Pagi yang cerah telah tiba, gadis itu mengucek kedua matanya kemudian memandangi ke sekitar, pandangannya masih berkunang-kunang karena ia tampaknya masih mengumpulkan nyawa.
Nampaknya saat ini matahari terlihat terik, ia pun terperanjat dan bangun dari tempat tidurnya dengan terburu-buru.
Tunggu-tunggu..
Bukannya..
“Hah? Bukankah kemarin aku tidur di sofa?” tanyanya aneh.
“Kalau tidak salah kemarin Putra Mahkota datang mencari ku kan..” tukasnya sembari mengingat-ngingat kejadian semalam.
Hem entahlah, sofa itu terlihat rapi seperti tidak dipakai tidur, apa semalam ia hanya berhalusinasi saja karena pengaruh obat kemarin?
“Tapi tidak ada mimpi buruk... aku merasa segar setelah bangun tidur.” tukasnya sembari menggeliat.
Mata itu pun kembali sayu, ‘Aku hanya bermimpi hal yang memilukan.’
Lucy pun menarik lonceng yang tersimpan di atas nakas kemudian menggoyangkannya untuk memanggil Flona, dan gadis itu pun muncul setelah beberapa menit berlalu.
“Ya Nona Lucy..” sahutnya menghampiri.
“Aku bangun siang seperti pemalas, kenapa Flona tidak membangunkan ku?” tanyanya merasa tak enak, ia juga memikirkan akan seperti apa nanti Marchionest Lagherta dalam menilai sikapnya yang lalai terhadap waktu.
Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya, “Yang Mulia berkata kelas Nona hari ini diliburkan dan menyuruh Nona untuk beristirahat dan memulihkan kesehatan Nona terlebih dahulu.” jelas Flona sembari menunduk.
“Ah.. aku tidak merasa sakit kok?” ucapnya berkesan bertanya.
“Tadi pagi Yang Mulia berkunjung, badan Nona panas.. dan Nona kelihatan gelisah.” tukasnya sembari menuntun Lucy kearah meja rias.
“Saya rapikan rambut Nona terlebih dahulu ya..” sahutnya dengan lembut sembari meraih sisir dan merapihkan surainya dengan terampil. Gadis itu hanya mengangguk mengiyakan.
‘Lho, kok Reygan berkunjung ya? Ku kira dia tidur disini.’ batinnya aneh.
‘Aneh banget, untuk disebut mimpi, ini terlalu nyata, lagi pula badan ku terasa sakit karena kemarin memaksakan tertidur dengan badan memiring di sofa.’ tuturnya merasa aneh.
“Jika hari ini libur, akhirnya aku bisa bersantai lagi walaupun hanya satu hari.” ujarnya diiringi senyuman lebar.
“Nona silahkan basuh wajah anda terlebih dahulu, saya akan menyiapkan air mandi.” tukasnya setelah membawa wadah air, dan gadis itu hanya menurut sambil berpikir ini sangat menyegarkan.
Walau sebelumnya dia cukup sulit untuk menerima dunia barunya, dia juga sebenarnya amat kesulitan dalam beradaptasi di tempat baru nan asing seperti ini.
Namun ingatan tubuh Lucy cukup dapat membantunya, setidaknya Lucy cukup bersyukur akan hal itu. Hingga pada akhirnya gadis itu terbiasa dan lama kelamaan menikmati hidupnya sebgai Lady bangsawan.
Hanya saja, ‘Kematian membuatku tidak tenang.’
Kini gadis itu pun berendam didalam bathub, ditemani Flona yang tengah membaluri shampo ke rambutnya. Gadis itu juga cukup terbiasa mengikuti rutinitas lady bangsawan seperti ini, dimana segala tindakan dan keperluannya tidak dilakukan sendiri, namun dilayani oleh mereka.
‘Awalnya hal seperti ini membuatku canggung sih.‘ gumamnya dalam hati.
‘Walau setahun lebih telah berlalu, aku tidak menyangka diacara perburuan yang diselenggarakan di tahun lalu Lucy berpartner dengan Sir Emillo, saat itu.. setidaknya Lucy yang asli masih hidup kan.’ tukasnya tanpa tenaga.
‘Ah... apa yang Sir Emillo pikirkan ya ketika saat bertemu aku malah menanyakan namanya lagi.. aku terlalu gegabah.. padahal mereka pernah bertemu.’ lanjutnya merasa frustasi.
“Nona lemaskan otot anda..” omel Flona yang tengah memijat kepala Lucy. “Ah baiklah-baiklah, aku tadi sempat memikirkan beberapa hal.” jawabnya sembari memejamkan mata.
‘Jika dipikirkan, aku memasuki tubuh Lucy dengan kondisinya yang tidak baik. Flona mengatakan Lucy telah pingsan selama 5 hari. Jika dipikirkan para pelayan di kediaman Count selalu berbisik soal perburuan itu.’ pikirnya tiba-tiba.
‘Mereka bilang, Nona mereka berubah semenjak kejadian itu..’
Gadis itu mengangkat sebelah alisnya dan berpikiran keras, ‘Sebenarnya ada kejadian apa yang menimpanya di perburuan kemarin? Hingga Flona berharap Lucy melupakan kejadian itu.. terlebih..’
‘Kamu memilih hilang dan menarikku ke dunia ini?’
Ia berpikir semua kejadian ini membuatnya semakik masuk akal.
‘Dan aku tidak bisa terpaku akan Novel yang kubaca sendiri.. karna semuanya tidak berjalan sama.’ asumsinya.
“Ah iya ngomong-ngomong, bagaimana ya soal Sir Emillo.” tukasnya tiba-tiba teringat suatu hal, dan Flona hanya menatap kikuk, “Soal Nona Sheyra ya?” tanyanya memastikan.
“Yaa, apa pencarian tentangnya sudah ada kemajuan.” tanyanya bingung mengingat hingga saat ini Sir Emillo masih belum mengatakan apapun.
“Yah Sir Emillo juga menitipkan pesan ke pada saya, katanya akhir-akhr ini beliau tidak bisa menjaga Nona untuk menemui beberapa informan secara langsung.” jelas Flona sembari mengguyurkan air ke setiap helaian surai Lucy dengan perlahan.
“Jadi sekarang Sir Emillo tidak ada disini?” tanyanya penasaran.
“Tidak Nona.”
“Waah~ Kalian jadi keliatan makin dekat ya. Cocok juga sih.” timpal Lucy yang tiba-tiba. Dan gadis bersurai coklat itu memerah padam seketika, “No-nona! Anda tidak boleh berkata seperti itu, Sir Emillo akan merasa terhina nanti! Bagaimanapun juga saya hanya pelayan pribadi anda, saya tidak akan berani-”
“Kau juga tetap keluarga bangsawan kan..” potong Lucy tiba-tiba. ‘Yah mau berkata seperti itu pun, bukankah hukum takdir mengatakan Emillo untuk tetap mencintai Lucy? Melihat reaksi Flona yang malu-malu begini membuatnya tersenyum miris..’
‘Yaa, Sir Emillo memang tampan sih.. tapi..’
“Ibu saya memang bersaudara dengan Ibunda Nona.. tapi saya tetaplah rakyat biasa Nona. Lagi pula saya hanya akan hidup dan mendukung Nona dengan sepenuh hati! Saya belum terpikirkan untuk menikah sama sekalii~” ujarnya diiringi senyuman lebar.
“Ada ada saja Flona..” tukasnya sembari menggeleng-gelengkan kepala.
“Nona diamlah!!” sebalnya ketika Lucy sedari tadi tidak mau diam.
“Ahh baik-baiklah~” kekehnya yang senang menjahili Flona.
...***...
Lucy kini hanya memakai pakaian rumah saja dan duduk di tempat tidur, sebenarnya ia ingin melakukan beberapa kegiatan ini itu. Namun Flona bersikeras melarangnya.
Jadi saat ini gadis itu hanya duduk ditempat tidur sembari mengemili disert yang Flona bawakan, dia merasa seperti gadis pemalas saja.
“Katanya aku demam. Apa aku terlalu memaksakan diri dalam belajar sihir ya, atau aku kelelahan dalam mempelajari ilmu pengetahuan? Aku juga tidak menyangka akan bangun tidur saat matahari sudah terik.” gumamnya aneh.
Dia dapat menyembuhkan apapun dengan kekuatan sihirnya, tetapi ia tidak bisa menghidupkan orang yang mati. Jika tubuhnya sudah seperti ini, ia pun tidak bisa apa-apa. Artinya ia sudah mencapai batas kemampuannya, dan di novel pun.. Lucy yang terlihat kuat, tegar, dan selalu terlihat baik-baik saja itu ternyata memiliki fisik yang tidak begitu baik.
‘Jadi jelaskan padaku, selama ini bagaimana kamu bisa untuk tidak menunjukan kelemahanmu di depan semua orang? Yah kecuali soal cintanya yang bertepuk sebelah tangan.. semua orang sudah tahu soal itu.’ mirisnya diakhir kalimat.
“Entah kenapa ini terasa hambar.” tukasnya sembari menatap makanan manis itu, gadis itu pun turun dari tempat tidur dan pergi kearah balkon, disana ia menutup kedua matanya dan menghirup udara secara perlahan. Deburan angin membawa surainya berterbangan.
“Andaikan aku bisa seperti ini setiap hari.” keluhnya dengan wajah cemberut.
“Jadi calon ratu ini sebenarnya ingin hidup dengan bermalas-malasan ya?” timpal seseorang tiba-tiba.
KYAAA!
Gadis itu terperanjat dan berteriak karena kaget, ia pikir siapa... ternyata hanya Putra Mahkota yang tiba-tiba muncul disampingnya.
“Yang Mulia! anda membuat saya kaget..” lirihnya sembari mengusap dadanya yang teras akan jantungan.
“Begitukah?” tanyanya tak merasa bersalah.
“Ha.. lagi pula anda kenapa masuk kamar saya seenaknya.” sindir gadis itu.
“Pintu kamarmu terbuka lebar tuh, lagi pula kenapa Lucy berdiri di depan balkon.” lirihnya bernada khawatir.
“.... Anda takut saya akan melompat dari atas sini?” tanyanya heran. Bukannya menjawab, Pria itu malah menatap kearah lain.
‘Dia kenapa sih?’
“Tenang saja, saya tidak mungkin kabur Yang Mulia. Lagi pula surat perjanjian itu mengatakan jika saya melanggar perjanjian, maka Ayah saya akan mati terbakar dengan sihir.” tukasnya diiringi senyuman yang terpaksa.
“Tidak, bukan seperti itu..” bantah Pria itu yang entah kenapa ekspresinya terlihat kesal.
Dia terkekeh, jadi alasan Lucy tetap bertahan disampingnya karena ini, di samping hal menakutkan itu Lucy juga bertahan karna mencintainya. Jadi intinya, semua flan yang ia rencanakan selam ini jatuh berantakan.
Gadis itu menghela nafas kesal, kenapa perjanjian ini seberat itu sih sampai-sampai harus melibatkan sihir? Dan kenapa hanya Lucy yang harus ditekankan?
‘Jadi kalau Putra Mahkota yang melanggar, tidak apa-apa gitu?’ lirihnya pasrah.
Lucy pun melamun, semalam Lucy yang asli memberinya mimpi, dimana disana terdapat Count Barayev dan juga Yang Mulia Raja, tidak lupa dengan Putra Mahkota itu yang ada di sampingnya.
Count Barayev terlihat mengiris salah satu jemarinya dan meneteskan darahnya kepada kertas perjanjian yang dilindungi lingkaran sihir yang kuat.
‘Jika dipikirkan, kenapa mereka sampai segitunya.. apa mereka benar-benar takut kalau gadis ini akan pergi melarikan diri?’ tukasnya heran.
Dan juga.. kenapa Ayah Lucy tidak mengatakan hal itu kepadanya, apa dia takut membuat Putrinya khawatir?
Ini memang aneh, namun Lucy merupakan gadis yang memiliki kekuatan sihir yang unik.
“Yah, pada akhirnya saya harus menghadapi altar itu ya..” ujarnya tanpa sadar, karna sedari tadi gadis itu hanya melamun sendirian.
“Maaf?” tanya Pria itu dengan Dahi yang mengkerut.
“Ah.. tidak.Maksud saya-saya tidak sabar menantikan hari itu..” jawabnya panik.
“Bukannya kamu menolak pernikahan ini ya?” tanya balik Pria itu, Lucy memekik kesal. ‘Maunya apa sih?’ ketusnya sebal.
“Yah.. bagaimanapun saya tidak diberikan pilihan lain disini.” ujarnya dengan senyuman kecil.
Raut wajah Pria itu terlihat aneh. “Jadi kamu terpaksa bersamaku..”
“Ya..?” tanyanya bingung.
“Lupakan.” ujarnya sembari berbalik dan pergi meninggalkannya, namun tak lama kemudian Pria itu kembali menghanpirinya. Gadis itu hanya menatap tingkahnya yang membingungkan, dengan cekatan Pria itu menempelkan telapak tangannya di dahi sang gadis berniat untuk mengecek suhu tubuhnya, dan Pria itu memekik kesal.
“Masih panas, kamu tidak boleh banyak bergerak. Ayo kembali ketempat tidur.” omelnya sembari mengangkat Lucy seperti buntalan karung.
“Heup! Anda ngapain sih!!” ucapnya mual, gadis itu beberapa kali memukuli punggung Pria itu namun tidak dihiraukan.
‘Alih-alih cepat sehat, kau mengangkutku seperti barang ini membuatku pusing tahu!’ tukasnya merasa mual.
Tak memakan waktu lama, akhirnya Lucy kembali duduk ditempat tidur. ‘Masa sih menghirup udara saja tidak boleh, lagian aku gak merasa badanku panas tuh.’ kritiknya dalam hati.
