Wajah Lucy nampak memerah padam seharian ini, ia juga kini masih teringat akan perlakuan Putra Mahkota yang akhir-akhir ini agak aneh ke padanya.
“Bisa apa? Bisa gila!” lirihnya sembari membenamkan kepalanya di bawah bantal. Ia nampak memukuli tempat tidurnya berkali-kali.
“ARGH..” jeritnya membuat Flona dan Sir Emillo teraneh-aneh dibalik pintu kamarnya.
Entah sejak kapan, jiwanya sebagai Raflesa menghilang, dan sifatnya dengan alami mengikuti tubuh Lucy, apa berdebar-debar dan jatuh cinta memang perasaan Lucy yang sesungguhnya juga? Ia saat ini cukup merasakan jatuh hati setelah sekian lamanya..
‘Ini berkat Lucy ya? Karna aku tidak pernah merasakan cinta dalam hidupku.. jangankan mencintai seseorang, aku sendiri tidak pernah dicintai maupun diinginkan.’ lirihnya bernada sendu.
“Lucy, ternyata kita punya satu sisi yang mirip yaa.” tukasnya diiringi tawaan kecil.
“Haah..” gadis itu tampak menghela nafas berat.
“Nona, anda baik-baik saja?” tanya Flona dibalik pintu, seharian ini Lucy mengurung dirinya di kamar sendirian.
“Aku tidak apa-apa Flona, jangan khawatir.” lirihnya sedikit berteriak.
Bukan karena apa, namun.. “Jika aku bertemu dengannya, entah kenapa aku merasa jantungku akan meledak..” pikirnya merasa aneh.
Gadis itu termenung, kemudian ia teringat kembali dengan salah satu plan yang ia buat, apa mencuri hati Reygan masih ada harapan? Jika seperti itu.. “Aku tinggal memisahkan dia dari Sheyra.. namun jika takdir harus berjalan sebagai mana mestinya.. aku akan diam tak peduli, dan pergi saat hari pernikahan ku tiba.” tukasnya dengan wajah memurung.
Jika terpikirkan, dengan kekuatan sihir yang dimilikinya, Lucy bisa meninggalkan istana ini dan melepaskan tali kekangnya dari Putra Mahkota, nemun karena cinta ia rela bertahan dan pada akhirnya, pengorbanan itu berakhir dengan kematiannya yang tragis.
“Aku tidak apa-apa, aku rela hidup dalam pelarian.. mungkin sebaiknya seperti ini, tapi sampai kedepannya aku masih mengharapkan menjalani kehidupanku dengan baik.“ ujarnya diiringi dengan senyuman pahit.
“Yah, jika memang harus seperti ini, aku tidak bisa menolaknya, sungguh pusaran takdir yang kejam.”
“Lalu, aku masih penasaran soal penyihir itu.. dan mengapa gelagat Rean saat disana terlihat aneh.” pikirnya aneh, ia merasa ada suatu hal yang mengganjal pikirannya.
Karna seingatnya Putra Mahkota Reygan akan mengunjungi tempat itu saat diam-diam kencan dengan Sheyra, yaitu berpura-pura berpakaian seperti rakyat dan berkeliling dipasar tradisional kerajaannya dengan penuh suka ria.
’Ia bilang, yang tinggal di toko antik itu adalah seorang Penyihir wanita, bukan seorang Pria. Seolah-olah ia sudah mengenali tempat itu, memangnya kapan dia pernah datang kesana?’
“Mungkin aku bisa berteleport dan pergi kesana lagi.” tukasnya yang ingin memastikan lagi, namun tiba-tiba Flona mengetuk pintu kamarnya, dan sepucuk surat dilengkapi hadiah Cristal bunga anyelir tiba di tangannya“Rupanya Ayah mengirim kabar.” ujarnya diiringi senyuman kecil.
...Lucy Putriku tersayang, bagaimana kabarmu diistana?...
...Maaf Ayah baru menjawab suratmu nak, Ayah berharap, kamu putriku yang paling manis di dunia ini selalu dalam keadaan sehat dan hidup baik-baik saja....
...Kabar ayah selalu baik, bisnis yang ayah rintis mulai membaik lagi. Dan terimakasih untuk segalanya, ayah sudah menemukan bunga kristal anyelir ini sehingga ayah bisa menghadiahkannya untukmu....
...Maafkan ayah nak.....
^^^-Harrison Fleur Barayev^^^
“Fufu.. suratnya cukup pendek.. namun tulisan tangannya terasa begitu tulus... entah kenapa perasaan ku cukup membaik.” sahutnya sembari menyimpan suratnya di dalam laci.
‘Rupanya lubang tersembunyi itu telah ditemukan ya.. saatnya keluarga Barayev kembali berjaya.. bagaimana Lucy?’ batinnya terasa tenang dan puas.
Disimpanlah Cristal bunga Anyelir pemberian sang ayah di atas nakas. “Bunganya memang cantik sih.. tapi.. aku lebih suka buna peony merah muda.” komentarnya terhadap bunga.
“Dengan Cristal bunga, maka bunga itu akan abadi..” lirihnya sembari terkulai lemas.
“Tapi tidak dengan kehidupan manusia ya..”
‘Lucy tidaklah abadi, Lucy hanya manusia yang memiliki darah seorang penyihir.. lantas dari mana ia mendapatkan darah penyihir ini.. apakah Ibunda yang menghilang itu?’ batinnya yang kembali berpikiran keras.
Tok.. tok..
Lamunannya terbuyarkan ketika mendengar ketukan dari pintu kamarnya, “Nona Lucy, Yang Mulia berpesan ingin melakukan Tea time sore ini dengan anda.” tukasnya dengan nada yang khas, dia adalah Sir Emillo.
“Huh.. dia sampai seperti ini. Baiklah, aku akan berias.” jawabnya dibalik pintu kamar.
“Baik Nona.”
...***...
Cukup lama Lucy berpakaian dan berias tipis, gadis itu kini mengikuti Flona yang mengantarkannya ke arah rumah kaca.
‘Kemarin disini.. aku rasa dia memelukku dengan tulus.’ gumamnya gugup.
Tapi ia menggeleng-gelengkan kepalanya lagi, ‘Tidak-tidak, bisa saja ini hanya trik agar aku tidak pergi dari sisinya..’ batinnya berwaspada.
Sampailah ia memasuki rumah kaca, mendapati Putra Mahkota yang tengah menunggunya dengan pakaian yang rapih. Entah kenapa Lucy merasa, saat ini Putra Mahkota ingin terlihat lebih baik dihadapannya.
“Lucy, duduklah.” tukasnya sembari mempersilahkan kursi untuknya. Dan gadis itu hanya menurut dengan ekspresi kikuk.
Sebuah roda hidangan manis disertai teh tiba diantarkan oleh salah satu pelayannya. Dan dari sana Putra Mahkota mulai mengambil alih dengan menuangkan tehnya dengan terampil lalu teh itu ia memberikannya untuk Lucy.
Gadis itu cukup menganga aneh. “Anda tidak perlu sampai seperti ini Yang Mulia..” sahutnya bingung, netra coklatnya sedari tadi tidak pernah beralih selain memandangi wajah Reygan yang terbilang sangat tampan bagai pahatan patung.
Pemuda itu hanya tersenyum. “Tidak apa-apa, sudah lama aku ingin melakukannya..” lirihnya sembari duduk dikursi hadapannya.
‘Sudah lama.. sejak kapan ya?‘ lirihnya dengan wajah tanda tanya.
“Kamu.. masih ingatkah pertama kali kita bertemu seperti apa?” ujarnya tiba-tiba.
“Ehe..” gadis itu berekspresi bingung. ‘Yang benar saja! Pertanyaan macam apa itu? tiba-tiba pula.. yang aku ketahui hanyalah mereka yang berteman sejak kecil, tidak ada kisahnya!’ batinnya panik.
Tidak tahu akan seperti apa, tapi reaksi pemuda itu cukup unik.. ya hanya tersenyum tipis.
‘Lho.. kenapa dia memaklumi ku?’
Σ(゚Д゚;)
“Kita bertemu saat kamu pertama kalinya datang ke istana. Saat itu Ayahmu tengah melapor kepada Yang Mulia Raja soal pekerjaan, dan.. aku bertemu dengan mu yang terpeleset di taman.” ceritanya tiba-tiba.
“L-loh Yang Mulia.. saya rasa itu adalah sesuatu yang memang pantas dilupakan.” tukasnya merasa malu, tak menyangka image pertemuan pertama mereka sememalukan ini.
“Mana bisa lupa, Lucy yang masih kecil terlihat lucu saat menangis.” gumannya diiringi tawa kecil.
