Chapter 4 : Keributan yang Menyebalkan

Lucy merasa lelah dengan infrastruktur istana Philia yang terasa rumit dan begitu luas, kenapa pergi dari ruang belajar ke ruang makan saja bisa sampai sejauh ini sih?!

Tak ada hentinya perempuan itu dalam menggerutu soal Putra Mahkota di hatinya, ia hanya merasa dongkol jika harus berhadapan dengan Pria licik dan angkuh itu. Lalu saat ini dalam rangka apa Putra Mahkota mau mengundangnya untuk makan siang bersama?

Selama mengikuti Sir Emillo dibelakang, yang ia rasakan hanya mengucapkan sumpah serapah dihatinya. Padahal aku hanya ingin cepat pulang dan bersantai, bukannya menciptakan pertemuan yang tak diinginkan seperti ini!

Huft.. tak terasa sampai juga ke tempat ini. Ruang makan yang membentang menampilkan Reygan yang terlihat tengah duduk menunggunya. Sir Emillo yang dirasa tugas mengantarnya telah selesai kini melenggang pergi meninggalkan mereka berdua di tempat itu.

Selangkah dua langkah ia lakukan untuk menghampiri Putra Mahkota disana, saat itu ia tengah duduk di depan meja makan dengan kedua tangannya yang terlipat rapi di depan dada.

“Selamat siang Yang Mulia.” salamnya dibarengi etiket yang baik.

Seperti biasa, Pria itu hanya terdiam tanpa menjawabnya. Dari pada memperlihatkan dirinya yang menghela nafas di depan manusia sialan itu, Lucy memilih memutar kemudian duduk di kursi depannya.

“Bagaimana pelajaran dihari pertama mu?” tanya Pria itu benar-benar datar. Entah kenapa atmosfer ruangan saat ini begitu tidak baik.

Baru datang langsung diinterogasi, huh.

“Luar biasa Yang Mulia!” seru gadis itu dengan wajah yang bertolak belakang.

Luar biasa membuatku ingin muntah emas!

“Baguslah, belajar lebih giat lagi. Aku yakin kamu bisa melakukannya,” ucapnya tiba-tiba.

Gadis itu membulatkan matanya pertanda ia sedikit kaget, barusan dia mendukung ku? Apa aku salah mengartikan maksud ucapannya itu?

“Terimakasih Yang Mulia.” tuturnya diiringi senyuman tipis. Tak lama kemudian pelayan tiba membawakan teh hangat untuk mereka berdua.

“Itu bukan pujian,” ketusnya yang sukses membuat gadis itu mendelik tajam.

Aku tidak pernah mengharapkan pujian dari mu tuh!

“Hidangan utama belum jadi, jadi nikmatilah teh itu terlebih dahulu,” tutur pemuda itu yang tak lama kemudian menyeruput secangkir teh hitam pekat miliknya.

“Baik Yang Mulia~” jawabnya yang malas berdebat.

Dihirup aroma teh hijau yang terlihat pekat itu, raut wajah Lucy saat ini agak konyol. Ia merasa bahwa ini bukan seleranya, namun apa boleh buat, dengan terpaksa ia meneguknya sampai habis karena ia sendiri merasa kehausan sejak tadi.

“Seperti biasa, selera mu memang aneh.” sindir seseorang dengan lantang. Lucy kini mendongak menatap wajahnya dengan tatapan heran.

“Apa yang aneh? Anda mengatai selera saya?!” sanggah Lucy dengan kedua alisnya yang berkerut.

“Sejak kecil, kau memang sesuka itu sama teh hijau ya?” tanya Pria itu sembari menopang dagunya diatas meja.

Hah? Lucy ternyata suka teh hijau? Lalu—

“Memangnya apa yang aneh dengan selera saya?! Teh hijau juga populer tahu!” timpalnya yang merasa tak suka ketika seleranya dihina.

Walaupun teh hijau memang bukan seleraku sih.. tapi kenapa sih dia senang berbincang yang memancing adu mulut begini?! Dia sendiri aja minum teh hitam yang rasanya tidak enak begitu.

“Lalu apa niat Yang Mulia mengajak saya makan siang bersama, sebaiknya cepat katakana saja tanpa perlu basa-basi.” sanggah Lucy di penghujung emosi yang mulai memuncak.

Reygan tampak menghela nafas dengan raut wajahnya yang menatap Lucy dengan tatapan aneh. “Apa bagimu makan siang bersama merupakan hal aneh? Aku hanya ingin makan siang bersama, apa ada yang salah?” tanyanya yang terdengar bernada kesal.

“Tentu ini aneh bagi saya! Yang Mulia saja selalu menolak ajakan saya, bukankah jika tiba-tiba seperti ini berarti ada sesuatu yang diinginkan dari saya?!” tanyanya yang tersulut emosi. Entah kenapa jika ia berada didepannya, ia tidak bisa berbicara dengan ramah.

Karna Lucy aka Raflesa sangat membenci Reygan yang membuat tokoh favoritenya hidup menderita bahkan sampai mati mengenaskan.

Huft..

Reygan menghela nafas lagi, ia seperti merasa heran dengan sikap Lucy yang dipenuhi temperamental selama satu tahun ini. Atau memang entah karena dirinya yang kurang memperhatikan Lucy selama ini, setelah Lucy lupa ingatan sikapnya benar-benar berubah menjadi galak dan susah diatur.

Ia hanya terpikirkan dengan perubahan prilakunya yang bertolak belakang dari pada biasanya, padahal dia dulu hanyalah gadis yang dipenuhi rasa lemah lembut. Apa dia seperti ini karena menemukan Pria lain?

“Lucy, maaf sebelumnya aku memang—” ujarmya yang kini terputus ketika Reygan menatap lekat wajah perempuan yang ada di dedapannya itu.

Cuurr…

“Apa? Ada yang aneh diwajah saya?!” tanyanya sebal ketika Pria itu melotot kearahnya.

“Tidak, hidungmu—”

“Ha?”

Brukk…

Tepat setelah darah segar mengalir dari hidungnya, gadis itu pingsan tak sadarkan diri.

...***

...

Pandangannya yang masih buram kini menatap kearah langit-langit kamarnya yang terasa asing untuknya, ia hanya bertanya-tanya bahwa saat ini dirinya ada dimana? Ketika diperhatikan secara saksama, ini bukan kamarku!

“Ugh.. kepalaku..” Keluhnya yang merasa saat ini juga kepalanya bergetar seperti akan meledak.

Sepertinya aku terlalu memaksakan diri, ini sudah mencapai batas kemampuan ku. Bagaimana caranya Lucy bisa bertahan dengan tubuh yang buruk seperti ini.

“Lucy.” Panggil seseorang dengan tajamnya. Wajahnya kini melirik kearah sumber suara, disana terdapat Reygan yang tengah duduk diiringi tangan yang sibuk berkutat dengan beberapa lembaran kertas digenggamannya.

“Kenapa saya ada disini?” tanyanya yang masih merasa pusing.

“Kamu pingsan,” ujarnya bernada tidak suka.

“Saya ingin pulang saja,” tukasnya sembari mencoba beranjak dari tempat tidur, namun tingkahnya kini dihentikan oleh omelan Pria itu.

“Menginap dan beristirahat saja. Lalu apa ini? Bagaimana bisa seorang Calon Ibu Negara malah jatuh sakit, apa suatu hari kau bisa merangkul Rakyatmu dengan kondisi tubuh yang buruk seperti itu?” sindir Pria itu yang terkesan seolah menyalahkan dirinya atas kesehatan tubuhnya yang tidak baik.

“Ha? Anda berkata seolah saya memang akan menjadi Ratu? Bukankah Yang Mulia berkata hanya ingin bertunangan saja dengan saya?!” pekiknya tak suka.

Semua yang kulakukan ini juga karenamu bodoh! Siapa yang ingin sukarela jatuh sakit begini? Aku kelelahan sampai begini juga karena mengikuti jadwalku yang teramat padat! Kau tahu untuk menyiapkan pesta pertunangan saja membuatku tak bisa tidur selama 3 hari!

“Lucy, sebenarnya selama satu tahun ini kamu kenapa? Sikapmu benar-benar berubah drastis!” tanyanya yang benar-benar merasa heran kepadanya. Walaupun ia mendiami Lucy selama ini, perempuan itu tidak pernah protes atau membantah prosesi pertunangan sampai seperti itu.

Namun sikapnya akhir-akhir ini membuat Pria itu benar-benar sakit kepala. Lucy biasanya hanya diam menjadi penurut tanpa banyak mengomel seperti ini. Tatapan yang selalu Lucy pancarkan ketika melihat sosoknya ialah dipenuhi perasaan cinta. Tatapan dimana memandang Reygan seolah hanya dunianya seorang.

Tapi sejak kapan ya?

Ia berbeda sejak perburuan tahun kemarin. Apa benar hanya karena lupa ingatan? Atau karena dia sudah berhenti mencintaiku? Lantas perasaan tak rela macam apa ini?!

Brakk..

Meja kerjanya digebrak dengan keras sehingga semua kertas yang ada disana berhamburan jatuh kelantai, wajah perempuan itu terlihat naik pitam.

“Apa memangnya?! Anda merasa tak rela bahwa saya saat ini telah berhenti mengemis cinta terhadap Yang Mulia?!” hardiknya yang sukses membuat Pria itu merasa tertohok hingga menembus ulu hatinya.

Kedua tangan Lucy kini terlipat didepan dada, “Dengar Ya, saya malas meguras energi saya untuk seseorang yang bahkan tidak menginginkan saya. Sekarang saya tidak menjadi perempuan bodoh seperti dulu Yang Mulia.” tajamnya yang merasa sudah muak dengan sandiwara ini.

Jika kita tidak saling mencintai, kenapa anda tetap mempertahankan saya?! Apa karena saya seorang penyihir?

“Bagaimana jadinya kalau aku menginginkan Lucy?” tanya Pria itu yang sukses membuat Lucy melotot kearahnya.

Lagi pula apa itu, ia merasa hanya tunangannya seorang yang berani bertingkah tidak sopan seperti ini. Sebenarnya dia mempelajari hal ini dari mana?

“Menginginkan saya atau menginginkan kekuatan sihir saya? Tentunya semua hal ini hanya menguntungkan untuk anda, karena jika kerajaan berdiri dengan sosok Ratu berdarah penyihir disisinya, bukankah itu akan menjadi pondasi yang hebat?” jelasnya yang mencoba berpikir rasional.

“Tunggu, bukan begitu Luc—”

“Jika tidak ada hal penting lagi yang ingin anda sampaikan kepada saya, maka saya pamit undur diri Yang Mulia. Semoga matahari Garfield, bersinar terang menyinari anda.” pamitnya diiringi salam perpisahan. Tak lama kemudian ia melenggang pergi kearah letak dimana pintu kamar Reygan berada.

Brakk!

Dibukalah pintu kamar itu secara kasar, aura Lucy saat ini hanya dipenuhi kabut amarah. Putra Mahkota yang berada di dalamnya hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa bisa berkata-kata lagi.

Sir Emillo yang sedari tadi berjaga diluar kamarnya hanya merasa terkejut dengan pemandangan ini. Sebenarnya dia mendengarkan semua pertikaian mereka dari luar, ia hanya merasa tak menyangka bahwa Lucy akan marah besar sampai seperti itu.

Bagaimanapun ucapan Putra Mahkota memang agak keterlaluan jika dilihat dari perlakuannya kepada Lucy selama ini. Ya walaupun menjadi saksi bisu di antara keributan mereka, aku tetap tidak bisa dengan seenaknya ikut campur di tengah-tengah keduanya.

“Sir, mohon antar saya kembali,” pinta Lucy yang terkesan agak melunak dari pada sebelumnya.

“Baik Nona,” angguknya yang tak lama kemudian menuntun Lucy ke arah pintu keluar.

“Huh.. langit sudah senja begini. Sepertinya Ayah telah menungguku.” lirihnya sembari memandangi warna langit yang telah berubah dengan matahari yang mulai terbenam.

Tak lama kemudian kereta kuda istana tiba untuk mengantarkannya pulang kerumah. Usai berpamitan dengan ksatria yang telah mengawalnya seharian ini, gadis itu memasuki kereta kuda dan pergi meninggalkan pekarangan istana yang baginya teramat memuakkan untuknya.

Yang tertanam dibenaknya saat ini hanyalah hari yang terasa lebih menyebalkan dibandingkan hari kemarin.

Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1 : Pesta Pertunangan
3 Chapter 2 : Kisah si Tokoh Antagonis
4 Chapter 3 : Tuan Ksatria dan Cintanya
5 Chapter 4 : Keributan yang Menyebalkan
6 Chapter 5 : Sesuatu Telah Berubah
7 Chapter 6 : Perasaan Yang Tertinggal
8 Chapter 7 : Harta Karun Tersembunyi
9 Chapter 8 : Surat (1)
10 Chapter 9 : Surat (2)
11 Chapter 10 : Kencan Pertama (1)
12 Chapter 11 : Kencan Pertama (2)
13 Chapter 12 : Permohonan
14 Chapter 13 : Antagonis yang sebenarnya?
15 Chapter 14 : Mimpi Masa Lalu
16 Chapter 15 : Kisah Penyihir Abadi
17 Chapter 16 : Siapa Disana?
18 Chapter 17 : Ditolak?
19 Chapter 18 : Berbunga-bunga
20 Chapter 19 : Perburuan Tahun Kemarin (1)
21 Chapter 20 : Perburuan Tahun Kemarin (2)
22 Chapter 21 : Perburuan Tahun Kemarin (End)
23 Chapter 22 : Apa hanya perasaan saya?
24 Chapter 23 : Perempuan Mengerikan
25 Chapter 24 : Penyihir Kegelapan
26 Chapter 25 : Awal Yang Baru
27 Chapter 26 : Pesta Kedewasaan Sheyra
28 Chapter 27 : Pertikaian
29 Chapter 28 : Teman Lama
30 Chapter 29 : Ajakan Dansa
31 Chapter 30 : Asal usul Sheyra (1)
32 Chapter 31 : Asal Usul Sheyra (2)
33 Chapter 32 : Kecurigaan Selama Ini
34 Chapter 33 : Finnaly
35 Chapter 34 : Kesalah Pahaman
36 Chapter 35 : Moment Sederhana
37 Chapter 36 : Makcomblang
38 Chapter 37 : Misi Dewi Asmara?
39 Chapter 38 : Festival Abadi
40 Chapter 39 : Lucy menghilang
41 Chapter 40 : Ketemu
42 Chapter 41 : Penyihir Misterius
43 Chapter 42 : Tidak Mungkin
44 Chapter 43 : Merasa Bersalah
45 Chapter 44 : Perasaan Bercampur Aduk
46 Chapter 45 : Batu Suci?
47 Chapter 46 : Tekad
48 Chapter 47 : Sulaman Sapu Tangan
49 Chapter 48 : Dimulai
50 Chapter 49 : Situasi Berbalik
51 Chapter 50 : Perasaan Apa Ini?
52 Chapter 51 : Asumsi
53 Chapter 52 : Berubah
54 Chapter 53 : Rencana Awal
55 Chapter 54 : Fatal
56 Chapter 55 : Merepotkan
57 Chapter 56 : Calrhintis
58 Chapter 57 : Pertahanan
59 Chapter 58 : Putus Asa
60 Chapter 59 : Mati?
61 Chapter 60 : Pedang Misterius
62 Chapter 61 : Hal Yang Mengejutkan
63 Chapter 62 : Sebutan Aneh
64 Chapter 63 : Pahlawan Kesiangan
65 Chapter 64 : Lucia de Lamorrie Ticya
66 Chapter 65 : Duka
67 Chapter 66 : Winter
68 Chapter 67 : Lelucon Bodoh
69 Chapter 68 : Tired
70 Chapter 69 : Dream
71 Chapter 70 : Terbangun
72 Chapter 71 : Warna Mata
73 Chapter 72 : Pemulihan
74 Chapter 73 : Citra Yang Hancur
75 Chapter 74 : Surat Undangan
76 Chapter 75 : Undangan Makan Malam
77 Chapter 76 : Tyson Rose lagi?
78 Chapter 77 : Menu Favorite
79 Chapter 78 : Topik Pembicaraan Yang Aneh
80 Chapter 79 : Sejarah Tak Resmi
81 Chapter 80 : Kuil Suci (I)
82 Chapter 81 : Kuil Suci (II)
83 Chapter 82 : Kuil Suci (III)
84 Chapter 83 : Kuil Suci (IV)
85 Chapter 84 : Pembuhuh
86 Chapter 85 : Memanggil Samantha
87 Chapter 86 : Peranku & Peranmu
88 Chapter 87 : Raja memanggil?
89 Chapter 88 : Berbincang
90 Chapter 89 : Permintaan Terakhir
91 Chapter 90 : Penundaan
92 Chapter 91 : Bagian Dari Ku?
93 Chapter 92 : Bukan Putriku
94 Chapter 93 : Lucy yang Malang
95 Chapter 94 : Pertemuan Pertama
96 Chapter 95 : Teman Bicara
97 Chapter 96 : Perubahan
98 Chapter 97 : Perempuan Aneh
99 Chapter 98 : Diracuni
100 Chapter 99 : Hadiah Kecil
101 Chapter 100 : Putus Asa
102 Hiatus
103 Chapter 101 : Kebisingan Aula
104 Chapter 102 : Putusan Baru
105 Chapter 103 : Aura Yang Aneh
106 Chapter 104 : Teman Lama
107 Chapter 105 : Takdir Dunia dan Cinta Dewa
108 Chapter 106 : Alasan
109 Chapter 107 : Tahanan
110 Chapter 108 : Rencana Awal
111 Chapter 109 : Saksi Mata
112 Chapter 110 : Bukti Nyata
113 Chapter 111 : Panggung Sandiwara
114 Chapter 112 : Dimulai
115 Chapter 113 : Mulai Hari Ini
116 Chapter 114 : Jangan Mencintaiku
117 Chapter 115 : Aku Telah Berakhir
118 Chapter 116 : Tidak Mungkin
119 Chapter 117 : Kisah Kelam I
120 Chapter 118 : Kisah Kelam II
121 Chapter 119 : Kisah Kelam III
122 Chapter 120 : Kisah Kelam IV
123 Chapter 121 : Kisah Kelam Last
124 Chapter 122 : Halaman Terakhir
125 Chapter 123 : Penantian
126 Chapter 124 : Menjelang Pernikahan
127 Chapter 125 : Akankah berakhir?
128 Chapter 126 : Kumohon
129 Chapter 127 : Akhir dari ku
130 Chapter 128 : Kematian Penyihir Abadi
131 Chapter 129 : Rencana yang gagal
132 Chapter 130 : Aku Tidak Menyesal
133 Chapter 131 : Aku Kembali
134 Chapter 132 : Ayo Menikah
135 Chapter 133 : Hentikan disini
136 Chapter 134 : Berkunjung
137 Chaoter 135 : Buku Harian
138 Hiatus sebentar
139 Chapter 136 : Satu Hal Lagi
140 Chapter 137 : Frustasi
141 Chaoyer 138 : Bagaimana mungkin
142 Chapter 139 : Pergi Bersama
143 Chapter 140 : Kenyataan
144 Chapter 141 : Ketahuan?
145 Chapter 142 : Andai kata
146 Chapter 143 : Titik Kehancuran
147 Chapter 145 : Titik Kehancuran ( II)
148 Chapter 146 : Titik Kehancuran (III)
149 Chapter 147 : Aku akan membunuhmu
150 Chapter 148 : Tidak ada disini
151 Chapter 149 : Final
152 Chapter 150 : Final 2
153 Surviving as Protagonist End
154 Side Story : Iris Dewellyn and Lucia 1
155 Side Story : Iris Dewellyn & Lucia 2
156 Side Story : Iris Dewellyn & Lucia 3
157 Side Story : Iris Dewellyn and Lucia 4
158 Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 5
159 Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 6
160 Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 7
161 Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 8
162 Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 9
163 Side Story : Lucia & Iris Dewellyn End
164 Side Story : Flona & Crylo Emillo 1
165 Side Story : Flona & Crylo Emilo 2
166 Side Story : Flona & Crylo Emillo 3
167 Side Story : Flona & Crylo Emilo 4
168 Side Story : Flona & Crylo Emillo 5
169 Side Story : Flona & Crylo Emillo 6
170 Side Story : Flona & Crylo Emillo 7
171 Side Story : Flona & Crylo Emillo 8
172 Side Story : Flona & Crylo Emillo 9
173 Side Story : Flona & Crylo Emillo 10
174 Side Story : Flona & Crylo Emillo 11
175 Side Story : Flona & Crylo Emillo 12
176 Side Story : Flona & Crylo Emillo 13
177 Side Story : Flona & Crylo Emillo End
178 Side Story : Lucy & Reygan 1
179 Side Story : Lucy & Reygan 2
180 Side Story : Lucy & Reygan End
181 Info
Episodes

Updated 181 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1 : Pesta Pertunangan
3
Chapter 2 : Kisah si Tokoh Antagonis
4
Chapter 3 : Tuan Ksatria dan Cintanya
5
Chapter 4 : Keributan yang Menyebalkan
6
Chapter 5 : Sesuatu Telah Berubah
7
Chapter 6 : Perasaan Yang Tertinggal
8
Chapter 7 : Harta Karun Tersembunyi
9
Chapter 8 : Surat (1)
10
Chapter 9 : Surat (2)
11
Chapter 10 : Kencan Pertama (1)
12
Chapter 11 : Kencan Pertama (2)
13
Chapter 12 : Permohonan
14
Chapter 13 : Antagonis yang sebenarnya?
15
Chapter 14 : Mimpi Masa Lalu
16
Chapter 15 : Kisah Penyihir Abadi
17
Chapter 16 : Siapa Disana?
18
Chapter 17 : Ditolak?
19
Chapter 18 : Berbunga-bunga
20
Chapter 19 : Perburuan Tahun Kemarin (1)
21
Chapter 20 : Perburuan Tahun Kemarin (2)
22
Chapter 21 : Perburuan Tahun Kemarin (End)
23
Chapter 22 : Apa hanya perasaan saya?
24
Chapter 23 : Perempuan Mengerikan
25
Chapter 24 : Penyihir Kegelapan
26
Chapter 25 : Awal Yang Baru
27
Chapter 26 : Pesta Kedewasaan Sheyra
28
Chapter 27 : Pertikaian
29
Chapter 28 : Teman Lama
30
Chapter 29 : Ajakan Dansa
31
Chapter 30 : Asal usul Sheyra (1)
32
Chapter 31 : Asal Usul Sheyra (2)
33
Chapter 32 : Kecurigaan Selama Ini
34
Chapter 33 : Finnaly
35
Chapter 34 : Kesalah Pahaman
36
Chapter 35 : Moment Sederhana
37
Chapter 36 : Makcomblang
38
Chapter 37 : Misi Dewi Asmara?
39
Chapter 38 : Festival Abadi
40
Chapter 39 : Lucy menghilang
41
Chapter 40 : Ketemu
42
Chapter 41 : Penyihir Misterius
43
Chapter 42 : Tidak Mungkin
44
Chapter 43 : Merasa Bersalah
45
Chapter 44 : Perasaan Bercampur Aduk
46
Chapter 45 : Batu Suci?
47
Chapter 46 : Tekad
48
Chapter 47 : Sulaman Sapu Tangan
49
Chapter 48 : Dimulai
50
Chapter 49 : Situasi Berbalik
51
Chapter 50 : Perasaan Apa Ini?
52
Chapter 51 : Asumsi
53
Chapter 52 : Berubah
54
Chapter 53 : Rencana Awal
55
Chapter 54 : Fatal
56
Chapter 55 : Merepotkan
57
Chapter 56 : Calrhintis
58
Chapter 57 : Pertahanan
59
Chapter 58 : Putus Asa
60
Chapter 59 : Mati?
61
Chapter 60 : Pedang Misterius
62
Chapter 61 : Hal Yang Mengejutkan
63
Chapter 62 : Sebutan Aneh
64
Chapter 63 : Pahlawan Kesiangan
65
Chapter 64 : Lucia de Lamorrie Ticya
66
Chapter 65 : Duka
67
Chapter 66 : Winter
68
Chapter 67 : Lelucon Bodoh
69
Chapter 68 : Tired
70
Chapter 69 : Dream
71
Chapter 70 : Terbangun
72
Chapter 71 : Warna Mata
73
Chapter 72 : Pemulihan
74
Chapter 73 : Citra Yang Hancur
75
Chapter 74 : Surat Undangan
76
Chapter 75 : Undangan Makan Malam
77
Chapter 76 : Tyson Rose lagi?
78
Chapter 77 : Menu Favorite
79
Chapter 78 : Topik Pembicaraan Yang Aneh
80
Chapter 79 : Sejarah Tak Resmi
81
Chapter 80 : Kuil Suci (I)
82
Chapter 81 : Kuil Suci (II)
83
Chapter 82 : Kuil Suci (III)
84
Chapter 83 : Kuil Suci (IV)
85
Chapter 84 : Pembuhuh
86
Chapter 85 : Memanggil Samantha
87
Chapter 86 : Peranku & Peranmu
88
Chapter 87 : Raja memanggil?
89
Chapter 88 : Berbincang
90
Chapter 89 : Permintaan Terakhir
91
Chapter 90 : Penundaan
92
Chapter 91 : Bagian Dari Ku?
93
Chapter 92 : Bukan Putriku
94
Chapter 93 : Lucy yang Malang
95
Chapter 94 : Pertemuan Pertama
96
Chapter 95 : Teman Bicara
97
Chapter 96 : Perubahan
98
Chapter 97 : Perempuan Aneh
99
Chapter 98 : Diracuni
100
Chapter 99 : Hadiah Kecil
101
Chapter 100 : Putus Asa
102
Hiatus
103
Chapter 101 : Kebisingan Aula
104
Chapter 102 : Putusan Baru
105
Chapter 103 : Aura Yang Aneh
106
Chapter 104 : Teman Lama
107
Chapter 105 : Takdir Dunia dan Cinta Dewa
108
Chapter 106 : Alasan
109
Chapter 107 : Tahanan
110
Chapter 108 : Rencana Awal
111
Chapter 109 : Saksi Mata
112
Chapter 110 : Bukti Nyata
113
Chapter 111 : Panggung Sandiwara
114
Chapter 112 : Dimulai
115
Chapter 113 : Mulai Hari Ini
116
Chapter 114 : Jangan Mencintaiku
117
Chapter 115 : Aku Telah Berakhir
118
Chapter 116 : Tidak Mungkin
119
Chapter 117 : Kisah Kelam I
120
Chapter 118 : Kisah Kelam II
121
Chapter 119 : Kisah Kelam III
122
Chapter 120 : Kisah Kelam IV
123
Chapter 121 : Kisah Kelam Last
124
Chapter 122 : Halaman Terakhir
125
Chapter 123 : Penantian
126
Chapter 124 : Menjelang Pernikahan
127
Chapter 125 : Akankah berakhir?
128
Chapter 126 : Kumohon
129
Chapter 127 : Akhir dari ku
130
Chapter 128 : Kematian Penyihir Abadi
131
Chapter 129 : Rencana yang gagal
132
Chapter 130 : Aku Tidak Menyesal
133
Chapter 131 : Aku Kembali
134
Chapter 132 : Ayo Menikah
135
Chapter 133 : Hentikan disini
136
Chapter 134 : Berkunjung
137
Chaoter 135 : Buku Harian
138
Hiatus sebentar
139
Chapter 136 : Satu Hal Lagi
140
Chapter 137 : Frustasi
141
Chaoyer 138 : Bagaimana mungkin
142
Chapter 139 : Pergi Bersama
143
Chapter 140 : Kenyataan
144
Chapter 141 : Ketahuan?
145
Chapter 142 : Andai kata
146
Chapter 143 : Titik Kehancuran
147
Chapter 145 : Titik Kehancuran ( II)
148
Chapter 146 : Titik Kehancuran (III)
149
Chapter 147 : Aku akan membunuhmu
150
Chapter 148 : Tidak ada disini
151
Chapter 149 : Final
152
Chapter 150 : Final 2
153
Surviving as Protagonist End
154
Side Story : Iris Dewellyn and Lucia 1
155
Side Story : Iris Dewellyn & Lucia 2
156
Side Story : Iris Dewellyn & Lucia 3
157
Side Story : Iris Dewellyn and Lucia 4
158
Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 5
159
Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 6
160
Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 7
161
Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 8
162
Side Story : Lucia & Iris Dewellyn 9
163
Side Story : Lucia & Iris Dewellyn End
164
Side Story : Flona & Crylo Emillo 1
165
Side Story : Flona & Crylo Emilo 2
166
Side Story : Flona & Crylo Emillo 3
167
Side Story : Flona & Crylo Emilo 4
168
Side Story : Flona & Crylo Emillo 5
169
Side Story : Flona & Crylo Emillo 6
170
Side Story : Flona & Crylo Emillo 7
171
Side Story : Flona & Crylo Emillo 8
172
Side Story : Flona & Crylo Emillo 9
173
Side Story : Flona & Crylo Emillo 10
174
Side Story : Flona & Crylo Emillo 11
175
Side Story : Flona & Crylo Emillo 12
176
Side Story : Flona & Crylo Emillo 13
177
Side Story : Flona & Crylo Emillo End
178
Side Story : Lucy & Reygan 1
179
Side Story : Lucy & Reygan 2
180
Side Story : Lucy & Reygan End
181
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!