Overthingking

TOK! TOK! TOK!

Nadin berkali-kali mengetuk pintu unit Andra dan menekan belnya tanpa henti. Sudah sepuluh menit ia berdiri disana, tapi gak ada sahutan apapun dari dia. Maksudnya apa coba? Kenapa dia menghindari Nadin? Memangnya Nadin salah apa? Sampai-sampai dia memutuskan sandiwara mereka secara sepihak?!

Uh! Nadin benar-benar marah, sangat marah!

"Andra buka pintu dong! Gue tahu lo lagi ada di dalem rumah, jangan sembunyi! CEPET KELUAR!" teriaknya dengan kesal.

Tapi nihil, Andra tidak mau juga membuka pintunya. Chat yang Nadin kirim pun, berakhir ceklis satu. Nadin telepon juga nomernya tidak aktif.

Aish! Cowok sialan itu pergi kemana sih sebenarnya?

"Brengsek!" makinya seraya menendang pintu unitnya kasar. "Lo kalau emang gak ada niatan buat deket gue lagi, gak usah datang ke hidup gue sialan! Gak usah lo bersikap baik, seolah-olah gue cewek satu-satunya yang ada dihidup Lo, ******! Mati aja lo sana! GUE BENCI LO! AMAT SANGAT MEMBENCI LO!"

Nafasnya terengah, mukanya memerah tanda kalau ia marah. Beberapa tetangga mengintipnya, untuk melihat apa yang sedang terjadi dan akhirnya Nadin menyerah. Ia memutuskan pergi dari sana, daripada nanti ia diusir satpam karena telah membuat kerusuhan.

"Awas aja lo, kalau muncul di depan gue lagi, muka lo gue cakar-cakar," desisnya hasrat akan ancaman.

Nadin menghembuskan nafasnya kasar. Ia memutuskan untuk pulang saja ke rumah orang tuanya. Ah, pulang ke apartemennya juga percuma. Karena PINnya sudah diganti lagi oleh kakaknya. Diminta sandi barunya apa, malah gak dikasih tau.

Hadeuh! Nasib tinggal di apartemen yang dibelakang orang tua gini. Pasti dengan seenak jidat diganti PINnya.

Ia menekan tombol lift dengan kasar. Sambil menunggu pintunya terbuka, Nadin mengirimkan spam chat pada ketiga temannya untuk memintanya berkumpul. Dentingan lift, mengalihkan fokus Nadin.

"Hai, Nad," sapa Chika setelah pintu lift terbuka sepenuhnya. Dia melambaikan tangannya sambil keluar dari lift.

"Hai," balasnya dengan tidak bersemangat.

Nadin masuk ke dalam lift. Lalu menekan tombol lift menuju loby, Chika masih ada disana menatapnya dalam. Seperti ada sesuatu yang mau dia katakan.

Tubuh Chika yang menjulang tinggi juga kurus, bak seorang model. Rambutnya yang pirang dan ada terdapat beberapa tato di lengannya. Membuat Nadin mengingatkan pada deskripsi selingkuhan pacar kakaknya.

Ia buru-buru menggeleng cepat. Gak mungkin dia. Pikirannya terlalu lancang untuk menganggap Chika sebagai selingkuhan Reno—pacarnya Kak Belly. Chika terlalu sempurna, buat dijadikan selingkuhan.

"Yakali cewek secantik dia, mau jadi selingkuhan," gumamnya pelan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Fix lo suka sama dia," simpul Rosa, setelah Nadin menceritakan semua keluh kesahnya pada ketiga sahabatnya.

Nadin yang mendengarnya, seketika mencebik. "Gue gak suka sama dia," dalihnya.

"Terus kalau gak suka, kenapa marah pas Andra ngilang?" kali ini Yumi yang bertanya.

"Ya karena..." Nadin menggantungkan kalimatnya, untuk mencari kata yang tepat untuk diucapkan.

"Karena apa?" tanya Yumi mengulang.

"Tau ah! Pokoknya gue suka dia," ucapnya cepat. Nadin memeluk boneka Teddy Bear yang ada dikamar kosannya Mila. Bibirnya semakin ditekuk dalam. Ia memejamkan mata sebentar karena terlalu lama memikirkan soal Andra, semakin membuatnya pening.

"Denial mulu lo dari kemarin, segitu gak maunya nerima fakta kalau lo suka sama mantan lagi," ujar Rosa.

"Tauk! Kenapa sih lo gak mau balikan lagi sama doi?" tambah Yumi sambil bertanya hal yang itu-itu saja. Nadin sudah bosan mendengarnya. Emang gak ada apa, pertanyaan selain itu?

"Gak mau jawab, males gue sama Lo," ucapnya menyebalkan.

Yumi melemparkan bantal kecil kearah Nadin dengan kesal. "Nyebelin banget Lo!"

Nadin menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Hari ini Nadin merasa tidak semangat dan moodnya benar-benar sedang buruk. Untungnya, hari ini ia sedang tidak ada kelas. Jadi, Nadin tidak perlu belajar dalam keadaan moodnya jelek.

"Gue penasaran deh, kenapa mantan lo tiba-tiba muncul lagi, Nad?" tanya Rosa dengan raut wajah yang berkerut.

Mata Nadin yang memejam terbuka. Menatap Rosa dengan pandangan penuh tanya. "Maksudnya?"

"Gue penasaran aja, kenapa dia bisa tiba-tiba muncul gitu. Terlepas dari dia kakak tingkat kita, kenapa dia bisa muncul di kehidupan lo lagi?"

"Mungkin dia sudah move on, sama kayak si Nadin," sahut Yumi cepat.

Nadin meliriknya tajam. "Udah gue bilang, gue udah move on! Rese banget lo jadi orang," sanggahnya dengan ekspresi marah yang ditahan.

"Iya juga ya, bisa aja dia belum move on. Dilihat dari dia yang mau-mau aja jadi pacar pura-puranya Nadin, udah kentara banget kalau dia ada rasa," timpal Rosa.

"Atau doi sakit keras. Terus dia punya wishlist, salah satunya deket sama mantan lagi," tambah Mila yang langsung kena pelototan oleh Nadin.

"Sembarangan lo kalau ngomong!" semburnya.

"Yakan, cuma praduga aja, Nad. Gak usah sewot gitu kali," bela Yumi.

Nadin memutar bola matanya jengah. "Tapi gak usah mikir yang aneh-aneh juga kali. Gak sekalian aja, dia lagi taruhan sama temen-temennya buat deketin gue lagi?"

"Nah, bisa jadi tuh," sahut Rosa yang langsung disambut tawa renyah dari Yumi dan Mila. Sedangkan Nadin, semakin menekuk bibirnya kebawah.

"Sialan!" pekiknya tajam.

"Kalau lo beneran dijadikan taruhan sama teman-temannya Andra gimana dah, Nad?" tanya Rosa tiba-tiba.

"Atau... Kalau dia beneran lagi sakit keras, terus punya satu wishlist buat balikan sama lo gimana dah?" tambah Yumi.

"Eyy, gak mungkinlah. Palingan doi cuma jadikan Nadin pelampiasan aja," Mila ikut menimpali.

Allahu!

Nadin memijat pelipisnya karena pening seraya menghembuskan nafasnya panjang. Ini kenapa jadi teman-temannya yang overthingking? Seharusnya Nadin gak sih yang memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk itu? Semakin dipikirkan jawabannya, semakin pusing juga kepalanya.

"Tau ah! Bisa gak sih lo bertiga stop mikir yang nggak-nggak?! Pikiran kalian tuh, gak ada positif-positifnya," cibirnya.

"Kayak pikiran lo selalu positif aja," ucap Yumi, Rosa dan Mila berbarengan. Kompak sekali ya pemirsa!

"Yaudah sih, kalian gak usah mikir aneh-aneh. Harusnya gue gak sih yang overthingking? Kenapa jadi lo bertiga yang negatif thinking?" ucapnya heran.

"Kita cuma mewakilkan aja, siapa tahu lo gak kepikiran sampai situ," ucap Rosa. "Emangnya lo gak ada pikiran aneh-aneh gitu soal dia?"

Ia mengerutkan keningnya dalam, sambil memikirkan kemungkinan buruk apa yang terlintas di otaknya. Lalu...

Nadin menghela nafas gusar. "Gue malah mikir, kalau dia udah punya istri. Terus dia ketahuan lagi deket sama mantannya, makanya dia tiba-tiba susah dihubungi."

"Pikiran lo lebih parah dari kita ternyata," erang Yumi seraya menepuk jidatnya. Kami berempat sontak saja tertawa kencang.

"Sialan lo!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!