‘Lagi-lagi soal menangis, apa ia terobsesi pada tangisan wanita( ͠° ͟ ͜ʖ ͡ ͠°)’ batinnya sebal.
Di novel juga, Reygan Garfield mencintai Shyera setelah melihatnya berlinang air mata.
“Yah, mulai dari situ.. kita sering bertemu dan Chemistry kita bertumbuh dengan baik. Hingga kamu menjadi teman bicaraku diistana.” lanjutnya bercerita lagi.
Wah.. “Masa lalu kita terlihat baik, Yang Mulia.” komentarnya dengan lembut, tapi kok.. ‘Dia seperti menceritakannya padaku yang lupa ingatan ya... entahlah, kesannya seperti itu.’
‘Lantas kenapa kamu bisa setega itu menyakiti Lucy..’
Waktu mengalir begitu saja ditemani obrolan ringan mereka, Tak terasa matahari telah terbenam, gadis itu bangkit dan pergi meninggalkan rumah kaca, perhatiannya kini teralihkan pada langit yang mulai membiru indah. Pemuda itu pun dengan senantiasa mengekori Lucy kemanapun gadis itu akan memijkkan kakinya.
Dan sampailah di suatu rerumputan yang masih berlokasi diistana. Gadis itu tiba-tiba tersenyum dan berputar arah menatap sang Putra Mahkota di belakangnya. “Saya ingat yang Mulia.. dulu kita sering menghabiskan waktu disini bukan?” tunjuknya kepada sebuah pohon rindang yang menjulang tinggi.
Reygan tersenyum dan mengangguk, “Syukurlah jika Lucy mengingatnya..”
‘Kenapa dia malah bernafas lega begitu?’
Ia duduk dan berbaring di atas rerumputan hijau, netra coklatnya kini menatap langit biru tua yang dipenuhi dengan bintang.
“Kemarilah Yang Mulia, langit akan terlihat indah jika kita menatapnya sambil berbaring.” ajaknya bernada ceria.
Deg..
‘Dialog itu..?’
Tanpa penolakan, Pria itu menurutinya dengan perasaan takjub. “Kenapa aku tidak melakukannya..“
“Dengan....”
‘Dia bergumam. Tapi tidak terdengar jelas..’
‘Dia bicara apa? Sebenarnya, kedepannya nanti, hal ini adalah hal yang akan Rean lakukan bersama Sheyra sebagai pemanis dari kisah cinta yang sejati..’
‘Apa anda tidak merasakan dejavu, ketika berbaring dengan Sheyra dibawah pohon ini? Seperti apa ya, perasaan Lucy ketika mengingatnya..’
“Cukup Deja vu, ya Yang Mulia? Bedanya dulu kita berbaring saat matahari terik bersinar.” tukasnya yang berganti alih dimana kini Lucy lah yang bercerita.
“Haha..” tawanya renyah sembari mengusap puncak kepala Lucy. Pemuda itu hanya berbaring dengan netranya yang terfokus kepada Lucy.
Deg..
Deg..
‘Lagi-lagi.. tapi terimakasih Lucy, terimakasih telah mengirimku ingatan yang lain.’
Sebuah bintang tiba-tiba jatuh dari langit, dengan antusias gadis itu bangkit dan mengepalkan kedua tangannya di depan wajah. Ia membuat permohonan, dengan berharap besar bahwa dewa akan mengabulkan keinginannya, Pria itu cukup mengernyitkan dahinya.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Pria itu bingung.
“Membuat permohonan?” jawab Lucy yang terkesan bertanya balik.
“Kalau begitu aku juga akan melakukannya.” ucapnya sembari mengikuti gerakan tangan Kucy.
‘Hah?’
“Permohonan apa yang kamu inginkan?” tanya pemuda itu sembari memejamkan mata.
‘Aku hanya ingin berumur panjang, dan berharap dapat menghabiskan sisa hidupku dengan sebaik-baiknya.’ batinnya dengan wajah termenung.
“Itu rahasiaa~” jawab Lucy dengan senyuman kecil.
“Kalau Yang Mulia? Anda membuat permohonan apa?” tanya balik sang gadis, ia cukup penasaran dengan permohonan apa yang akan pria itu minta, dimana ia sudah memiliki segalanya dalam hidupnya sebagai Putra Mahkota.
“Aku memohon agar permohonan mu terkabul.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments