Sebuah kereta kuda dengan lambang istana kini berhenti di kediaman Count Barayev. Gadis itu turun dengan Harrison dan Flona yang tengah menyambut kedatangannya dengan hangat.
Melihat kondisi Lucy yang terlihat pucat pasi begini sukses membuat mereka merasa khawatir ke padanya. Lucy juga merasa limbung ketika turun dari kereta kuda. Walaupun satu tahun aku tinggal didunia ini, kereta kuda masih saja tidak bersahabat dengan ku.
“Nona.. biar saya bantu.” pintanya sembari membantu Lucy memapahnya. Ia membantu Lucy menuntunnya dengan baik, ia hanya berpikir bahwa Lucy saat ini terekena mabuk perjalanan lagi. Hanya saja ia sedikit bersyukur karena Lucy telah mengalami kemajuan dengan tidak memuntahkan isi perutnya ketika turun dari kereta kuda seperti sebelumnya.
“Lucy..” panggil Pria paruh baya itu dengan khawatir.
“Ayahanda menunggu saya?” tanya gadis itu diiringi senyuman manis semerbak bunga Peony.
“Bagaimana hari ini Lucy?” tanyanya penuh perhatian.
“Menyenangkan Ayah~ Ayah tidak perlu khawatir, sebaiknya Ayahanda segera masuk, udara malam tidak begitu baik untuk kondisi tubuh anda.” usul gadis itu penuh kekhawatiran.
Tampaknya Lucy cukup menikmati peran Ayah-Anak ini dengan hangat. Ia hanya merasa bersyukur dan juga bahagia ketika mendapatkan kasih sayang orangtua seperti ini, walaupun setidaknya ada sedikit perasaan canggung diantara mereka.
Di novel hubungan mereka digambarkan sangat tidak baik, keduanya hanya berpaling dengan perasaan masing-masing. Lucy yang mengira sang Ayah yang tidak peduli kepada Putrinya, dan sang Ayah yang menganggap bahwa sang Putri membencinya. Hubungan mereka hanyalah sebuah hubungan keluarga yang didasari atas kesalah pahaman.
Namun Lucy aka Raflesa yang saat ini telah berhasil meluruskan hubungan kesalah pahaman ini selama satu tahun. Ia mendekati tuan Count dengan bertingkah yang tidak seperti yang tidak biasanya.
“Ayah. Aku ingin berbelanja, berikan aku uang jajan!” tuturnya yang disebut-sebut baru saja bangun dari pingsannya selama beberapa hari.
Mereka meyakini bahwa perubahan tingkah Lucy ada kaitannya dengan hilang ingatan yang disebabkan akan tekanan mental.
Sang Ayah yang merasa bersalah kini mencoba berubah dengan bersikap lebih perhatian kepadanya, ia menganggap dengan tingkah Lucy yang selalu memintanya uang sebagai bentuk sikap manja dalam mencari perhatiannya kepada sang Ayah.
“Ayo makan malam bersama, koki dapur telah menghidangkan steak kesukaanmu.” ajak sang Ayah yang sukses membuat netra gadis itu berbinar terang.
“Baik ayo makan bersama~”
...***...
Usai makan malam dengan harmonis, kini Lucy tengah duduk dimeja riasnya diiringi Flona yang tengah mengeringkan rambut Lucy dengan handuk. Ia merasa segar kembali setelah menghabiskan waktu dengan berendam diri selama setengah jam.
Saat ini pukul menunjukan jam 9 malam, mungkin aku bisa memanfaatkan waktu sebelum tidur dengan mengumpulkan segala rencana agar aku bisa menghindari kematian dimasa depan nanti. Katanya ide akan bermunculan sebelum tidur.
“Flona.. aku minta pena dan kertas ya.” serunya diiringi wajah berseri-seri. Ia rasa mood gadis itu telah kembali. Tidak seperti sebelumnya yang marah-marah, gadis itu nampak bersenandung indah dengan ceria.
Tanpa perlu memakan waktu, Lucy kini duduk di meja belajarnya dan bersiap menulis beberapa plan yang bermunculan dibenaknya.
Plan A, memutuskan hubungan dengan Putra Mahkota dan menjadi penerus keluarga Count hingga dapat menikmati kekayaan harta yang melimpah hingga tua nanti.
Plan B, mengumpulkan harta dan melarikan diri dari Kerajaan Garfield ke kerajaan lain.
Plan C, mengambil hati Putra Mahkota dan membuatnya jatuh cinta.
Plan D, bersikap acuh tak acuh menghadapi perselingkuhan Reygan di masa depan. Hingga nyawanya menjadi tidak terancam.
Ketika di tatap kertas berisikan semua plan itu, entah kenapa wajahnya kini terlihat kesal ketika melihat plan ketiga. “Apa sebaiknya poin ini aku hapus saja ya? Jika aku mencoba membuatnya jatuh hati, kurasa ini hal mustahil deh. Lucy saja tidak pernah berhasil menaklukan hati Pria batu itu hingga akhir.” pikirnya yang entah kenapa membuat gadis itu merasa dongkol.
“Sebaiknya aku melakukan plan A saja. Tapi bagaimana caranya memutus hubungan ini dengan Putra Mahkota ya?” tanyanya dengan ujung bulu pena yang menempel di pipinya.
Mengingat bahwa segala usaha dan tindakannya yang tidak pernah berhasil ketika Lucy mencoba melarikan diri dari jeratannya. Jika di perhatikan, “Yang Mulia Raja sepertinya benar-benar kukuh atas pernikahan ini.” tuturnya benar-benar serius.
Jika ia memilih plan untuk melarikan diri, maka nyawanya juga bisa jadi taruhannya. Aku juga hanya akan hidup dalam pelarian jika memilih plan seperti itu.
Brakk!
Sebuah pintu dibuka dengan tergesa-gesa. Pelaku dari perbuatan itu adalah Flona yang saat ini tengah terdiam dengan nafasnya yang terengah-engah. “Ada apa Flona?” tanyanya benar-benar kaget. Dengan refleks tangannya kini menyembunyikan kertas itu kedalam laci.
“Anda harus segera bersiap-siap Nona! Kereta kuda istana tiba memasuki pekarangan rumah. Sepertinya Yang Mulia datang untuk menemui anda!” jelasnya secara terburu-buru. Saat ini gadis itu tengah sibuk memilah pakaian untuk Lucy di balik lemari bajunya.
Wajah gadis itu terlihat jengkel, hari sudah malam-malam begini, dia mau apa datang kesini?!
...***...
Usai berpakaian dengan rapih, gadis itu pergi kearah ruang tamu dimana Putra Mahkota tengah menunggu kedatangannya. Tepat didepan pintu ruangan itu, Lucy melihat Sir Emillo yang tengah berdiri tegap disana, saat ini Pria itu tengah menatapnya kemudian memberi salam kepadanya.
“Yang Mulia ada didalam.” tutur Pria itu dengan nada ramah.
Lucy hanya mengangguk kemudian membuka Pintu ruangannya, Flona yang mengikutinya dibelakang kini hanya menunggunya di luar bersama Sir Emillo. Usai memasuki ruangan itu, Lucy mendapati pemandangan yang mengejutkan dimatanya.
Ia melihat sang Ayah tengah berbincang formal dengan tunangannya.
“Ayah.. kenapa anda disini?” tanya gadis itu dengan perasaan khawatir. Ia hanya merasa khawatir bahwa sang Ayah yang kondisinya sedang tidak baik mendengar kabar keributan tentang mereka tadi sore.
“Ayah hanya ingin menyapa kepada calon menantu. Walaupun beliau bukan tamu Ayah..” tukasnya dengan sedikit tawa yang dipaksakan.
Lucy hanya melirih bingung dengan raut wajah Ayahnya yang terlihat aneh. Tapi.. kenapa Ayah seperti tidak senang ya? Padahal Putra Mahkota kan merupakan menantu idaman beliau.
“Ekhem!” dehem Pria itu dengan lantang.
“Mohon maaf~ berikan kami sedikit waktu untuk mengobrol empat mata.” cela Reygan sembari menumpangkan sebelah kakinya dengan kedua tangan yang terlipat rapi di depan dada. Tidak lupa dengan sorotan matanya yang tajam seolah meminta kepada sang Ayah untuk segera ‘menyingkir dari sini sekarang juga.’
Lihatlah sikap angkuhnya itu. Lucy hanya mendecih tak suka. Beberapa waktu berselang, diruangan itu kini menyisakan dua insan manusia yang entah kenapa diiringi suasana yang gelap dan juga hampa. Atmosfer saat ini benar-benar membuat dadanya kesulitan bernafas.
Lagi pula, dia mau sampai kapan seperti itu sih? Kepalaku rasanya mau bolong! Kenapa dari tadi Pria itu hanya diam sembari menatap wajahku seperti ini sih?
Huft, sebaiknya aku yang mengalah.
“Apa Yang Mulia merindukan saya? Bukankah kita telah bertemu di istana tadi sore?” tanya gadis itu benar-benar ramah. Lucy hanya tidak ingin memancing keributan ketika berada dirumahnya.
Alih-alih menjawab, Reygan malah meresponnya dengan tawaan remeh.
“Ffft..”
Dia tertawa? Ya Dewa.. ada apa dengan Pria ini sih? Apa dia tidak bosan membuatku merasa kesal setiap hari?!
“Saya serius, apa yang membuat anda repot-repot sampai bertamu malam-malam begini?!” tanya perempuan itu yang masih berusaha menahan amarahnya.
Ia merasa tak suka ketika Pria itu hanya diam sembari meminum teh yang entah menghabiskan gelas ke berapa ini.
Ia tidak menjawab, Pria itu malah berdiri kemudian meghampirinya. Tangannya kini terangkat untuk menarik tengkuk gadis itu secara paksa. Respon Lucy cukup kaget sehingga menumpahkan tehnya yang masih panas itu ketangan.
“Ugh..” ringisnya yang merasa kepanasan. Kulit putihnya kini terasa melepuh akibat menerima terpaan air panas sebelumnya.
Kini ia menoleh tajam kepadanya, “Apa yang sedang anda lakukan saat ini?!” bentaknya dengaan perasaan kesal.
“Jangan kesenangan begitu, aku hanya ingin hubungan kita menjadi semakin akrab. Bukankah inii wajar dilakukan oleh sepasang kekasih, Lucy?” kilah Pria itu setelah melepaskan tengkuknya dengan kasar. Yang ia lakukan saat ini juga hanya duduk bersantai disebelah Lucy.
Hanya ingin menjadi akrab? Diwaktu malam yang seperti ini?! Dimana sih letak kewarasan otak itu?!
“Menjauh dari saya Yang Mulia?! Lagi pula bertamu malam-malam begini bukankah menyalahi etiket bangsawan?” cercanya sembari menarik diri untuk menghindari Pria itu.
Namun Pria itu malah menarik pinggang Lucy yang sukses membuat gadis itu tersungkur jatuh dipelukannya. Bukannya melepaskan Lucy, Reygan saat ini malah semakin erat memeluk tubuhnya.
“Anda sudah gila?!” rontanya tak suka, beberpa kali lengan gadis itu memukuli dada bidangnya, namun Pria itu benar-benar diam tanpa meresponnya.
“Bukankah berkat seseorang, aku jadi harus repot mengunjungimu begini?” bisik Pria itu diiringi senyuman miring.
“Hah?”
“Tentu berkat seseorang yang sibuk mencela dan mengajak ribut hari ini.” celanya dengan tatapan licik. Pandangan mereka saat ini benar-benar dekat, kini dengan paksa Pria itu membuat kepala Lucy bersandar di dadanya. Walaupun gadis itu tidak ada hentinya untuk memberontak.
“Apa sih?!” decihnya tak suka dan mencoba menepis pergelangan tangan Reygan, Pria itu hanya menghela nafas.
“Diam!” tajam Pria itu. Kesabarannya bagaikan setipis tisu yang mudah robek, kini berkat teriakannya Lucy hanya mematung diam dipangkuannya.
Jika aku semakin melawan, dia hanya akan menekan ku dengan kekuasaan. Tapi dia itu kenapa? Aku tidak pernah ingat ada adegan seperti ini di novel.
“Kedatanganku saat ini hanya untuk memberi tahu kepadamu, bahwa pertunangan kita takan pernah bisa dibatalkan begitu saja.” bisiknya dengan tajam. Gadis itu menoleh dan melotot kearahnya.
“Tidak bisa? Kenapa begitu?! Saya ingin membatalkan pertunangan ini Yang Mulia!” sanggahnya yang merasa tidak setuju dengan keputusan Reygan. Namun yang ada saat ini hanyalah Pria itu dengan tatapannya yang seolah tidak tertarik menanggapi masalah ini.
“Perjanjian tentang pertunangan ini resmi dan juga sah di atas kertas. Jadi sebaiknya berhenti melakukan hal yang akan sia-sia hingga kedepannya. Karena aku tak berniat menyetujui keinginan mu Lucy.” jelasnya yang benar-benar membuat Lucy merasa hilang akal.
Ya Dewa.. apa yang salah dengan kepalanya.. apa kepalanya terbentur disuatu tempat? Kenapa dia berubah dan bersikap aneh yang tidak seperti biasanya begini?!
Tak berlangsung lama, jemari tangan Pria itu kini meraih beberapa helai rambut pirangnya. Ia menicum dan menghirup dalam dari aroma rambutnya yang terasa manis. “Kamu memang selalu cantik, Lucy.” bisiknya yang terdengar benar-benar lembut.
“Yang Mulia.. hentikan sikap tak sopan anda begini..” tolak gadis itu yang berusah menghindari kontak mata dengannya.
Andakan benar-benar tidak pernah tertarik kepada saya? Lantas kenapa tiba-tiba jadi begini?! Bukankah di pesta kemarin, Yang Mulia berkata tidak akan melanjutkan hubungan ini sampai kejenjang pernikahan?!
“Lucy, jangan terlalu memikirkan perkataan ku kemarin. Itu hanya bercanda.” sanggahnya tiba-tiba. Tatapan mereka kini bertaut kembali, raut wajah Lucy benar-benar kelihatan kesal saat ini.
“Argh! Apa maksudnya? Anda menganggap hal yang serius itu sebagai candaan?” gerutunya sebal. Dari pada itu, ia menggerutu kesal, kenapa Pria itu bertingkah seolah bisa membaca isi hatinya?
“Haha, jadi Lucy sepertinya marah karena perkataan kemarin ya?” tanya Pria itu diiringi tawa kecil. Tawaannya benar-benar terdengar lembut.
Apa itu? Dia tertawa kepadaku?
“Sejak kapan Yang Mulia memikirkan perasaan saya?!” tanyanya kesal kemudian mendorong dada Pria itu dengan sekuat tenaga.
Pada akhirnya ia berhasil terlepas dari pelukan Pria itu setelah bersusah payah. Wajahnya terlihat menunduk, ia menggertak kesal dengan perlakuan sembrona yang dilakukan Pria itu kepadanya.
“Berhenti bertingkah dan pulanglah!” usir gadis itu dengan lantang.
Netra ruby yang tengah menatapnya itu kini bergetar. Sekilas tatapan datarnya berubah menjadi tatapan sesih yang dipenuhi rasa putus asa.
“Setidaknya katakan alasannya..” lirihnya pelan.
“Apa?”
“Katakan alasan mu yang bersikeras menolak pertunangan ini, Lucy..” lanjutnya yang seolah meminta Lucy penjelasan.
Iris kecoklatan itu hanya memutar dengan perasaan malas. Ia terlihat menghela nafas dengan berat. Dengan berat hati ia membisikan sebuah kalimat tabu kepadanya.
“Sesuatu telah berubah, ini karna saya tidak lagi mencintai Yang Mulia seperti dulu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
kembarRuby
Ayo semangat thor, kalo genrenya kerajaan gweh siap mendukung 💪
2023-08-01
2
Celyn Oktavius
yaaa
2023-08-01
2
Kalikia
lanjutt
2023-08-01
3