Usman mengatakan pada istrinya bahwa mulai besok jika ia ingin bepergian keluar maka ia akan diantar oleh Bintang, sontak saja Miranda merasa keberatan dengan keputusan sepihak yang dikatakan oleh sang suami akan tetapi Usman mengatakan bahwa keputusan yang sudah ia ambil sudah final dan ia tidak boleh membantah keputusan yang sudah dibuat.
“Tapi kenapa harus selain Vicko?”
“Kamu masih bertanya alasannya padahal aku sudah mengatakan jangan membantah perintahku?”
“Aku butuh alasan Usman, katakan padaku alasannya.”
“Kamu yakin ingin benar-benar mendengarkan alasannya?”
“Iya, katakan padaku apa alasan kamu melakukan semua ini padaku.”
“Baiklah kalau memang kamu ingin tahu, alasan kenapa aku melakukan semua ini adalah karena aku tahu selama ini kamu bermain api di belakangku.”
Miranda nampak terkejut dengan ucapan Usman barusan, sontak saja ia mengelak dan mengatakan kalau tuduhan yang dikatakan oleh Usman itu adalah sebuah hal yang tak berdasar.
“Bagaimana bisa kamu menuduh istrimu sendiri bermain api dengan orang lain, Usman?”
“Kamu pikir aku ini tidak memiliki mata dan telinga yang setiap saat melaporkan apa saja yang sudah kamu lakukan?”
“Tapi Usman, kamu jangan langsung memercayai apa yang anak buahmu katakan, bisa saja mereka mengatakan itu hanya untuk mengadu domba kita saja kan?”
“Kamu benar sekali, akan tetapi sayangnya mata-mataku itu selalu saja memberikan informasi terperinci dan tidak sembarangan yang membuatku bisa memercayai apa yang mereka infokan padaku.”
“Ya Tuhan, aku sungguh tak percaya ini.”
“Lakukan saja Miranda, kalau kamu berani membantah maka sama saja kamu mengakui dosamu padaku dan kamu tahu sendiri kan kalau aku tidak akan mengampunimu kalau sampai semua kebenaran itu terkuak?”
****
Keesokan harinya Miranda nampak tengah gelisah sekali di halaman belakang rumah, ia merasa gelisah karena sebelumnya selalu Vicko yang mengantarkan dirinya pergi ke mana pun akan tetapi justru sekarang malah
Bintang yang akan mengantarkannya.
“Bagaimana ini? Aku tidak akan bisa leluasa kalau Bintang yang mengantarkanku.”
“Mama kenapa di sini dan tidak sarapan?” tanya Tri yang melihat mamanya sendirian di halaman belakang rumah seperti orang yang begitu gelisah.
“Tidak apa-apa kok, nanti saja Mama menyusul.”
“Mama sedang ada masalah, ya?”
“Tidak sayang, sudah sana kamu sarapan saja dulu kan
kamu akan berangkat ke kantor.”
Tri menganggukan kepalanya dan kembali masuk ke dalam rumah, sementara itu Miranda diam-diam berjalan menuju rumah belakang dan masuk ke dalam rumah itu hingga menemukan Vicko yang baru saja keluar dari kamarnya, pria itu nampak terkejut karena menemukan Miranda di sini.
“Nyonya apa yang anda lakukan di sini?”
“Vicko, apakah ada orang di sini selain kita?”
“Tidak Nyonya, memangnya ada apa?”
Tanpa basa-basi, Miranda langsung mencium bibir Vicko dengan ganas dan Vicko sendiri tidak melakukan perlawanan apa pun, ia menuruti saja pa yang dilakukan oleh wanita ini padanya.
****
Miranda dibawa masuk ke dalam kamar Vicko, mereka melakukan hal tersebut karena Miranda yang memaksa Vicko melakukan hal itu karena ia mengatakan hanya dengan cara itu stres yang ia alami bisa berkurang.
Miranda pun mengatakan kalau mulai hari ini mereka tidak akan dapat menghabiskan waktu bersama karena Usman menggantikan posisi Vicko dengan Bintang.
“Saya sudah tahu soal itu, tuan Usman sudah bicara pada saya sejak beberapa hari yang lalu.”
