Denial

Sepanjang pesta ulang tahun Mama yang katanya diadakan 'kecil-kecilan' itu. Nadin memilih berbaur dengan ketiga sahabatnya, alih-alih bersama Andra. Ia sengaja memperkecil intensitas interaksi dengan dia. Karena... Nadin gak mau kalau ia sampai kembali jatuh cinta sama dia. Ayolah, dia itu mantan Nadin yang super super ngeselin. Nadin gak pernah lupa, saat-saat dulu mereka masih pacaran. Dan kalau sampai mereka balikan lagi, Nadin pasti akan kembali merasakan penderitaan itu lagi. OH NO!

"Lo berantem ya sama pacar lo?" tanya Rosa sambil berbisik di dekat telinganya.

Nadin menggelengkan kepala. "Gak tuh. Yakali baru pacaran udah berantem."

"Trus kenapa lo disini? Alih-alih berdiri deket sama pacar lo, kenapa malah deket-deket sama kita?" tanya Rosa lagi.

"Tau nih. Kasian tau pacar lo kayak anak ilang gitu," tambah Yumi.

"Emangnya kenapa sih? gak boleh gue disini?"

"Gak boleh. Haram hukumnya buat orang pacaran deket-deket kita." Rosa mendorong tubuh Nadin agar menjauh dari mereka. Ia jelas tak terima, ingin melakukan aksi protes. Namun pelototan dari Mamanya membuat ia mengurungkan niat. Nadin mau tak mau, harus berdekatan dengan Andra lagi.

Saat tatapan mereka beradu. Nadin melempar senyum iklan pasta gigi. "Sorry, gue gak maksud jauhin lo."

"It's okay, Nad. Gak perlu minta maaf."

Duh, Andra kenapa jadi pengertian gini sih? Kemana perginya sifat nyebelinnya itu? Kenapa jadi perhatian terus sama Nadin?

Lagu selamat ulang tahun dinyanyikan sambil bertepuk tangan. Semua orang bergembira menyambut hari kelahiran Mama Nadin yang ke-50 tahun. Ah, Nadin baru sadar kalau usia Mamanya sudah setua itu. Tapi, kenapa Mamanya kelihatan awet muda? Nadin tebak, pasti Mamanya melakukan botox dan berbagai perawatan lainnya. Agar kulitnya tetap kencang dan keriput.

Melihat Mamanya tersenyum bahagia seperti itu, Nadin jadi ikut merasakan bahagia. Kalau saja Mamanya tidak bertingkah menyebalkan dan tidak memaksa kehendak anaknya. Mungkin... Rasa sayang Nadin pada Mamanya akan berlimpah. Dan mungkin saja, ia akan berdiri disamping Mamanya. Alih-alih ikut berdiri diantara kerumunan orang-orang.

Gak cuma Nadin saja. Tapi kedua kakaknya pun, memilih untuk menjauh dari kerumunan daripada ikut berdiri disamping Mamanya. Merayakan pesta hari ulang tahunnya.

Keluarganya memang kacau balau.

Nadin yakin, nanti setelah para tamu pulang. Mamanya akan mengomeli kami bertiga habis-habisan. Tapi, Nadin gak begitu peduli. Toh, nanti yang dimarahin gak cuma Nadin seorang. Tapi kedua kakaknya pun, akan ikut dimarahi.

Nadin melirik Cakra tajam, yang sejak beberapa detik lalu ia sadari. Kalau cowok itu terus menatapnya. Dia berdiri tak jauh dari tempatnya.

"Kak," panggil Nadin pelan. Andra menatapnya. Uh, Nadin kok jadi degdegan sih? "Gak jadi deh," katanya pura-pura sambil mengalihkan tatapan dengannya. Padahal memang gak ada hal yang mau Nadin katakan.

Andra menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa gak jadi?"

"Gapapa. Tadi, cuma lupa aja mau ngomong apa," elaknya dengan gelagapan.

Andra terkekeh pelan. Tangannya yang besar, mengacak-acak rambut Nadin gemas. Sialnya, hatinya malah ikut diacak-acak.

Nadin menarik nafasnya dalam. Ia harus bisa menjaga dirinya agar gak baper, hanya karena Andra bersikap demikian.

Semangat, Nadin! Lo pasti bisa! Bisa gila!

"Dia ngeliatin kita terus, Nad," bisik Andra membuat Nadin terkesiap.

"Siapa?" tanya Nadin tanpa menatap ke arahnya.

"Cakra. Cowok yang katanya mau dijodohin sama lo."

Ternyata, gak cuma Nadin aja yang sadar kalau Cakra terus menerus memperhatikannya. Lalu, tanpa Nadin duga. Andra menarik pinggangnya pelan agar lebih dekat dengannya.

Dia berbisik kembali, "biar kelihatan kalau kita beneran pacaran."

Mampus!

Jantung Nadin sama sekali gak bisa diajak kerja sama. Ia jadi gugup dan gak tau harus mau ngapain. Senyum yang ditampilkannya pun, kelewat dipaksakan.

"Hahaha... Kak Andra kok mau sih, jadi pacar pura-puranya gue?" tanya Nadin penasaran dengan berbisik, agar semua orang disekitarnya gak menguping pembicaraan mereka.

"Kalau lo ya minta, apapun bentuk permintaannya gue bakalan mau," jawabnya.

Apa ini? Kenapa Nadin merasa senang dengan jawabannya. Ia menahan bibirnya agar tidak tersenyum.

"Termasuk balikan sama gue?" Bego! Kenapa Nadin malah bertanya seperti itu? Memang ya, Nadin kalau udah kelewat senang, otaknya suka gak berjalan dengan baik.

Andra tersenyum merekah. Kupingnya memerah, tatapannya beralih kearah lain. Tunggu? Kenapa dia kelihatan salah tingkah gitu?

"Mungkin," jawabnya setelah menguasai diri dari salah tingkahnya.

Nadin jujur saja merasa senang. Ia bahkan gak lagi berusaha menahan diri untuk menahan senyumnya. Tatapan keduanya beradu. Lalu, tawa berhamburan. Mereka bertingkah seolah-olah dunia milik berdua, sedangkan yang lainnya ngontrak. Dan Nadin merasa kegirangan sendiri, karena ia masih ada kesempatan buat menjadi pacar sungguhannya Andra.

Lalu, ia tersadar kembali... Gak! Gak mungkin! Nadin menggeleng cepat.

"Eh ngomong-ngomong, lo gak ada pacar, kan?" tanya Nadin lagi. Sejak kemarin ia melupakan satu fakta itu. "Gue nanya itu, soalnya takut kalau gue tiba-tiba dilabrak. Terus disangka selingkuhan lo lagi," tambahnya.

Andra menggelengkan kepala. "Terakhir gue pacaran sama lo."

Sebelah alis Nadin naik. "Serius?"

"Iya. Gak percaya Lo?"

"Iyalah. Masa cowok seganteng lo bisa jomblo selama itu."

Dengan tampang secakep artis luar negeri. Andra pasti gampang banget dapet cewek, karena seingat Nadin. Saat mereka masih jaman sekolah aja, yang naksir dia bejibun. Dari yang wajahnya cantik banget sampe yang cantik aja, pada naksir sama dia. Jadi, wajar saja dong kalau Nadin meragukan satu fakta itu.

"Jadi, lo mengakui kalau gue ganteng gitu?" tanyanya jumawa.

Yailah! batinnya. Kalau Andra gantengnya gak kebangetan, mungkin standard cowok Nadin gak akan setinggi langit.

Nadin mengedikkan bahu. "Setelah putus sama gue kenapa gak pacaran lagi?" tanya Nadin penasaran.

"Gak ada cewek secantik lo soalnya."

Apa-apaan ini?! Kenapa alasan Nadin dan Andra bisa sama? Nadin sedikit merasa sombong, karena dia berhasil membuat cowok ganteng satu itu gagal move on. Nadin gitu loh!

"Sekarang giliran gue yang nanya. Lo sendiri, kenapa gak punya pacar?"

Nadin menimbang-nimbang. Apakah ia harus menjawabnya dengan jujur atau berbohong? Kalau Nadin jawab yang sejujurnya, mungkin itu akan nyakitin Andra. Karena... Alasan Nadin gak mau punya pacar lagi itu. Karena ia takut dapet cowok modelan kayak dia.

"Lagi gak mau pacaran aja sih. Gue lebih milih fokus ngejar cita-cita." Ia memilih jawaban paling aman.

"Bukan karena takut punya pacar kayak gue lagi?"

Nadin menatapnya bingung. Kenapa Andra bertanya seperti itu? Apakah dia tau alasan yang sebenarnya?

"Gak lah!" elaknya. "Gue emang lagi gak mood pacaran aja. Lagian, gak ada cowok yang mau jadi pacar gue kali," tambahnya, merendah diri.

"Gue mau kok. Mau jadi pacar lo."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!