Hello, Mantan!

Hello, Mantan!

Belum move on sama Mantan?

"Ngaku sama kita, kapan terakhir kali lo pacaran?" tanya Yumi tiba-tiba.

Fokus ketiga sahabatnya seketika teralih menjadi kepada Nadin. Drama Korea yang sedang mereka tonton di ruang tengah apartemennya sengaja di pause oleh Rosa, hanya untuk mendengar jawaban darinya. Nadin yang tidak siap diajukan pertanyaan seperti itu, menggeser tubuhnya ke pojok sofa. Menghindar dari tatapan penuh tuntutan dari sahabatnya.

"Cepat jawab," desak Rosa dengan nada galak yang dibuat-buat.

"Kenapa emangnya?" tanyanya balik.

Yumi mengangkat bahunya. "Kepo aja, soalnya lo gak pernah cerita soal kisah asmara lo."

Kedua temannya mengangguk kompak, menyetujui ucapan Yumi.

Mampus!

Sebenarnya, alasan Nadin gak mau cerita perihal kisah asmaranya. Bukan karena ia tidak percaya dengan teman-temannya atau tidak menganggap mereka sahabatnya. Tidak! Tidak! Hanya saja, ia menganggap pacaran pertama dan terakhir kalinya Nadin itu sebagai aib. Alasannya karena, ia pacaran dengan cowok yang gak banget! Dan itu tuh, hubungan mereka berakhir kacau dan mengenaskan! Aib banget pokoknya.

Jadi, dulu waktu duduk dibangku putih-biru. Nadin sempat naksir sama kakak kelas yang gantengnya maksimal banget. Dia idaman cewek-cewek di sekolah. Yang ternyata, cinta Nadin gak bertepuk sebelah tangan alias dia suka Nadin juga. Sampai akhirnya, di kelas delapan akhir semester dua kami pacaran. Dia nembak Nadin sepulang sekolah yang langsung Nadin terima waktu itu. Ya siapa juga yang mau nolak dia? Orang cowok idaman satu sekolah. Ya, Nadin merasa bangga karena akhirnya yang memenangkan hatinya itu dirinya. Nadin gitu loh!

Awal-awal pacaran, hubungan kami berlangsung sangat romantis. Romeo dan Juliet saja kalah sama kemesraan kami waktu itu. Sampai akhirnya di bulan ketiga, dia sering banget mengajukan pertanyaan yang punya peluang buat kami berantem. Ironisnya, alasan berantem kita tuh sepele banget, benar-benar gak masuk akal! Hanya perihal makan bubur diaduk atau tidak diaduk saja, bikin kita berantemnya bisa seharian. Kita tuh kayak lagi mempermasalahkan soal siapa yang selingkuh, tapi gak ada yang mau ngaku! Gitu deh pokoknya...

Biasanya nih, setelah kami berantem kami suka saling minta maaf, lalu baikan lagi. Dan kembali mesra-mesraan. Sampai akhirnya, waktu di bulan kelima atau keenam kita pacaran, yang dia tanyakan gak cuma satu topik lagi, tetapi banyak hal. Kayak yang lebih dulu itu ayam atau telur dulu, bumi itu bulat atau datar dan yang lebih parahnya lagi, dia nanya soal bokong kita itu sebenarnya ada dua atau satu? Itu tuh nyebelin banget! Masa iya setiap kali ngobrol, yang dibahas itu-itu aja?!

Udah gitu dia nanya kayak gitu gak cuma sekali, tapi berkali-kali! Hampir setiap hari!

Dan parahnya lagi.... kami kebanyakan gak pernah satu pendapat! Hal itu yang buat kamu berantem terus gak ada habisnya. Setiap hari, yang kami bahas cuma teori-teori soal makan bubur diaduk lah, ayam dulu atau telur dulu lah. Gak jelas banget, kan?! Awalnya sih, Nadin anggap hal itu buat seru-seruan aja biar gak habis topik pembicaraan. Tapi, lama-lama jadi annoying!

Soalnya dia gak pernah setuju dengan pilihan Nadin. Dia sering banget ngejudge dan maksa Nadin biar sepaham dengannya, Nadin lama-lama jadi gondok sendiri. Padahal, kalau dia gak terlalu mempermasalahkan perihal itu dan menanggapinya dengan biasa aja, mungkin.... hubungan kami akan terjalin lebih lama atau seenggaknya kami putus secara baik-baik.

Kenapa Nadin jadi mengingat kenangan buruknya lagi? Iyuh!

"Maybe, kelas tiga SMP," jawab Nadin pada akhirnya.

"Yang bener aja loh!" seloroh Rosa gak percaya pada jawabannya.

"Beneran! Cuma ya gitu, gue males pacaran lagi setelah putus sama dia."

"Wait! Jangan bilang lo belum move sama mantan lo? Atau jangan-jangan lo gak menemukan sosok mantan dari cowok lain? Makanya lo pilih menjomblo," ucap Yumi mencoba menebak alasannya gak mau pacaran lagi.

Nadin bergidik ngeri. Sedangkan yang lain, malah tertawa kenceng banget. Puas banget mereka menertawakan Nadin.

Demi Tuhan! Nadin sama sekali gak kayak gitu. Ia gak mau pacaran bukan karena belum move on, tapi itu karena Nadin trauma. Iya, Trauma! Nadin Takut kalau ia dapat cowok yang kelakuannya sama kayak mantan atau ebih parah dari dia. Amit-amit jabang bayi!

"Enak saja!"

"Terus apa dong?"

"Ya emang gak ada yang cocok aja sama gue."

"Yakin?" tanya Yumi lagi dengan nada sangsi.

"Iyalah," jawab Nadin cepat. "Standar gue tinggi keles. Seenggaknya gantengnya melebihi mantan lah, biar gak malu-malu amat."

"Tuh, kan!" seru Rosa.

Nadin melotot karena terkejut. "Apa!"

"Lo aja masih membandingkan cowok lain dengan mantan, itu artinya lo belum move on sama dia Nadin," ucap Rosa berspekulasi lagi.

"Sok tahu lo," sahutnya kesal.

Rosa menatapnya jengah. "Denial banget lo hidupnya. Bilang aja belum move on."

"Najis!" Ya kali!

"Gue yakin nih, kalau lo ketemu mantan lagi. Pasti auto balikan," tambah Yumi.

Rosa kembali menyahut, "itu juga kalau mantannya dia single."

Ketiganya tertawa kencang. Apalagi saat melihat ekspresi Nadin yang terlihat sangat jijik sekali.

"Amit-amit jabang bayi! Amit-amit tujuh turunan! Amit-amit. Ya Allah, gak mau!" Batin Nadin seraya mengelus-elus perutnya beberapa kali, serta mengetuk-ngetuk kepalanya dan lantai beberapa kali.

Nadin melakukan hal itu, karena katanya biar hal-hal yang di dengarnya barusan itu gak terjadi dalam hidupnya. Semoga aja...

Meskipun itu cuma takhayul. Tapi sumpah demi apa pun, Nadin gak mau balikan sama mantan. Ia mendingan jomblo seumur hidup daripada harus kembali menderita. Iyuh!

"Gue doain ya, lo pada miskin tujuh turunan," balasnya menyumpahi mereka.

Rosa dan Yumi menyahut bersamaan, "enak aja!"

"Gue dari tadi diem ya, Nad. Gak usah ikut-ikutan menyumpahi gitu," tandas Mila yang sejak tadi memang hanya jadi penonton.

Nadin mencebik. "Lo juga ikutan ketawa ya tadi. Jadi berlaku buat lo juga."

"Sialan lo!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Selepas ketiga temannya pulang yang berakhir Nadin usir, karena terus-terusan meledeknya. Nadin memutuskan untuk pergi ke minimarket, membeli ice cream stroberi favoritnya dan beberapa keperluan mandinya yang sudah habis.

Langkah Nadin terhenti, saat ia melihat seseorang tengah berdiam diri, di depan unit apartemennya tanpa melakukan apa pun. Dari perawakannya Nadin tebak dia laki-laki. Meskipun dia memakai Hoodie yang menutupi kepalanya dan celana training panjang sampai semata kaki. Tapi Nadin tetap yakin, dia laki-laki!

Nadin berjalan mengendap-endap, sekaligus siaga. Bersiap mengayunkan tas belanjaannya untuk memberinya pukulan.

"AAA! Maling! Maling!" teriak Nadin seraya memukul-mukul punggung orang itu dengan keras. Dia menghindar sambil meminta tolong, agar Nadin berhenti. Tapi, Nadin gak mau berhenti! Untuk apa?

Penguntit kayak dia gak akan kapok kalau gak dikasih pelajaran.

Laki-laki itu memelintir tangannya kebelakang, mengunci tubuhnya di depan pintu apartemennya agar Nadin berhenti memukulnya. Tapi demi Tuhan, ini sakit banget!

"Sstt! Jangan teri– AW!!"

Nadin menendang tulang keringnya kencang agar ia terbebas dari kungkungan tubuh laki-laki itu.

"Kurang aja lo jadi cowok! Sama cewek kok kasar sih! Terus loh, ngapain berdiri di depan unit gue? Mau maling ya Lo? atau jangan-jangan lo mau berbuat mesum?!" tuduhnya tanpa ampun.

"Mbak saya, itu— ELO!!"

"ELO!!"

Terpopuler

Comments

Irra Ajahh

Irra Ajahh

d tunggu up ny cerita ny bagus

2023-08-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!