin membuat Nadin darah tinggi.

YA TUHAN! Kenapa dirinya selalu dikelilingi manusia menyebalkan sih?!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!