“Usman sudah mengatakannya padamu dan kamu tidak menginformasikan apa pun padaku?”
“Saya minta maaf Nyonya, saya tak bermaksud merahasiakannya dari Nyonya, akan tetapi saya takut kalau saya buka suara maka tuan Usman akan memecat saya.”
“Kamu yang membocorkan rahasia ini pada Usman?”
“Apa maksud, Nyonya?”
“Rahasia hubungan terlarang kita selama ini, Usman sudah mengetahuinya.”
“Apakah Nyonya bercanda?”
“Apakah raut wajahku ini nampak seperti orang yang tengah bercanda di matamu?”
Vicko memerhatikan wajah Miranda yang tidak nampak bercanda saat ini hingga akhirnya ia pun percaya bahwa apa yang Miranda katakan memang benar adanya.
“Lalu bagaimana ini, Nyonya?”
“Kamu tenang saja, aku akan pastikan kalau Usman tidak akan tahu orang itu adalah kamu dan kamu tidak akan kehilangan pekerjaanmu.”
“Terima kasih, Nyonya.”
Miranda hendak kembali mencium bibir Vicko akan tetapi ketukan pintu kamar membuatnya mengurungkan niatnya dan hal tersebut malah membuatnya panik.
****
Vicko membuka pintu kamarnya dan menemukan Bintang yang tengah berdiri di sana, Vicko pun bertanya kenapa Bintang datang ke sini.
“Aku penasaran saja kenapa kamu tidak ada di depan, biasanya kamu sudah siaga di depan kan?”
“Bukankah sekarang statusku sopir cadangan? Aku jadi memiliki banyak waktu luang di kamar.”
“Benar juga, ngomong-ngomong apakah kamu melihat di mana nyonya Miranda? Tuan Usman menyuruhku mencarinya.”
“Nyonya Miranda? Aku tidak tahu, mungkin dia ada di sisi lain rumah ini kan?”
“Benar juga, sih. Kalau begitu aku pergi dulu mencarinya sebelum tuan Usman akan lebih marah padaku.”
Bintang pun kemudian segera pergi dari rumah belakang untuk melanjutkan misinya mencari Miranda, setelah kondisi aman maka Miranda pun keluar dari tempat persembunyiannya, ia mengatakan pada Vicko untuk jangan
mengatakan apa pun pada Bintang.
“Nyonya tenang saja, saya tidak akan mengatakan apa pun pada kakak saya itu.”
“Awas saja kalau kamu berkhianat, bukan hanya kamu akan kehilangan pekerjaanmu akan tetapi kamu juga akan kehilangan nyawamu.”
Setelah itu Miranda pun keluar dari rumah belakang dan berusaha untuk bersikap biasa saja supaya Bintang nantinya tidak curiga padanya.
“Nyonya Miranda, anda dicari oleh tuan Usman.”
****
Miranda pergi menemui suaminya di dalam rumah, Miranda bertanya apa lagi yang ingin suaminya ini katakan padanya.
“Ingat pesanku Miranda, jangan pernah coba pergi sendiri dari rumah ini kecuali dengan Bintang.”
“Iya suamiku tercinta, aku ingat itu.”
Setelah itu Usman langsung pergi begitu saja dari rumah tanpa mencium atau memeluk Miranda layaknya pasangan suami istri lain, Miranda nampak berdecak kesal dengan kelakuan suaminya yang lebih mirip robot dibanding manusia.
“Ya Tuhan, bagaimana bisa aku menikah dengan pria itu selama hampir 33 tahun? Menyedihkan sekali aku menghabiskan sisa usiaku dengan pria membosankan seperti dia.”
Miranda kemudian memanggil Bintang untuk datang menghadapnya dan Bintang pun segera pergi menemui sang mama mertua.
“Anda memanggil saya, Nyonya?”
“Iya, saya butuh kamu untuk mengantar saya ke sebuah tempat sekarang.”
“Baik Nyonya, saya akan siapkan mobil.”
Bintang pun kemudian pergi keluar untuk menyiapkan mobil sementara di dalam kepala Miranda sudah terancang bagaimana ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
“Percuma saja Usman, kamu tidak akan bisa menghentikanku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments