Suatu malam yang gelap gulita, terdapatlah seorang gadis yang tengah berbaring dan tertidur lelap, namun ia juga terjaga di mimpinya. Gadis itu hanya tertawa miris ketika mendapati ingatan masa lalu yang akan datang kepadanya, “Sepertinya Lucy memberiku mimpi lagi.” lirinya ketika mendapati dirinya berdiri di lorong kegelapan yang tak ada habis-habisnya ini.
Ia hanya melangkah mengikuti sepucuk cahaya di depannya, dan itu menuntunnya kesebuah lorong istana. Awalnya, dia bergerak mengikuti kata hatinya, namun saat sampai ke tempat tujuannya, yaitu dimana ingatan dan mimpi itu terhubung, tubuhnya pun akan bergerak sesuai instruksi yang diperintahkan.
‘Pasti mimpi ini.. atau ingatannya akan segera dimulai ya.’ Batin Lucy ketika mendapati sekujur tubuhnya berubah, yang awalnya ia hanya berbalutkan sebuah gaun tidur, kini ia memakai Gaun hijau yang menjuntai panjang hingga ditemani sepatu haknya yang berdenting keras. Suara itu cukup memenuhi lorong istana yang terasa sunyi dan sepi.
Setiap tertidur, Lucy yang asli selalu memberinya mimpi seperti ini tentang masa lalu. Kadang dirinya berada dalam sudut pandang Lucy, atau gadis itu hanya terdiam di sdut ruangan dan memperhatikan semuanya. Kadang kala juga Lucy memberinya ingatan secara langsung, seolah ingatan itu menyatu dengan dirinya, atau seolah ia pernah melakukannya, tepatnya seperti ingatan masa kecilnya yang tiba-tiba muncul saat ia tengah bersama Putra Mahkota di rumah kaca.
‘Kali ini, mimpi apa yang akan kamu perlihatkan, Lucy?’ batinnya.
‘Tidak, sejak kapan Sir Emillo ada dibelakangku.’ Tuturnya ketika ia merasa kehadiran Pria itu yang mengikutinya dibelakang dengan berjarak 3 langkah.
Lucy tidak mengatur raut wajahnya dengan baik, ia hanya memasang raut wajah datar di setiap langkahnya yang anggun. Namun dengan ajaibnya, ekspresi Lucy kini berubah 180 derajat ketika Pria yang ia cintai muncul di ujung koridor. Pemuda itu Reygan Garfield, tunangannya terkasih.
Gadis itu kini mempercepat derap langkahnya sembari memasang senyuman yang paling indah dan cerah bagaikan seorang dewi. tepat di hadapan Pemuda itu, ia menarik gaunnya dan menyapa Putra Mahkota dengan suara merdunya. “Pagi yang cerah, Yang Mulia.” tutur katanya yang terdengar amat lembut.
Alih-alih membalasnya, Pria itu malah memasang raut wajah tak suka kepadanya. “Pagi-pagi sudah berkeliaran seenaknya diistana.” jawabnya dengan ketus. Lucy tidak terlihat marah dengan respon Putra Mahkota, melainkan ia hanya tersenyum hangat seperti biasa. “Saya percaya, suatu hari nanti Yang Mulia akan menatap saya seperti dulu.” lirihnya yang entah kenapa terasa pilu.
‘Sebenarnya, hal apa yang membuat Pria itu sampai bersikap seperti ini kepada Lucy?’ batinnya yang tengah menyaksikan mimpi ini.
Tubuh Lucy terlihat sakit, kaki Lucy terlihat bergetar. Ia memekik perih ketika memaksakan dirinya berpakaian sepatu hak tinggi.
“Ini karna pesta kemarin.” lirihnya yang cukup membuat fokus perhatian Putra Mahkota teralih kepadanya.
Sebenarnya di pesta kemarin, Lucy sibuk menyapa para tamu undangan sendirian, karena Putra Mahkota malah sibuk berpacaran dengan Sheyra, dan seharusnya pagi ini ia masih beristirahat, alih-alih seperti itu ia malah memaksakan bangun demi mengucapkan salam pagi kepada Yang Mulianya seperti biasa.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Pria itu dengan wajah mengernyit. Gadis itu kini terhuyung dan hampir saja terjatuh, namun dengan sigap Putra Mahkota menangkapnya, tanpa sengaja jemari mereka bersentuhan, yang entah kenapa membuat Putra Mahkota kini terlihat limbung dan bergelagat aneh.
“Maaf, saya sedang tidak sehat, saya tidak berniat-” ujarannya yang panik kini terpotong oleh lirihan Putra Mahkota, gadis itu hanya terdiam dengan wajah berkeringat dingin.
“Lucy?” potongnya yang terlihat kebingungan. Jemarinya Nampak terangkat menyentuh kening Lucy, dan Pria itu Nampak kaget mendapati suhu tubuhnya yang terasa panas.
“Kamu demam?!” tanyanya penuh perhatian. Lucy tidak menjawab, ia hanya menunduk menutupi wajahnya yang memerah padam.
‘Kenapa disaaat seperti ini aku harus merasakan debaran jantung anak ini sih?!’ batinnya kesal.
“Ini tidak adil, Anda bertingkah seolah membenci saya. Tapi setiap hari Yang Mulia tiada hentinya memanggil nama saya..” ujarnya bernada sendu sembari melepaskan cekalan tangan Putra Mahkota.
‘Ah.. mulut dan tubuhku bergerak sendiri.’
“Sebenarnya aku-” belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, panggilan seseorang yang nyaring cukup mengalihkan perhatian Reygan. “Yang Mulia!” seru seseorang dengan lantang hingga suara itu bergema, ya tentunya suara indah itu milik gadis bernetra emerald dengan surai merahnya yang semerah bunga mawar, Sheyra kekasih gelapnya.
“Kenapa anda menangis?” lirih Pria itu bernada khawatir, raut wajahnya teramat menampilkan kecemasan seolah ia takut telah terjadi sesuatu kepada Sheyra. Lucy hanya mematung ketika Pria itu melangkah menghampiri Sheyra seolah dirinya tidak terlihat diantara mereka.
Mata gadis itu cukup membulat ketika ia menyaksikan pemandangan hangat di depannya. “Apa anda pernah sepeduli itu kepada saya?” tanyanya pelan dengan tatapan yang kosong.
“Saya menunggu anda di rumah kaca sedari tadi! Yang Mulia bilang akan menemui saya disana, tapi saya malah melihat anda berduaan dengan Lucy disini!” rengeknya seperti anak kecil.
‘Hah? Lantas mahluk di belakang Lucy itu apa? Kau anggap Sir Emillo itu hantu?’ batin gadis itu mencibir kesal ketika dikatakan tengah berduaan saja dengan Putra Mahkota.
Para pelayan yang berlalu lalang kini menertawakan dirinya secara terang-terangan seolah mereka puas dengan pemandangan ini, Lucy yang merasa terhina hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah kata apapun, ia berbalik dan menatap Sir Emillo tanpa tenaga. “Tubuhku tidak sehat, Sir.. tolong antarkan saya kembali.” tukasnya diiringi senyuman yang dipaksakan.
Pemuda itu mengangguk kemudian menggendong Lucy ala Bridal Style. Gadis itu tidak bergeming selain mengalungkan tangannya dileher sang ksatria. Ia terkekeh miris, bahkan sampai gadis itu pergi seperti ini tampaknya Putra Mahkota tidak begitu mempedulikannya.
“Sekali-kali tidak apa-apa kan? Saya sedang sakit..” lirihnya tanpa tenaga.
“Nona tidak perlu khawatir.” jawab Pria itu sembari menghela nafas.
Diperjalanan mereka yang akan segera kembali ke istana Putri Mahkota cukup terasa hening dn berat, bola mata Lucy kini terlihat memerah, genangan air mata cukup memenuhi sang pelupuk matanya. Ia merasa keberadaannya saat ini sudah cukup jauh dari Putra Mahkota.
“Sir, bolehkah saya meminjam bahu anda?” tanyanya tiba-tiba, dan tanpa perlu berpikiran panjang, pemuda itu hanya mengangguk pertanda ia memberinya izin.
Dengan segala kesedihan yang bertumpuk, gadis itu membiarkan tangisnya yang sudah ia tahan sedari tadi pecah begitu saja. Setidaknya ia membutuhkan bahu untuk menerima tangisannya, dan dengan senang hatinya Ksatria Pribadinya ini menurut dan memberikannya.
“Apakah suatu hari, usaha saya akan dihargai?” tanyanya dengan tangisan yang tersedu-sedu. Pria itu tersenyum pilu dan mengangguk, ia hanya menjawab, “Ya Nona. Anda hanya perlu menunggunya.”
“Saya tidak mengerti, kenapa semua orang memaklumi tindakannya yang kurang ajar. Kenapa semua orang terlihat ingin merendahkan saya? Tidakkah seorang pun mau mempedulikan saya, memeluk saya dengan hangat, hingga memikirkan perasaan saya yang terluka?” lirihnya dengan tatapan sayu, tak berlangsung lama gadis itu nampaknya tertidur pulas dipangkuan sang ksatria akibat kelelahan menangis.
Ksatria Emillo memasang wajah geram mendapati kondisi Lucy yang sampai seperti ini. “Padahal tanggal pernikahan sudah ditentukan, bisa-bisanya Yang Mulia bertingkah mengecewakan seperti ini..” tuturnya dengan wajah geram.
Kini ia menatap nanar kearahnya, “Apakah anda akan bertahan di sampingnya? Lady Barayev yang dingin..”
“Atau Nona Lucy yang selalu tersenyum hangat?”
...***
...
Burung yang tengah bertengger di pepohonan kini berkicau dengan riangnya, sebuah tirai disibakkan, cahaya matahari pagi yang hangat kini menyentuh kulitnya yang seputih es. Gadis itu kini terbangun dari tidurnya, terbangun dari mimpinya yang panjang.
“Mimpi lagi.” lirihya yang merasa bingung dengan situasi itu. Namun ia hanya dapat menyimpulkan, bahwa mimpi itu menunjukkan betapa pedulinya Sir Emillo terhadap Lucy.
‘Tapi ini aneh.. aku berada dalam sudut pandang Lucy, ketika mata ku bertatapan dengan Rean.. aku merasa bola matanya yang berwarna merah itu tertutupi kabut..’ batinnya tampak bingung.
“Ya.. entah kenapa mata Yang Mulia seolah ditutupi warna ungu yang memudar...”
“Yang Mulia juga bertingkah seolah ia dikendalikan sesuatu.” Asumsinya tiba-tiba.
“Sebenarnya rahasia apa yang tidak aku ketahui dibalik kebenaran Novel ini?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
vio~~~~
oh aku ngerti sekarang, ternyata sebenarnya dari dulu tu reygan hanya mencintai lucy, tapi karena terkena sihir hitam dia jd cinta ma si seyra.. jangan2 si seyra penyihir hitam..🤔
2023-10-29
1