“Beristirahatlah.” timpalnya sembari berbalik, Pria itu hendak pergi meninggalkan kamarnya. Namun dengan cekatan Lucy meraih pergelangan tangannya. “Tunggu!” cekalnya tiba-tiba.
Ia pun terdiam dan menoleh kearahnya, “Ada apa?” tanya Pria itu bingung. Baginya ini hal yang jarang terjadi, karna biasanya Lucy akan menyuruhnya untuk cepat-cepat pergi dari kamarnya.
“Begini, katanya.. anda menerima surat undangan pesta perayaan kedewasaan Lady Chevelle ya.” lirihnya pelan-pelan, raut wajah Lucy terlihat gelisah, kedua jemarinya sedari tadi tidak mau diam selain meremas selimutnya. Ia berpikiran apa Putra Mahkota akan menolak tawarannya untuk pergi bersamanya ke pesta perayaan Sheyra sebagai Partner?
“Oh si Putri Baron itu.” tukasnya nampak tidak tertarik dengan topik pembicaraan ini.
“.... ” Lucy tidak dapat berkata-kata. Gadis itu hanya mematung dengan mulut menganga.
‘Si Putri Baron itu? Reaksi macam apa itu, padahal dimasa depan dia adalah gadis yang sangat kamu dambakan tuh’
“Yaa, apa anda akan menghadirinya?” tanya gadis itu penasaran, jemarinya kini menggaruk rambutnya yang tak gatal.
“Dia memintaku menjadi Partnernya.” jawabnya tanpa ekspresi, Pria itu terlihat menghela nafas dan membuang muka.
“APA?! Tidak tahu malu sekali ya untuk gadis sekelas PUTRI BARON!!”
‘Ups!! Aku keceplosan! Kenapa harus didepan orang ini si!’ cercanya sembari memukuli mulutnya beberapa kali.
“Huh? (눈‸눈)” dengan cekatan pemuda itu menoleh kearah gadis itu, namun saat ini perempuan iu hanya tersenyum manis seperti biasa.
“Apa aku salah dengar?” tanyanya bingung.
“Maaf?” tanya balik gadis itu.
“???” Kira-kira ekspresi wajahnya menunjukkan tanda tanya seperti itu.
“Ahh.. tidak Yang Mulia, saya hanya kesal. Karna dia sudah merendahkan saya dengan tidak mengirimkan satu undangan hanya kepada saya.” jawabnya diiringi tatapan pilu.
“Jelas sih.”
“Apa?!”
“Tidak.”
“(╬ Ò ‸ Ó)”
Kali ini Pria itu tertawa, dan Lucy hanya mengernyit aneh. “Anda salah makan ya?” tanyanya dengan wajah yang terlihat tidak bebersahat.
“Tidak, makananku selalu disajikan dengan baik oleh koki dapur istana.” jawabnya yang sukses membuat Lucy ingin memukul wajahnya. ’Wah mengerikan..’ batin Pemuda itu.
“Baiklah-baiklah, jadi apa yang Lucy inginkan?” tanyanya sembari duduk ditepian tempat tidurnya, tangannya kini terangkat untuk mengacak-acak puncak kepala gadis itu.
‘Peka kayak gini dong dari tadi!’ decihnya sebal.
“Oke pertama-tama saya ingin Anda menolak tawarannya.. tapi itu mustahil ya..” lirihnya yang kini berwajah murung.
‘Dia pasti menerimanya ya.. mereka kan belahan jiwa.’ keluhnya pasrah.
“Kenapa mustahil? tanpa kamu memintanya pun aku sudah mengirimkan surat penolakan.” jawabnya dengan lancar, gadis itu membulatkan matanya hebat, ia tidak percaya dengan perkataan Pria itu.
“Kenapa anda melakukan itu..” tanyanya merasa tak mungkin.
“Kenapa Lucy menanyakan hal itu?”
“Hah?”
“Bukankah sudah jelas karna aku tunanganmu? Untuk apa aku menerima ajakan Lady lain? Lagi pula tampaknya akhir-akhir ini dia sudah bertingkah kurang ajar ya kepada tunanganku.” tukasnya diiringi senyuman miring.
‘Lho... ini beda nih..‘
“Makanya, apa Lucy mau menghadiri pesta itu sebagai partner saya?”
“Apa?” tanyanya masih diam mematung. Ini terlalu tiba-tiba dan ini.. cukup sulit untuk membuatnya mengerti keaadan saat ini.
‘Loh-loh kenapa jadi begini? aku tidak salah dengar, dia menolak Sheyra?’
‘APA?’
‘KENAPA?!’
‘Aku tidak menaruh ekspektasi lebih ketika permintaanku memungkinkan untuk ditolak, tapi aku lebih tidak menyangka ketika Pria itu menolak calon kekasihnya dimasa depan!’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments