Chapter 9 : Surat (2)

Beberapa minggu telah berlalu semenjak kedatangannya di istana Cathalia, Lucy melalui kegiatan yang sama untuk di setiap harinya dan ini cukup membuatnya merasa bosan karena Putra Mahkota tidak mengizinkannya pergi meninggalkan isatana.

Rutinitas yang dilakukan Lucy seperti biasanya ialah pergi mengunjungi taman, belajar seperti biasa bersama Marchionest Lagherta, pergi ke perpustakaan untuk membaca buku, semua itu cukup mengisi kekosongannya di setiap hari, walaupun begitu rasa hampa di hatinya tidak juga kunjung hilang.

“Akhir-akhir ini aku juga menghindarinya.” tuturnya sembari menghirup wangi teh lemon yang hangat.

Maaf Lucy, dari pada teh hijau yang pekat.. aku lebih suka teh lemon hehe!

Sebenarnya dengan menggunakan alibi marah, Lucy tidak mau menemui Putra Mahkota sejak hari dimana suratnya di curi. Lucy selalu mengunci rapat kamarnya ketika Reygan berkunjung menemuinya, ketika ia mendapatkan ajakan tea time dan makan malam, gadis itu selalu menolaknya dengan mentah-mentah.

“Mungkin sikapku cukup membuat Pria itu jengkel HAHA~” tawanya yang pecah.

“Fyuh.. benar-benar membosankan. Rasanya aku ingin pergi bermain keluar..” tuturnya dengan tatapan yang sayu.

“Nona.. Yang Mulia mengirimkan sepucuk surat.” ujar Flona yang kini berdiri di ambang pintunya. Ia menoleh dengan tatapan matanya yang heran.

Dia memberiku surat? Untuk apa?

Diteriam sebuah amplop surat yang bersetempel kerajaan itu cukup membuat dirinya tertawa terbahak-bahak, sebenarnya Yang Mulia kenapa sih? Kita hanya perlu menggunakan kereta kuda untuk berkunjung ke istana satu sama lain, lantas dengan niat apa dia mengirimku sepucuk surat di sore hari?

Tunggu..

“Flona! Jangan-jangan Yang Mulia mengirimkan surat penangkapan karena aku sudah bersikap kurang ajar padanya?!” ocehnya dengan tubuh gemetaran, sedangkan Flona hanya mengedikkan bahunya ketika menghadapi sikap tak jelas dari Nona nya.

Tercium aroma farfum di balik sepucuk kertas yang cantik dengan dihiasi bunga lavender berukuran kecil. Lucy terlihat menahan tawa dibuatnya.. ekspresi apa yang dibuat Pria itu ketika melakukan ini ya? Ffuuff!

...Lucy ku terkasih

...

...Maaf atas perbuatan saya sebelumnya..

...

...Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi

...

...Jadi saya mohon untuk memaklumi kekhawatiran saya sebelumnya..

...

...Saya hanya khawatir bahwa Lucy akan pergi meninggalkan saya.

...

...Karna Lucy merupakan seseorang yang berharga untuk saya.

...

...Saya tidak ingin kehilangan sosok malaikat seperti anda

...

...Kehadiran anda benar-benar sangat...

......menenangkan hati,

saya sangat merindukan anda......

...yang tersenyum seperti malaikat.....

...Jika tidak keberatan, mau kah Lucy datang untuk makan malam dengan saya?

...

...

...

^^^Teruntuk kekasihku

^^^

^^^Reygan D Garfield

^^^

“Nona.. Fffuf.. bukankah anda tidak perlu membacakan s—surat ffuf! Itu dengan keras?” gelak tawa Flona yang berusaha ia tahan di perutnya.

“Ekhem..” dehem gadis itu dengan reaksi elegan nya. Dia hanya terdiam sembari memasukan kembali surat itu kedalam amplop, kenyataannya..

Hoek!

Dia sedang belajar membual kah? FFft hahha!

“Uhm.. sepertinya Yang Mulia mengirimkan saya surat karena sebelumnya saya menyindir beliau terkait tidak pernah mengirim surat kepada seorang Lady dehh..” gerutunya yang sebal ketika menerima surat itu dipenuhi hujanan pujian majas.

“Ini menggelikan!” tawanya yang kini pecah.

Ia bertanya-tanya, Pria datar seperti dirinya menuliskan surat manis seperti ini? Baginya ini sulit di percaya, tapi dari pada pusing memikirkan hal ini sendirian, akan lebih baik untuknya segera menulis surat balasannya. Usai menarik secarik kertas cantik, Lucy pun menulis surat jawabannya dengan amat antusias.

...Teruntuk Yang Mulia Reygan terhormat,...

...Mohon maaf sebesar-besarnya, ...

...jawaban saya adalah...

...tidak....

^^^^^^Lucy Fleur Barayev

^^^^^^

“Fufufu.. sampaikan surat ini padanya Flona.” titahnya diiringi gelak tawa yang puas dengan Flona yang kini pergi meninggalkannya.

Gadis itu terlihat menghela nafas dengan berat, ia sedikit bingung dengan sikap Putra Mahkota yang agak diluar nalar menurtnya. “Sebenarnya Yang Mulia kenapa bertingkah aneh seperti itu? Dia bertingkah seperti tidak biasanya.” oceh perempuan itu sembari membenamkan kepalanya di atas meja.

Seseorang di balik pintu yang tengah memperhatikan diam-diam dengan jubah merahnya hanya tersenyum lega ketika mendapati sang gadis memancarkan eksfresi hidup di wajahnya.

Akhirnya di tidak terlalu kelihatan lesu..

...***

...

Beberapa hari telah berlalu, untuk saat ini akhirnya ia mendapatkan sesi libur dari pembelajarannya bersama Marchionest Lagherta. Lucy yang merasa penat kini pergi mengunjungi taman mawar di sore hari. Kepalanya benar-benar pusing, ia penat dan merasa bosan menghadapi kurungan di istana seperti ini.

Bukankah ini terlalu berlebihan? Padahal dengan perjanjian sihir, aku tidak mungkin kabur dari posisi pertunangan ini.

Sir Emillo hanya mengikuti Lucy dengan diam dibelakangnya, beberapa hari ini dia telah di tempatkan sebagai Ksatria Pelindung oleh Putra Mahkota, sekilas memang terdengar romantis. Namun ini tidak ada bedanya dengan dirinya yang di awasi terus-terusan oleh mata dan telinga dari Putra Mahkota.

Walaupun aku tahu, Sir tidak mungkin melakukan itu. Tapi dia komandan pasukan kan? Apa tidak apa-apa?

Dengan perasaan gusar seperti orang gila, Lucy memetik sehelai tangkai bunga mawar lalu menggenggamnya dengan tanpa perasaan. Bukannya meringis kesakitan, perempuan itu malah terpaku untuk beberapa saat.

“Jika bunga terlalu memancarkan kecantikannya, ia hanya akan cepat layu dan mudah di buang.” tuturnya bernada sendu.

Nasib bunga terasa mirip seperti Lucy, dimana ia disanjung-sanjung dan di tuntut menjadi Ratu atas kemampuannya yang luar biasa. Hanya saja ketika ia tertuduh sebagai penjahat dan mencoreng nama baiknya sendiri, Putra Mahkota tanpa ampun membuangnya ke jurang lembah yang terdalam.

Bahkan ketika Lucy meronta kesakitan saat dibakar hidup-hidup, dia hanya diam.

Tangan cantiknya yang jenjang itu kini mengalirkan darah merah yang segar, ia menggenggam erat setangkai mawar werah tanpa mempedulikan rasa sakitnya. Ia merasa mati rasa dan juga gila jika harus mendekam di tempat seperti ini selamanya, apa aku memang tidak bisa angkat kaki?

“Nona, sudah cukup.” sanggah Pria itu yang tak senang dengan perbuatan Lucy. Gadis itu hanya tertawa miris.

“Apa yang cukup? Rasa sakit seprti ini tidak ada artinya, Sir.” tutur perempuan itu di iringi lengkungan senyum merekah di wajahnya.

Ya, jika di bandingkan kehidupan Lucy yang sesungguhnya.. luka seperti ini tidak ada apa-apanya. Toh jika aku gagal bertahan hidup, aku juga akan mati terbakar dimana rasa sakitnya lebih menyiksa.

Ksatria berambut putih keperakan itu kini terdiam membeku, ia tidak tahu harus membantah perempuan itu dengan perkataan apa. Yang jelas, ia merasakan dengan jelas bahwa perempuan itu terlihat putus asa ketika menginjakkan kakinya di istana.

Lucy terlihat menghela nafas, “Sepertinya aku ingin kembali.” ujarnya sembari membalikkan diri, ia rasa jalan-jalan di taman hari ini sudah cukup terpenuhi, jadinya untuk saat ini lebih baik ia kembali ke istana Chatalia.

Namun naasnya saat ia berbalik, yang ia dapati adalah Reygan dengan tatapan khawatir yang melekat di wajahnya. Wajah Pria itu terlihat gelisah ketika melihat darah mengalir dari tangan perempuan itu.

“Apa yang kamu lakukan..” tanyanya yang kini membalut pergelangan tangan Lucy dengan sapu tangannya.

Deg..

Netra coklat itu membulat, apa Lucy salah lihat? Kenapa Pria itu mau berlutut demi membalut lukanya yang tidak seberapa itu?

“Yang Mulia, saya tidak apa-apAA?!” teriaknya yang kaget ketika Putra Mahkota menggendong Lucy ala tuan putri dari dongeng kerajaan.

Keningnya berkerut kesal, “Apa yang anda lakukan?!” ocehnya yang berusah melepaskan diri.

“Diamlah!” tajamnya bernada ketus, dari pada membuang-buang tenaganya gadis itu kini memilih diam dengan bibir yang menutup rapat.

“Baik. Dasar keras kepal.” gumamnya pelan.

Lucy hanya memalingkan wajahnya ketika Pria itu menggendong dan membawanya ke sustu tempat yang paling dekat dengan taman, yaitu rumah kaca. Dengan lembut ia menurunkan Lucy dan menyuruhnya duduk di kursi yang ada, setelahnya Pria itu dengan antusias membawa kotak pertolongan pertama kepadanya. Jika di perhatikan, sepertinya dia berniat merawat luka gadis itu.

Sedangkan Lucy hanya bereaksi bingung melihat perlakuan Putra Mahkota kepadanya. Pupil matany bergetar, apa dia benar-benar mengkhawatirkan aku? Entah kenapa ke khawatirannya membuat aku ingin menangis..

“Yang Mulia, saya tidak perlu di obati. Apakah anda lupa? Saya seorang penyihir.” yjarnya yang kini menyentuh pergelangan tangan pria itu.

Reygan kini hanya terpaku dengan kapas yang masih berada di genggamannya.

Wajahnya tersentak kaget ketika melihat sinar keemasan yang muncul menyembuhkan lukanya dengan perlahan. Memang agak mengejutkan, tapi kini luka gadis itu benar-benar menghilang tanpa jejak.

“Ah.. apa yang ku lakukan.” tukasnya sembari memalingkan wajah, apa dia terlalu khawatir dirinya terluka hingga melupakan status gadis itu yang merupakan seorang penyihir.

Apa itu? Kenapa wajahnya sedih begitu? Lalu..

APA?!

Hatinya menjerit ketika melihat telinga Putra Mahkota berubah kemerahan, apa dia sedang malu karena perbuatannya yang sampai sejauh ini sehingga Pria itu memilih berpaling menatap yang lain? Itu cukup bingung di telaah, namun satu hal yang dapat Lucy mengerti saat ini ialah..

Apa aku bisa menganggap bahwa ini sisi manis dari tokoh utama Pria? Setelah di perhatikan, wajahnya memerah padam tuh.. aku tak salah lihat kan? Reygan yang dingin itu?

Fffuuf..

“Ups..” dia menutup mulutnya yang hampir saja ketawa dan membuat Pria itu menoleh ke arahnya dengan perasaan kesal.

“Jangan tertawa, aku hanya khawatir.” ocehnya tak suka, gadis itu kini malah melepaskan tawanya yang tak kuasa ia tahan lagi.

“T—tapi, Hahaha! Anda benar-benar konyol, saya penyihir Yang Muliahaha!” gelak tawanya sembari memukuli meja itu berkali-kali. Tak disangka Lucy bisa menyaksikan hal bodoh seperti ini dari peran utama Pria.

Mau dipikirkan pun ini aneh, memangnya bisa untuk seorang tokoh utama Pria mengkhawatirkan tokoh antagonis secara berlebihan begini? Yah agak tidak masuk akal sih..

Dengan cekatan telapak tangannya yang kecil terangkat kemudian menempelkannya di kening Pria itu yang masih saja berlutut di depannya.

“Yang Mulia sakit? Kenapa anda melakukan hal yang tidak biasanya seperti ini?” tanya gadis itu diiringi senyuman sumringah di wajahnya.

“Jangan tersenyum seperti itu!” ancamnya sebal.

“Ehh? Saya memangnya tersenyum seperti apa? Apa sebaiknya saya marah-marah seperti biasanya?” tanya gadis itu dengan tatapan aneh, ia hanya tidak mengerti dengan makna dari perkataan tersebut.

Bukan jawaban yang keluar dari mulutnya, namun yang Pria itu lakukan saat ini ialah menarik tengkuknya dan mengecupnya dengan hangat. Sesaat Lucy terlihat membeku dan tidak bisa memahami dengan situasi seperti ini.

Anda mencium saya? kenapa@#$%(**^%#!

“Y—yang Mulia? Apa yang anda lakukan?!” tanya Perempuan itu kaget.

Perubahan sikap Pria itu yang terbilang mendadak sukses membuat hatinya berteriak karena malu. Ia juga tidak mengerti dengan reaksi Pria itu yang memerah padam sampai seperti itu.

Sebenarnya anda kenapa?! Hwee ciuman pertamaku!

“Lucy, jangan menggodaku.” cibir Pria itu sembari mencium punggung tangannya dengan lembut.

“A—apa?! Apa maksud anda?!” gerutunya yang sebal ketika Pria itu berkata seolah menyalahkan dirinya.

“Padahal yang mencium saya itu an—”

Huh?

Pelukan hangat kini menerpa tubuhnya, Reygan kini membiarkan kepala gadis itu terbenam di dadanya, dengan gerakan lembut yang mengusap puncak kepala sang gadis, ia hanya terdiam sembari menyematkan senyuman indah di bibirnya.

“Luka mu memang hilang tanpa membekas Lucy, tapi tidak dengan rasa sakitnya.”

Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1 : Pesta Pertunangan
3 Chapter 2 : Kisah si Tokoh Antagonis
4 Chapter 3 : Tuan Ksatria dan Cintanya
5 Chapter 4 : Keributan yang Menyebalkan
6 Chapter 5 : Sesuatu Telah Berubah
7 Chapter 6 : Perasaan Yang Tertinggal
8 Chapter 7 : Harta Karun Tersembunyi
9 Chapter 8 : Surat (1)
10 Chapter 9 : Surat (2)
11 Chapter 10 : Kencan Pertama (1)
12 Chapter 11 : Kencan Pertama (2)
13 Chapter 12 : Permohonan
14 Chapter 13 : Antagonis yang sebenarnya?
15 Chapter 14 : Mimpi Masa Lalu
16 Chapter 15 : Kisah Penyihir Abadi
17 Chapter 16 : Siapa Disana?
18 Chapter 17 : Ditolak?
19 Chapter 18 : Berbunga-bunga
20 Chapter 19 : Perburuan Tahun Kemarin (1)
21 Chapter 20 : Perburuan Tahun Kemarin (2)
22 Chapter 21 : Perburuan Tahun Kemarin (End)
23 Chapter 22 : Apa hanya perasaan saya?
24 Chapter 23 : Perempuan Mengerikan
25 Chapter 24 : Penyihir Kegelapan
26 Chapter 25 : Awal Yang Baru
27 Chapter 26 : Pesta Kedewasaan Sheyra
28 Chapter 27 : Pertikaian
29 Chapter 28 : Teman Lama
30 Chapter 29 : Ajakan Dansa
31 Chapter 30 : Asal usul Sheyra (1)
32 Chapter 31 : Asal Usul Sheyra (2)
33 Chapter 32 : Kecurigaan Selama Ini
34 Chapter 33 : Finnaly
35 Chapter 34 : Kesalah Pahaman
36 Chapter 35 : Moment Sederhana
37 Chapter 36 : Makcomblang
38 Chapter 37 : Misi Dewi Asmara?
39 Chapter 38 : Festival Abadi
40 Chapter 39 : Lucy menghilang
41 Chapter 40 : Ketemu
42 Chapter 41 : Penyihir Misterius
43 Chapter 42 : Tidak Mungkin
44 Chapter 43 : Merasa Bersalah
45 Chapter 44 : Perasaan Bercampur Aduk
46 Chapter 45 : Batu Suci?
47 Chapter 46 : Tekad
48 Chapter 47 : Sulaman Sapu Tangan
49 Chapter 48 : Dimulai
50 Chapter 49 : Situasi Berbalik
51 Chapter 50 : Perasaan Apa Ini?
52 Chapter 51 : Asumsi
53 Chapter 52 : Berubah
54 Chapter 53 : Rencana Awal
55 Chapter 54 : Fatal
56 Chapter 55 : Merepotkan
57 Chapter 56 : Calrhintis
58 Chapter 57 : Pertahanan
59 Chapter 58 : Putus Asa
60 Chapter 59 : Mati?
61 Chapter 60 : Pedang Misterius
62 Chapter 61 : Hal Yang Mengejutkan
63 Chapter 62 : Sebutan Aneh
64 Chapter 63 : Pahlawan Kesiangan
65 Chapter 64 : Lucia de Lamorrie Ticya
66 Chapter 65 : Duka
67 Chapter 66 : Winter
68 Chapter 67 : Lelucon Bodoh
69 Chapter 68 : Tired
70 Chapter 69 : Dream
71 Chapter 70 : Terbangun
72 Chapter 71 : Warna Mata
73 Chapter 72 : Pemulihan
74 Chapter 73 : Citra Yang Hancur
75 Chapter 74 : Surat Undangan
76 Chapter 75 : Undangan Makan Malam
77 Chapter 76 : Tyson Rose lagi?
78 Chapter 77 : Menu Favorite
79 Chapter 78 : Topik Pembicaraan Yang Aneh
80 Chapter 79 : Sejarah Tak Resmi
81 Chapter 80 : Kuil Suci (I)
82 Chapter 81 : Kuil Suci (II)
83 Chapter 82 : Kuil Suci (III)
84 Chapter 83 : Kuil Suci (IV)
85 Chapter 84 : Pembuhuh
86 Chapter 85 : Memanggil Samantha
87 Chapter 86 : Peranku & Peranmu
88 Chapter 87 : Raja memanggil?
89 Chapter 88 : Berbincang
90 Chapter 89 : Permintaan Terakhir
91 Chapter 90 : Penundaan
92 Chapter 91 : Bagian Dari Ku?
93 Chapter 92 : Bukan Putriku
94 Chapter 93 : Lucy yang Malang
95 Chapter 94 : Pertemuan Pertama
96 Chapter 95 : Teman Bicara
97 Chapter 96 : Perubahan
98 Chapter 97 : Perempuan Aneh
99 Chapter 98 : Diracuni
100 Chapter 99 : Hadiah Kecil
101 Chapter 100 : Putus Asa
102 Hiatus
103 Chapter 101 : Kebisingan Aula
104 Chapter 102 : Putusan Baru
105 Chapter 103 : Aura Yang Aneh
106 Chapter 104 : Teman Lama
107 Chapter 105 : Takdir Dunia dan Cinta Dewa
108 Chapter 106 : Alasan
109 Chapter 107 : Tahanan
110 Chapter 108 : Rencana Awal
111 Chapter 109 : Saksi Mata
112 Chapter 110 : Bukti Nyata
113 Chapter 111 : Panggung Sandiwara
114 Chapter 112 : Dimulai
115 Chapter 113 : Mulai Hari Ini
116 Chapter 114 : Jangan Mencintaiku
117 Chapter 115 : Aku Telah Berakhir
118 Chapter 116 : Tidak Mungkin
119 Chapter 117 : Kisah Kelam I
120 Chapter 118 : Kisah Kelam II
121 Chapter 119 : Kisah Kelam III
122 Chapter 120 : Kisah Kelam IV
123 Chapter 121 : Kisah Kelam Last
124 Chapter 122 : Halaman Terakhir
125 Chapter 123 : Penantian
126 Chapter 124 : Menjelang Pernikahan
127 Chapter 125 : Akankah berakhir?
128 Chapter 126 : Kumohon
129 Chapter 127 : Akhir dari ku
130 Chapter 128 : Kematian Penyihir Abadi
131 Chapter 129 : Rencana yang gagal
132 Chapter 130 : Aku Tidak Menyesal
133 Chapter 131 : Aku Kembali
134 Chapter 132 : Ayo Menikah
135 Chapter 133 : Hentikan disini
136 Chapter 134 : Berkunjung
137 Chaoter 135 : Buku Harian
138 Hiatus sebentar
139 Chapter 136 : Satu Hal Lagi
140 Chapter 137 : Frustasi
141 Chaoyer 138 : Bagaimana mungkin
142 Chapter 139 : Pergi Bersama
143 Chapter 140 : Kenyataan
144 Chapter 141 : Ketahuan?
145 Chapter 142 : Andai kata
146 Chapter 143 : Titik Kehancuran
147 Chapter 145 : Titik Kehancuran ( II)
148 Chapter 146 : Titik Kehancuran (III)
149 Chapter 147 : Aku akan membunuhmu
150 Chapter 148 : Tidak ada disini
151 Chapter 149 : Final
152 Chapter 150 : Final 2
153 Surviving as Protagonist End
154 Side Story : Iris Dewellyn and Lucia 1
155 Side Story : Iris Dewellyn & Lucia 2
156 Side Story : Iris Dewellyn & Lucia 3
157 Side Story : Iris Dewellyn and Lucia 4
158 Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 5
159 Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 6
160 Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 7
161 Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 8
162 Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 9
163 Side Story : Lucia & Iris Dewellyn End
164 Side Story : Flona & Crylo Emillo 1
165 Side Story : Flona & Crylo Emilo 2
166 Side Story : Flona & Crylo Emillo 3
167 Side Story : Flona & Crylo Emilo 4
168 Side Story : Flona & Crylo Emillo 5
169 Side Story : Flona & Crylo Emillo 6
170 Side Story : Flona & Crylo Emillo 7
171 Side Story : Flona & Crylo Emillo 8
172 Side Story : Flona & Crylo Emillo 9
173 Side Story : Flona & Crylo Emillo 10
174 Side Story : Flona & Crylo Emillo 11
175 Side Story : Flona & Crylo Emillo 12
176 Side Story : Flona & Crylo Emillo 13
177 Side Story : Flona & Crylo Emillo End
178 Side Story : Lucy & Reygan 1
179 Side Story : Lucy & Reygan 2
180 Side Story : Lucy & Reygan End
181 Info
Episodes

Updated 181 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1 : Pesta Pertunangan
3
Chapter 2 : Kisah si Tokoh Antagonis
4
Chapter 3 : Tuan Ksatria dan Cintanya
5
Chapter 4 : Keributan yang Menyebalkan
6
Chapter 5 : Sesuatu Telah Berubah
7
Chapter 6 : Perasaan Yang Tertinggal
8
Chapter 7 : Harta Karun Tersembunyi
9
Chapter 8 : Surat (1)
10
Chapter 9 : Surat (2)
11
Chapter 10 : Kencan Pertama (1)
12
Chapter 11 : Kencan Pertama (2)
13
Chapter 12 : Permohonan
14
Chapter 13 : Antagonis yang sebenarnya?
15
Chapter 14 : Mimpi Masa Lalu
16
Chapter 15 : Kisah Penyihir Abadi
17
Chapter 16 : Siapa Disana?
18
Chapter 17 : Ditolak?
19
Chapter 18 : Berbunga-bunga
20
Chapter 19 : Perburuan Tahun Kemarin (1)
21
Chapter 20 : Perburuan Tahun Kemarin (2)
22
Chapter 21 : Perburuan Tahun Kemarin (End)
23
Chapter 22 : Apa hanya perasaan saya?
24
Chapter 23 : Perempuan Mengerikan
25
Chapter 24 : Penyihir Kegelapan
26
Chapter 25 : Awal Yang Baru
27
Chapter 26 : Pesta Kedewasaan Sheyra
28
Chapter 27 : Pertikaian
29
Chapter 28 : Teman Lama
30
Chapter 29 : Ajakan Dansa
31
Chapter 30 : Asal usul Sheyra (1)
32
Chapter 31 : Asal Usul Sheyra (2)
33
Chapter 32 : Kecurigaan Selama Ini
34
Chapter 33 : Finnaly
35
Chapter 34 : Kesalah Pahaman
36
Chapter 35 : Moment Sederhana
37
Chapter 36 : Makcomblang
38
Chapter 37 : Misi Dewi Asmara?
39
Chapter 38 : Festival Abadi
40
Chapter 39 : Lucy menghilang
41
Chapter 40 : Ketemu
42
Chapter 41 : Penyihir Misterius
43
Chapter 42 : Tidak Mungkin
44
Chapter 43 : Merasa Bersalah
45
Chapter 44 : Perasaan Bercampur Aduk
46
Chapter 45 : Batu Suci?
47
Chapter 46 : Tekad
48
Chapter 47 : Sulaman Sapu Tangan
49
Chapter 48 : Dimulai
50
Chapter 49 : Situasi Berbalik
51
Chapter 50 : Perasaan Apa Ini?
52
Chapter 51 : Asumsi
53
Chapter 52 : Berubah
54
Chapter 53 : Rencana Awal
55
Chapter 54 : Fatal
56
Chapter 55 : Merepotkan
57
Chapter 56 : Calrhintis
58
Chapter 57 : Pertahanan
59
Chapter 58 : Putus Asa
60
Chapter 59 : Mati?
61
Chapter 60 : Pedang Misterius
62
Chapter 61 : Hal Yang Mengejutkan
63
Chapter 62 : Sebutan Aneh
64
Chapter 63 : Pahlawan Kesiangan
65
Chapter 64 : Lucia de Lamorrie Ticya
66
Chapter 65 : Duka
67
Chapter 66 : Winter
68
Chapter 67 : Lelucon Bodoh
69
Chapter 68 : Tired
70
Chapter 69 : Dream
71
Chapter 70 : Terbangun
72
Chapter 71 : Warna Mata
73
Chapter 72 : Pemulihan
74
Chapter 73 : Citra Yang Hancur
75
Chapter 74 : Surat Undangan
76
Chapter 75 : Undangan Makan Malam
77
Chapter 76 : Tyson Rose lagi?
78
Chapter 77 : Menu Favorite
79
Chapter 78 : Topik Pembicaraan Yang Aneh
80
Chapter 79 : Sejarah Tak Resmi
81
Chapter 80 : Kuil Suci (I)
82
Chapter 81 : Kuil Suci (II)
83
Chapter 82 : Kuil Suci (III)
84
Chapter 83 : Kuil Suci (IV)
85
Chapter 84 : Pembuhuh
86
Chapter 85 : Memanggil Samantha
87
Chapter 86 : Peranku & Peranmu
88
Chapter 87 : Raja memanggil?
89
Chapter 88 : Berbincang
90
Chapter 89 : Permintaan Terakhir
91
Chapter 90 : Penundaan
92
Chapter 91 : Bagian Dari Ku?
93
Chapter 92 : Bukan Putriku
94
Chapter 93 : Lucy yang Malang
95
Chapter 94 : Pertemuan Pertama
96
Chapter 95 : Teman Bicara
97
Chapter 96 : Perubahan
98
Chapter 97 : Perempuan Aneh
99
Chapter 98 : Diracuni
100
Chapter 99 : Hadiah Kecil
101
Chapter 100 : Putus Asa
102
Hiatus
103
Chapter 101 : Kebisingan Aula
104
Chapter 102 : Putusan Baru
105
Chapter 103 : Aura Yang Aneh
106
Chapter 104 : Teman Lama
107
Chapter 105 : Takdir Dunia dan Cinta Dewa
108
Chapter 106 : Alasan
109
Chapter 107 : Tahanan
110
Chapter 108 : Rencana Awal
111
Chapter 109 : Saksi Mata
112
Chapter 110 : Bukti Nyata
113
Chapter 111 : Panggung Sandiwara
114
Chapter 112 : Dimulai
115
Chapter 113 : Mulai Hari Ini
116
Chapter 114 : Jangan Mencintaiku
117
Chapter 115 : Aku Telah Berakhir
118
Chapter 116 : Tidak Mungkin
119
Chapter 117 : Kisah Kelam I
120
Chapter 118 : Kisah Kelam II
121
Chapter 119 : Kisah Kelam III
122
Chapter 120 : Kisah Kelam IV
123
Chapter 121 : Kisah Kelam Last
124
Chapter 122 : Halaman Terakhir
125
Chapter 123 : Penantian
126
Chapter 124 : Menjelang Pernikahan
127
Chapter 125 : Akankah berakhir?
128
Chapter 126 : Kumohon
129
Chapter 127 : Akhir dari ku
130
Chapter 128 : Kematian Penyihir Abadi
131
Chapter 129 : Rencana yang gagal
132
Chapter 130 : Aku Tidak Menyesal
133
Chapter 131 : Aku Kembali
134
Chapter 132 : Ayo Menikah
135
Chapter 133 : Hentikan disini
136
Chapter 134 : Berkunjung
137
Chaoter 135 : Buku Harian
138
Hiatus sebentar
139
Chapter 136 : Satu Hal Lagi
140
Chapter 137 : Frustasi
141
Chaoyer 138 : Bagaimana mungkin
142
Chapter 139 : Pergi Bersama
143
Chapter 140 : Kenyataan
144
Chapter 141 : Ketahuan?
145
Chapter 142 : Andai kata
146
Chapter 143 : Titik Kehancuran
147
Chapter 145 : Titik Kehancuran ( II)
148
Chapter 146 : Titik Kehancuran (III)
149
Chapter 147 : Aku akan membunuhmu
150
Chapter 148 : Tidak ada disini
151
Chapter 149 : Final
152
Chapter 150 : Final 2
153
Surviving as Protagonist End
154
Side Story : Iris Dewellyn and Lucia 1
155
Side Story : Iris Dewellyn & Lucia 2
156
Side Story : Iris Dewellyn & Lucia 3
157
Side Story : Iris Dewellyn and Lucia 4
158
Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 5
159
Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 6
160
Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 7
161
Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 8
162
Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 9
163
Side Story : Lucia & Iris Dewellyn End
164
Side Story : Flona & Crylo Emillo 1
165
Side Story : Flona & Crylo Emilo 2
166
Side Story : Flona & Crylo Emillo 3
167
Side Story : Flona & Crylo Emilo 4
168
Side Story : Flona & Crylo Emillo 5
169
Side Story : Flona & Crylo Emillo 6
170
Side Story : Flona & Crylo Emillo 7
171
Side Story : Flona & Crylo Emillo 8
172
Side Story : Flona & Crylo Emillo 9
173
Side Story : Flona & Crylo Emillo 10
174
Side Story : Flona & Crylo Emillo 11
175
Side Story : Flona & Crylo Emillo 12
176
Side Story : Flona & Crylo Emillo 13
177
Side Story : Flona & Crylo Emillo End
178
Side Story : Lucy & Reygan 1
179
Side Story : Lucy & Reygan 2
180
Side Story : Lucy & Reygan End
181
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!