Jujur demi apa pun, Andra kayak lagi ketangkap selingkuh. Sewaktu cewek itu dengan terang-terangan bilang, kalau dia mau nginep ditempat Andra. Dan Andra berusaha buat jelasin ke Nadin, kalau dia sama cewek itu gak ada apa-apa. Tapi siapa yang peduli? Toh, Nadin sama Andra gak ada hubungan apa pun. Hubungan kami sudah berakhir sejak lama. Jadi, buat apa Andra sepanik itu waktu Nadin dengar ada cewek yang nginep ditempatnya?
Lagi pula, mau cewek itu cuma numpang tidur atau melakukan hal-hal yang gak semestinya, sama sekali gak ada urusannya dengan Nadin.
"Pacar lo Nad?" tanya Vanya tiba-tiba setelah kepergian Andra.
Nadin menggeleng cepat. "Bukan. Kenapa gitu?"
"Dia liatin lo terus anjir. Cewek yang di sampingnya aja ngomong gak digubris tuh."
"Emang iya ya?"
"Lah, gak sadar lo?"
"Gak tuh."
"Kasian bener doi. Lo gak ada salting apa gimana gitu, waktu doi liatin lo terus? Gue aja yang ditatap sedetik doang, udah bikin gue gemetaran, terus mikirin nanti nikah pake adat apa."
Nadin mendengus. "Gak sadar lo, dia bawa cewek tuh," tunjuk Nadin mencoba menyadarkan Vanya yang sudah mulai gila, kalau berurusan dengan cowok ganteng.
"Bukan pacarnya itu."
"Kata siapa?"
"Kata gue lah Nadin!" balasnya setengah kesal.
Baru saja Nadin mau membalas ucapan Vanya, Cakra tiba-tiba saja datang dengan mata yang melotot siap menerkam siapa pun yang ada di sana. Kedua tangannya bersidekap. Nadin pura-pura melakukan kesibukan, sedangkan Vanya melipir ke tempat lain demi menghindari atasannya itu.
"Kerja yang bener Nadin, jangan gosip terus," tegur Cakra khas bapak-bapak yang sedang memarahi anak bontotnya.
Dan Nadin cuma bisa menjawab, "iya, Pak."
"Kalau kamu ketahuan bergosip lagi, gaji kamu potong ya," ancamnya seraya pergi ke belakang, tempat para pekerja istirahat.
Nadin mendengus. Ia sudah ingin memakinya kalau customer gak datang. Lagian ya, Nadin bingung kenapa Cakra hanya menegurnya alih-alih pegawai lainnya. Dia kayak sedang mendiskriminasi Nadin yang cuma kerja part time. Padahal kan, yang sering gosip gak cuma Nadin. Tadi yang memulai buat ngegosip itu Vanya, tapi yang ditegur Cakra cuma Nadin seorang. Nyebelin banget!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Nadin baru saja pulang, bersamaan dengan Andra yang sepertinya baru pulang juga. Mereka berdua sama-sama menunggu lift terbuka. Nadin pura-pura sedang sibuk dengan ponselnya, padahal aslinya dia cuma scroll grup chat yang pembahasannya gak penting-penting banget. Lalu, saat pintu lift terbuka. Nadin dan Andra dengan kompak masuk ke dalam, setelah beberapa orang di dalam lift keluar.
"Lo besok malam free gak, Nad?" tanya Andra setelah pintu lift tertutup dan menekan tombol lima, lantai tempat mereka tinggal.
Nadin tak memberi respons. Ia sengaja menulikan telinganya.
"Nadin," panggil Andra, kali ini sambil menatapnya. "Lo besok malam free gak?" tanyanya mengulang.
"Sibuk, banyak jadwal gue," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Masa sih?" tanyanya sangsi.
"Emang mau ngapain sih? Pake nanya-nanya jadwal gue."
"Mau ngajakin lo dinner lah, Nad. Emangnya gak mau ya, lo dinner bareng gue?"
"Gak mau." Nanti kalau gue naksir lo lagi berabe. Lanjutnya dalam hati. "BTW, lo bisa stop berhenti telepon sama spam chat gak sih?"
Andra mengulum senyumnya saat Nadin menegurnya. Matanya mengerjap sebentar, lalu ia menjawab, "kalau gak bisa stop gimana?"
Nadin menatapnya jengah. "Serius?"
Andra mengangguk yakin. "Kenapa emangnya? Ke ganggu ya?"
Pake nanya segala, pea!
"Iyalah! Gak sadar lo?!" kali ini suara Nadin meninggi, saking kesalnya dengan sikap Andra yang sangat-sangat menyebalkan ini.
"Dinner sama gue ayok," ajaknya tak mau menyerah.
"Hubungannya apa sih?!"
"Kalau lo mau dinner, gue janji deh berhenti telepon atau spam chat lagi. Gimana? mau gak?"
Nadin mendengus. "Beneran?"
Andra mengangguk mantap. "Mau?"
"Oke. Tapi janji ya, berhenti telepon-telepon gue sama spam chat gak jelas itu?" katanya seraya mengangkat jari kelingkingnya dan memaksa Andra, agar mau menautkan jari kelingkingnya satu sama lain.
"Iya janji."
"Kalau ingkar, awas aja!" ancam Nadin dengan ekspresi wajah galak. Seperti bersiap-siap akan menerkam orang.
"Nad."
"Hmm."
"Lo–" ucapan Andra menggantung saat pintu lift terbuka dan menampakkan seorang perempuan yang tadi Nadin lihat di tempat ia kerja.
"Andra, kok lama banget sih," rengeknya dengan ekspresi wajah yang cemberut.
Nadin memutuskan untuk keluar dari lift lebih dulu, daripada Andra yang masih berdiri mematung di sana. Ia cepat-cepat berjalan menuju unitnya, agar ia gak perlu melihat mereka. Bukan apa-apa, hanya saja kejombloan di dalam diri Nadin seringkali meronta-ronta setiap kali melihat orang-orang berpacaran.
"Mbak, tetanggaan ya Andra?" tanya cewek itu tiba-tiba.
Nadin terkesiap. "Iya?"
"Halo, nama gue Chika. Kakak sepupunya Andra, salam kenal," katanya memperkenalkan.
"Ah, iya... Nadin," balasnya dengan canggung.
"Kita kayaknya bakalan sering ketemu deh, jadi gak salahkan kalau kita kenalan?" ucapnya lagi.
Nadin mengangguk kecil.
Ia sama sekali gak tertarik berbicara dengan cewek yang bernama Chika itu. Terlebih lagi, ia sudah dua kali salah memasukkan pin unitnya. Fokus Nadin jadi terbagi. Antara Chika yang berusaha mengajaknya bicara atau mengingat-ingat pin unitnya lagi.
"Gue duluan ya, Nad," pamit Chika setelah sadar kalau Nadin lagi gak mau diajak bicara.
"Kenapa?" tanya Andra pelan.
"Gapapa, masuk aja. Jangan pedulikan gue," ucapnya seraya membuka pin unitnya sekali lagi, dan lagi-lagi PINnya salah. Nadin akhirnya menyerah. Ponselnya bergetar dan Nadin buru-buru membukanya.
Pesan masuk dari mamanya.
Kalau kamu mau tau pin apartemen kamu yang baru, silahkan pulang ke rumah.
Nadin menghela napas kasar.
Dengan kesal ia menendang pintunya. Ia mencoba menghubungi mamanya yang dengan sengaja beliau reject.
"Angkat dong, Ma," gumamnya pelan.
Reject.
Nadin menelpon lagi.
Dan, di reject lagi.
Ia berdecak kesal. Dan terkesiap, saat melihat Andra masih ada diluar.
"Kenapa gak masuk?"
"Lo sendiri, kenapa gak masuk?" tanyanya balik.
"Diisengin nyokap."
"Mau masuk sebentar? Sambil nunggu nyokap lo angkat telepon?" tawarnya.
Nadin mencoba menimbang-nimbang. Mengingat udara malam ini dingin dan ia tidak memakai baju yang hangat, pada akhirnya setuju. Setidaknya ia ada tempat untuk beristirahat sebentar.
"Thank you," ucapnya tulus yang Andra balas dengan anggukan kecil.
"Ka, Nadin ikut istirahat sebentar ya di sini!"
"Iya!"
Saat ia masuk, aroma Apple masuk ke indra penciumannya. Terasa menyegarkan dan sejuk. Barang-barang Andra gak terlalu banyak, hanya ada sofa, meja makan dan barang-barang yang memang diperlukan saja. Dindingnya yang berwarna putih kelihatan polos karena gak ada pajangan apa pun yang menempel. Apartemennya keliatan banget luas, mungkin karena ia gak menaruh banyak barang gak penting.
Nadin memutuskan untuk duduk di sofa, sambil sibuk mengirim chat di grup keluarganya. Yang jelas-jelas mereka abaikan. Terutama mamanya.
Mama Nadin mengirim pesan lagi kepadanya.
Pulang. Gak ada tawar menawar!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments