Beberapa minggu telah berlalu semenjak kedatangannya di istana Cathalia, Lucy melalui kegiatan yang sama untuk di setiap harinya dan ini cukup membuatnya merasa bosan karena Putra Mahkota tidak mengizinkannya pergi meninggalkan isatana.
Rutinitas yang dilakukan Lucy seperti biasanya ialah pergi mengunjungi taman, belajar seperti biasa bersama Marchionest Lagherta, pergi ke perpustakaan untuk membaca buku, semua itu cukup mengisi kekosongannya di setiap hari, walaupun begitu rasa hampa di hatinya tidak juga kunjung hilang.
“Akhir-akhir ini aku juga menghindarinya.” tuturnya sembari menghirup wangi teh lemon yang hangat.
Maaf Lucy, dari pada teh hijau yang pekat.. aku lebih suka teh lemon hehe!
Sebenarnya dengan menggunakan alibi marah, Lucy tidak mau menemui Putra Mahkota sejak hari dimana suratnya di curi. Lucy selalu mengunci rapat kamarnya ketika Reygan berkunjung menemuinya, ketika ia mendapatkan ajakan tea time dan makan malam, gadis itu selalu menolaknya dengan mentah-mentah.
“Mungkin sikapku cukup membuat Pria itu jengkel HAHA~” tawanya yang pecah.
“Fyuh.. benar-benar membosankan. Rasanya aku ingin pergi bermain keluar..” tuturnya dengan tatapan yang sayu.
“Nona.. Yang Mulia mengirimkan sepucuk surat.” ujar Flona yang kini berdiri di ambang pintunya. Ia menoleh dengan tatapan matanya yang heran.
Dia memberiku surat? Untuk apa?
Diteriam sebuah amplop surat yang bersetempel kerajaan itu cukup membuat dirinya tertawa terbahak-bahak, sebenarnya Yang Mulia kenapa sih? Kita hanya perlu menggunakan kereta kuda untuk berkunjung ke istana satu sama lain, lantas dengan niat apa dia mengirimku sepucuk surat di sore hari?
Tunggu..
“Flona! Jangan-jangan Yang Mulia mengirimkan surat penangkapan karena aku sudah bersikap kurang ajar padanya?!” ocehnya dengan tubuh gemetaran, sedangkan Flona hanya mengedikkan bahunya ketika menghadapi sikap tak jelas dari Nona nya.
Tercium aroma farfum di balik sepucuk kertas yang cantik dengan dihiasi bunga lavender berukuran kecil. Lucy terlihat menahan tawa dibuatnya.. ekspresi apa yang dibuat Pria itu ketika melakukan ini ya? Ffuuff!
...Lucy ku terkasih
...
...Maaf atas perbuatan saya sebelumnya..
...
...Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi
...
...Jadi saya mohon untuk memaklumi kekhawatiran saya sebelumnya..
...
...Saya hanya khawatir bahwa Lucy akan pergi meninggalkan saya.
...
...Karna Lucy merupakan seseorang yang berharga untuk saya.
...
...Saya tidak ingin kehilangan sosok malaikat seperti anda
...
...Kehadiran anda benar-benar sangat...
......menenangkan hati,
saya sangat merindukan anda......
...yang tersenyum seperti malaikat.....
...Jika tidak keberatan, mau kah Lucy datang untuk makan malam dengan saya?
...
...
...
^^^Teruntuk kekasihku
^^^
^^^Reygan D Garfield
^^^
“Nona.. Fffuf.. bukankah anda tidak perlu membacakan s—surat ffuf! Itu dengan keras?” gelak tawa Flona yang berusaha ia tahan di perutnya.
“Ekhem..” dehem gadis itu dengan reaksi elegan nya. Dia hanya terdiam sembari memasukan kembali surat itu kedalam amplop, kenyataannya..
Hoek!
Dia sedang belajar membual kah? FFft hahha!
“Uhm.. sepertinya Yang Mulia mengirimkan saya surat karena sebelumnya saya menyindir beliau terkait tidak pernah mengirim surat kepada seorang Lady dehh..” gerutunya yang sebal ketika menerima surat itu dipenuhi hujanan pujian majas.
“Ini menggelikan!” tawanya yang kini pecah.
Ia bertanya-tanya, Pria datar seperti dirinya menuliskan surat manis seperti ini? Baginya ini sulit di percaya, tapi dari pada pusing memikirkan hal ini sendirian, akan lebih baik untuknya segera menulis surat balasannya. Usai menarik secarik kertas cantik, Lucy pun menulis surat jawabannya dengan amat antusias.
...Teruntuk Yang Mulia Reygan terhormat,...
...Mohon maaf sebesar-besarnya, ...
...jawaban saya adalah...
...tidak....
^^^^^^Lucy Fleur Barayev
^^^^^^
“Fufufu.. sampaikan surat ini padanya Flona.” titahnya diiringi gelak tawa yang puas dengan Flona yang kini pergi meninggalkannya.
Gadis itu terlihat menghela nafas dengan berat, ia sedikit bingung dengan sikap Putra Mahkota yang agak diluar nalar menurtnya. “Sebenarnya Yang Mulia kenapa bertingkah aneh seperti itu? Dia bertingkah seperti tidak biasanya.” oceh perempuan itu sembari membenamkan kepalanya di atas meja.
Seseorang di balik pintu yang tengah memperhatikan diam-diam dengan jubah merahnya hanya tersenyum lega ketika mendapati sang gadis memancarkan eksfresi hidup di wajahnya.
Akhirnya di tidak terlalu kelihatan lesu..
...***
...
Beberapa hari telah berlalu, untuk saat ini akhirnya ia mendapatkan sesi libur dari pembelajarannya bersama Marchionest Lagherta. Lucy yang merasa penat kini pergi mengunjungi taman mawar di sore hari. Kepalanya benar-benar pusing, ia penat dan merasa bosan menghadapi kurungan di istana seperti ini.
Bukankah ini terlalu berlebihan? Padahal dengan perjanjian sihir, aku tidak mungkin kabur dari posisi pertunangan ini.
Sir Emillo hanya mengikuti Lucy dengan diam dibelakangnya, beberapa hari ini dia telah di tempatkan sebagai Ksatria Pelindung oleh Putra Mahkota, sekilas memang terdengar romantis. Namun ini tidak ada bedanya dengan dirinya yang di awasi terus-terusan oleh mata dan telinga dari Putra Mahkota.
Walaupun aku tahu, Sir tidak mungkin melakukan itu. Tapi dia komandan pasukan kan? Apa tidak apa-apa?
Dengan perasaan gusar seperti orang gila, Lucy memetik sehelai tangkai bunga mawar lalu menggenggamnya dengan tanpa perasaan. Bukannya meringis kesakitan, perempuan itu malah terpaku untuk beberapa saat.
“Jika bunga terlalu memancarkan kecantikannya, ia hanya akan cepat layu dan mudah di buang.” tuturnya bernada sendu.
Nasib bunga terasa mirip seperti Lucy, dimana ia disanjung-sanjung dan di tuntut menjadi Ratu atas kemampuannya yang luar biasa. Hanya saja ketika ia tertuduh sebagai penjahat dan mencoreng nama baiknya sendiri, Putra Mahkota tanpa ampun membuangnya ke jurang lembah yang terdalam.
Bahkan ketika Lucy meronta kesakitan saat dibakar hidup-hidup, dia hanya diam.
Tangan cantiknya yang jenjang itu kini mengalirkan darah merah yang segar, ia menggenggam erat setangkai mawar werah tanpa mempedulikan rasa sakitnya. Ia merasa mati rasa dan juga gila jika harus mendekam di tempat seperti ini selamanya, apa aku memang tidak bisa angkat kaki?
“Nona, sudah cukup.” sanggah Pria itu yang tak senang dengan perbuatan Lucy. Gadis itu hanya tertawa miris.
“Apa yang cukup? Rasa sakit seprti ini tidak ada artinya, Sir.” tutur perempuan itu di iringi lengkungan senyum merekah di wajahnya.
Ya, jika di bandingkan kehidupan Lucy yang sesungguhnya.. luka seperti ini tidak ada apa-apanya. Toh jika aku gagal bertahan hidup, aku juga akan mati terbakar dimana rasa sakitnya lebih menyiksa.
Ksatria berambut putih keperakan itu kini terdiam membeku, ia tidak tahu harus membantah perempuan itu dengan perkataan apa. Yang jelas, ia merasakan dengan jelas bahwa perempuan itu terlihat putus asa ketika menginjakkan kakinya di istana.
Lucy terlihat menghela nafas, “Sepertinya aku ingin kembali.” ujarnya sembari membalikkan diri, ia rasa jalan-jalan di taman hari ini sudah cukup terpenuhi, jadinya untuk saat ini lebih baik ia kembali ke istana Chatalia.
Namun naasnya saat ia berbalik, yang ia dapati adalah Reygan dengan tatapan khawatir yang melekat di wajahnya. Wajah Pria itu terlihat gelisah ketika melihat darah mengalir dari tangan perempuan itu.
“Apa yang kamu lakukan..” tanyanya yang kini membalut pergelangan tangan Lucy dengan sapu tangannya.
Deg..
Netra coklat itu membulat, apa Lucy salah lihat? Kenapa Pria itu mau berlutut demi membalut lukanya yang tidak seberapa itu?
“Yang Mulia, saya tidak apa-apAA?!” teriaknya yang kaget ketika Putra Mahkota menggendong Lucy ala tuan putri dari dongeng kerajaan.
Keningnya berkerut kesal, “Apa yang anda lakukan?!” ocehnya yang berusah melepaskan diri.
“Diamlah!” tajamnya bernada ketus, dari pada membuang-buang tenaganya gadis itu kini memilih diam dengan bibir yang menutup rapat.
“Baik. Dasar keras kepal.” gumamnya pelan.
Lucy hanya memalingkan wajahnya ketika Pria itu menggendong dan membawanya ke sustu tempat yang paling dekat dengan taman, yaitu rumah kaca. Dengan lembut ia menurunkan Lucy dan menyuruhnya duduk di kursi yang ada, setelahnya Pria itu dengan antusias membawa kotak pertolongan pertama kepadanya. Jika di perhatikan, sepertinya dia berniat merawat luka gadis itu.
Sedangkan Lucy hanya bereaksi bingung melihat perlakuan Putra Mahkota kepadanya. Pupil matany bergetar, apa dia benar-benar mengkhawatirkan aku? Entah kenapa ke khawatirannya membuat aku ingin menangis..
“Yang Mulia, saya tidak perlu di obati. Apakah anda lupa? Saya seorang penyihir.” yjarnya yang kini menyentuh pergelangan tangan pria itu.
Reygan kini hanya terpaku dengan kapas yang masih berada di genggamannya.
Wajahnya tersentak kaget ketika melihat sinar keemasan yang muncul menyembuhkan lukanya dengan perlahan. Memang agak mengejutkan, tapi kini luka gadis itu benar-benar menghilang tanpa jejak.
“Ah.. apa yang ku lakukan.” tukasnya sembari memalingkan wajah, apa dia terlalu khawatir dirinya terluka hingga melupakan status gadis itu yang merupakan seorang penyihir.
Apa itu? Kenapa wajahnya sedih begitu? Lalu..
APA?!
Hatinya menjerit ketika melihat telinga Putra Mahkota berubah kemerahan, apa dia sedang malu karena perbuatannya yang sampai sejauh ini sehingga Pria itu memilih berpaling menatap yang lain? Itu cukup bingung di telaah, namun satu hal yang dapat Lucy mengerti saat ini ialah..
Apa aku bisa menganggap bahwa ini sisi manis dari tokoh utama Pria? Setelah di perhatikan, wajahnya memerah padam tuh.. aku tak salah lihat kan? Reygan yang dingin itu?
Fffuuf..
“Ups..” dia menutup mulutnya yang hampir saja ketawa dan membuat Pria itu menoleh ke arahnya dengan perasaan kesal.
“Jangan tertawa, aku hanya khawatir.” ocehnya tak suka, gadis itu kini malah melepaskan tawanya yang tak kuasa ia tahan lagi.
“T—tapi, Hahaha! Anda benar-benar konyol, saya penyihir Yang Muliahaha!” gelak tawanya sembari memukuli meja itu berkali-kali. Tak disangka Lucy bisa menyaksikan hal bodoh seperti ini dari peran utama Pria.
Mau dipikirkan pun ini aneh, memangnya bisa untuk seorang tokoh utama Pria mengkhawatirkan tokoh antagonis secara berlebihan begini? Yah agak tidak masuk akal sih..
Dengan cekatan telapak tangannya yang kecil terangkat kemudian menempelkannya di kening Pria itu yang masih saja berlutut di depannya.
“Yang Mulia sakit? Kenapa anda melakukan hal yang tidak biasanya seperti ini?” tanya gadis itu diiringi senyuman sumringah di wajahnya.
“Jangan tersenyum seperti itu!” ancamnya sebal.
“Ehh? Saya memangnya tersenyum seperti apa? Apa sebaiknya saya marah-marah seperti biasanya?” tanya gadis itu dengan tatapan aneh, ia hanya tidak mengerti dengan makna dari perkataan tersebut.
Bukan jawaban yang keluar dari mulutnya, namun yang Pria itu lakukan saat ini ialah menarik tengkuknya dan mengecupnya dengan hangat. Sesaat Lucy terlihat membeku dan tidak bisa memahami dengan situasi seperti ini.
Anda mencium saya? kenapa@#$%(**^%#!
“Y—yang Mulia? Apa yang anda lakukan?!” tanya Perempuan itu kaget.
Perubahan sikap Pria itu yang terbilang mendadak sukses membuat hatinya berteriak karena malu. Ia juga tidak mengerti dengan reaksi Pria itu yang memerah padam sampai seperti itu.
Sebenarnya anda kenapa?! Hwee ciuman pertamaku!
“Lucy, jangan menggodaku.” cibir Pria itu sembari mencium punggung tangannya dengan lembut.
“A—apa?! Apa maksud anda?!” gerutunya yang sebal ketika Pria itu berkata seolah menyalahkan dirinya.
“Padahal yang mencium saya itu an—”
Huh?
Pelukan hangat kini menerpa tubuhnya, Reygan kini membiarkan kepala gadis itu terbenam di dadanya, dengan gerakan lembut yang mengusap puncak kepala sang gadis, ia hanya terdiam sembari menyematkan senyuman indah di bibirnya.
“Luka mu memang hilang tanpa membekas Lucy, tapi tidak dengan rasa sakitnya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments