Lucy merasa lelah dengan infrastruktur istana Philia yang terasa rumit dan begitu luas, kenapa pergi dari ruang belajar ke ruang makan saja bisa sampai sejauh ini sih?!
Tak ada hentinya perempuan itu dalam menggerutu soal Putra Mahkota di hatinya, ia hanya merasa dongkol jika harus berhadapan dengan Pria licik dan angkuh itu. Lalu saat ini dalam rangka apa Putra Mahkota mau mengundangnya untuk makan siang bersama?
Selama mengikuti Sir Emillo dibelakang, yang ia rasakan hanya mengucapkan sumpah serapah dihatinya. Padahal aku hanya ingin cepat pulang dan bersantai, bukannya menciptakan pertemuan yang tak diinginkan seperti ini!
Huft.. tak terasa sampai juga ke tempat ini. Ruang makan yang membentang menampilkan Reygan yang terlihat tengah duduk menunggunya. Sir Emillo yang dirasa tugas mengantarnya telah selesai kini melenggang pergi meninggalkan mereka berdua di tempat itu.
Selangkah dua langkah ia lakukan untuk menghampiri Putra Mahkota disana, saat itu ia tengah duduk di depan meja makan dengan kedua tangannya yang terlipat rapi di depan dada.
“Selamat siang Yang Mulia.” salamnya dibarengi etiket yang baik.
Seperti biasa, Pria itu hanya terdiam tanpa menjawabnya. Dari pada memperlihatkan dirinya yang menghela nafas di depan manusia sialan itu, Lucy memilih memutar kemudian duduk di kursi depannya.
“Bagaimana pelajaran dihari pertama mu?” tanya Pria itu benar-benar datar. Entah kenapa atmosfer ruangan saat ini begitu tidak baik.
Baru datang langsung diinterogasi, huh.
“Luar biasa Yang Mulia!” seru gadis itu dengan wajah yang bertolak belakang.
Luar biasa membuatku ingin muntah emas!
“Baguslah, belajar lebih giat lagi. Aku yakin kamu bisa melakukannya,” ucapnya tiba-tiba.
Gadis itu membulatkan matanya pertanda ia sedikit kaget, barusan dia mendukung ku? Apa aku salah mengartikan maksud ucapannya itu?
“Terimakasih Yang Mulia.” tuturnya diiringi senyuman tipis. Tak lama kemudian pelayan tiba membawakan teh hangat untuk mereka berdua.
“Itu bukan pujian,” ketusnya yang sukses membuat gadis itu mendelik tajam.
Aku tidak pernah mengharapkan pujian dari mu tuh!
“Hidangan utama belum jadi, jadi nikmatilah teh itu terlebih dahulu,” tutur pemuda itu yang tak lama kemudian menyeruput secangkir teh hitam pekat miliknya.
“Baik Yang Mulia~” jawabnya yang malas berdebat.
Dihirup aroma teh hijau yang terlihat pekat itu, raut wajah Lucy saat ini agak konyol. Ia merasa bahwa ini bukan seleranya, namun apa boleh buat, dengan terpaksa ia meneguknya sampai habis karena ia sendiri merasa kehausan sejak tadi.
“Seperti biasa, selera mu memang aneh.” sindir seseorang dengan lantang. Lucy kini mendongak menatap wajahnya dengan tatapan heran.
“Apa yang aneh? Anda mengatai selera saya?!” sanggah Lucy dengan kedua alisnya yang berkerut.
“Sejak kecil, kau memang sesuka itu sama teh hijau ya?” tanya Pria itu sembari menopang dagunya diatas meja.
Hah? Lucy ternyata suka teh hijau? Lalu—
“Memangnya apa yang aneh dengan selera saya?! Teh hijau juga populer tahu!” timpalnya yang merasa tak suka ketika seleranya dihina.
Walaupun teh hijau memang bukan seleraku sih.. tapi kenapa sih dia senang berbincang yang memancing adu mulut begini?! Dia sendiri aja minum teh hitam yang rasanya tidak enak begitu.
“Lalu apa niat Yang Mulia mengajak saya makan siang bersama, sebaiknya cepat katakana saja tanpa perlu basa-basi.” sanggah Lucy di penghujung emosi yang mulai memuncak.
Reygan tampak menghela nafas dengan raut wajahnya yang menatap Lucy dengan tatapan aneh. “Apa bagimu makan siang bersama merupakan hal aneh? Aku hanya ingin makan siang bersama, apa ada yang salah?” tanyanya yang terdengar bernada kesal.
“Tentu ini aneh bagi saya! Yang Mulia saja selalu menolak ajakan saya, bukankah jika tiba-tiba seperti ini berarti ada sesuatu yang diinginkan dari saya?!” tanyanya yang tersulut emosi. Entah kenapa jika ia berada didepannya, ia tidak bisa berbicara dengan ramah.
Karna Lucy aka Raflesa sangat membenci Reygan yang membuat tokoh favoritenya hidup menderita bahkan sampai mati mengenaskan.
Huft..
Reygan menghela nafas lagi, ia seperti merasa heran dengan sikap Lucy yang dipenuhi temperamental selama satu tahun ini. Atau memang entah karena dirinya yang kurang memperhatikan Lucy selama ini, setelah Lucy lupa ingatan sikapnya benar-benar berubah menjadi galak dan susah diatur.
Ia hanya terpikirkan dengan perubahan prilakunya yang bertolak belakang dari pada biasanya, padahal dia dulu hanyalah gadis yang dipenuhi rasa lemah lembut. Apa dia seperti ini karena menemukan Pria lain?
“Lucy, maaf sebelumnya aku memang—” ujarmya yang kini terputus ketika Reygan menatap lekat wajah perempuan yang ada di dedapannya itu.
Cuurr…
“Apa? Ada yang aneh diwajah saya?!” tanyanya sebal ketika Pria itu melotot kearahnya.
“Tidak, hidungmu—”
“Ha?”
Brukk…
Tepat setelah darah segar mengalir dari hidungnya, gadis itu pingsan tak sadarkan diri.
...***
...
Pandangannya yang masih buram kini menatap kearah langit-langit kamarnya yang terasa asing untuknya, ia hanya bertanya-tanya bahwa saat ini dirinya ada dimana? Ketika diperhatikan secara saksama, ini bukan kamarku!
“Ugh.. kepalaku..” Keluhnya yang merasa saat ini juga kepalanya bergetar seperti akan meledak.
Sepertinya aku terlalu memaksakan diri, ini sudah mencapai batas kemampuan ku. Bagaimana caranya Lucy bisa bertahan dengan tubuh yang buruk seperti ini.
“Lucy.” Panggil seseorang dengan tajamnya. Wajahnya kini melirik kearah sumber suara, disana terdapat Reygan yang tengah duduk diiringi tangan yang sibuk berkutat dengan beberapa lembaran kertas digenggamannya.
“Kenapa saya ada disini?” tanyanya yang masih merasa pusing.
“Kamu pingsan,” ujarnya bernada tidak suka.
“Saya ingin pulang saja,” tukasnya sembari mencoba beranjak dari tempat tidur, namun tingkahnya kini dihentikan oleh omelan Pria itu.
“Menginap dan beristirahat saja. Lalu apa ini? Bagaimana bisa seorang Calon Ibu Negara malah jatuh sakit, apa suatu hari kau bisa merangkul Rakyatmu dengan kondisi tubuh yang buruk seperti itu?” sindir Pria itu yang terkesan seolah menyalahkan dirinya atas kesehatan tubuhnya yang tidak baik.
“Ha? Anda berkata seolah saya memang akan menjadi Ratu? Bukankah Yang Mulia berkata hanya ingin bertunangan saja dengan saya?!” pekiknya tak suka.
Semua yang kulakukan ini juga karenamu bodoh! Siapa yang ingin sukarela jatuh sakit begini? Aku kelelahan sampai begini juga karena mengikuti jadwalku yang teramat padat! Kau tahu untuk menyiapkan pesta pertunangan saja membuatku tak bisa tidur selama 3 hari!
“Lucy, sebenarnya selama satu tahun ini kamu kenapa? Sikapmu benar-benar berubah drastis!” tanyanya yang benar-benar merasa heran kepadanya. Walaupun ia mendiami Lucy selama ini, perempuan itu tidak pernah protes atau membantah prosesi pertunangan sampai seperti itu.
Namun sikapnya akhir-akhir ini membuat Pria itu benar-benar sakit kepala. Lucy biasanya hanya diam menjadi penurut tanpa banyak mengomel seperti ini. Tatapan yang selalu Lucy pancarkan ketika melihat sosoknya ialah dipenuhi perasaan cinta. Tatapan dimana memandang Reygan seolah hanya dunianya seorang.
Tapi sejak kapan ya?
Ia berbeda sejak perburuan tahun kemarin. Apa benar hanya karena lupa ingatan? Atau karena dia sudah berhenti mencintaiku? Lantas perasaan tak rela macam apa ini?!
Brakk..
Meja kerjanya digebrak dengan keras sehingga semua kertas yang ada disana berhamburan jatuh kelantai, wajah perempuan itu terlihat naik pitam.
“Apa memangnya?! Anda merasa tak rela bahwa saya saat ini telah berhenti mengemis cinta terhadap Yang Mulia?!” hardiknya yang sukses membuat Pria itu merasa tertohok hingga menembus ulu hatinya.
Kedua tangan Lucy kini terlipat didepan dada, “Dengar Ya, saya malas meguras energi saya untuk seseorang yang bahkan tidak menginginkan saya. Sekarang saya tidak menjadi perempuan bodoh seperti dulu Yang Mulia.” tajamnya yang merasa sudah muak dengan sandiwara ini.
Jika kita tidak saling mencintai, kenapa anda tetap mempertahankan saya?! Apa karena saya seorang penyihir?
“Bagaimana jadinya kalau aku menginginkan Lucy?” tanya Pria itu yang sukses membuat Lucy melotot kearahnya.
Lagi pula apa itu, ia merasa hanya tunangannya seorang yang berani bertingkah tidak sopan seperti ini. Sebenarnya dia mempelajari hal ini dari mana?
“Menginginkan saya atau menginginkan kekuatan sihir saya? Tentunya semua hal ini hanya menguntungkan untuk anda, karena jika kerajaan berdiri dengan sosok Ratu berdarah penyihir disisinya, bukankah itu akan menjadi pondasi yang hebat?” jelasnya yang mencoba berpikir rasional.
“Tunggu, bukan begitu Luc—”
“Jika tidak ada hal penting lagi yang ingin anda sampaikan kepada saya, maka saya pamit undur diri Yang Mulia. Semoga matahari Garfield, bersinar terang menyinari anda.” pamitnya diiringi salam perpisahan. Tak lama kemudian ia melenggang pergi kearah letak dimana pintu kamar Reygan berada.
Brakk!
Dibukalah pintu kamar itu secara kasar, aura Lucy saat ini hanya dipenuhi kabut amarah. Putra Mahkota yang berada di dalamnya hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa bisa berkata-kata lagi.
Sir Emillo yang sedari tadi berjaga diluar kamarnya hanya merasa terkejut dengan pemandangan ini. Sebenarnya dia mendengarkan semua pertikaian mereka dari luar, ia hanya merasa tak menyangka bahwa Lucy akan marah besar sampai seperti itu.
Bagaimanapun ucapan Putra Mahkota memang agak keterlaluan jika dilihat dari perlakuannya kepada Lucy selama ini. Ya walaupun menjadi saksi bisu di antara keributan mereka, aku tetap tidak bisa dengan seenaknya ikut campur di tengah-tengah keduanya.
“Sir, mohon antar saya kembali,” pinta Lucy yang terkesan agak melunak dari pada sebelumnya.
“Baik Nona,” angguknya yang tak lama kemudian menuntun Lucy ke arah pintu keluar.
“Huh.. langit sudah senja begini. Sepertinya Ayah telah menungguku.” lirihnya sembari memandangi warna langit yang telah berubah dengan matahari yang mulai terbenam.
Tak lama kemudian kereta kuda istana tiba untuk mengantarkannya pulang kerumah. Usai berpamitan dengan ksatria yang telah mengawalnya seharian ini, gadis itu memasuki kereta kuda dan pergi meninggalkan pekarangan istana yang baginya teramat memuakkan untuknya.
Yang tertanam dibenaknya saat ini hanyalah hari yang terasa lebih menyebalkan dibandingkan hari kemarin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments