Usai merendam diri yang bahkan hampir saja membuat Lucy ketiduran, kini Lucy merias dirinya dengan berpakaian indah laksana tuan Putri Kerajaan. Gaun indahnya yang berwarna putih dipadukan warna steel blue kini sukses menjadikannya ciri khas bahwa Lucy telah menjadi bagian dari anggota kerajaan.
Tapi wajah cantiknya saat ini terlihat tidak begitu nyaman, “Bukankah ini berlebihan Flona?” tanyanya yang merasa gusar akan penampilannya saat ini.
“Tidak Nona, anda kan telah bertunangan dengan Yang Mulia Putra Mahkota. Jika berdandan seperti ini wajar saja untuk Nona,” tuturnya diiringi tawa kecil yang menggemaskan.
“Sungguh? Pakai warna biru agak— aku kan masih berstatus tunangan dengannya,” ujarnya yang merasa tidak enak hati. Karena warna biru merupakan warna dari lambang kerajaan Garfield.
“Tidak apa Sungguh,” tegasnya sembari mencoba merapikan rambut Lucy dengan tangan terampilnya. Kepala Lucy saat ini terasa tengah berdengung dengan kencang.
“Aku rasa kondisiku sedang tidak baik.” Celoteg gadis itu sembari memijit pelipisnya sendiri, katanya ia saat ini merasa pusing.
“Kalau begitu saya akan mencarikan kereta kuda yang lebih nyaman untuk Nona.” tuturnya bernada perhatian. Lucy hanya mengangguk pertanda setuju dengannya, setidaknya kondisi tubuhnya takan jadi lebih parah apabila ia menaiki kereta kuda yang nyaman tanpa menimbulkan mabuk berat diperjalanan.
Akhirnya Flona telah usai mendandani Lucy dengan baik, ia tampak tersenyum puas setelah melihat hasil dari mahakaryanya sendiri.
“Nona mau didandani seperti apapun tetap cantik seperti penyihir abadi!” ujarnya yang dihujani akan pujian.
“Julukan itu berlebihan untukku.” tuturnya yang merasa tak suka, Flona malah bereaksi kikuk saat ini.
“Tapi anda mendapatkan julukan itu karena terlahir dengan rambut pirang yang indah loh!” gerutunya yang tak suka setiap kali sifat merendahnya itu kambuh.
Huft.. ia hanya menhela nafas, tak lama kemudian ia mengangguk saja mengiyakan perkataan Flona. Lagi pula, siapa sih penyihir abadi itu? Memangnga apa hubungannya dengan warna rambut pirangku?
...***...
Kini sebuah kereta kuda telah memasuki gerbang istana kerajaan, perjalanan yang dituju saat ini ialah pergi ke istana Philia, istana dimana Putra Mahkota tinggal dan dibesarkan disana sejak kecil.
Rutinitasnya hari ini ialah belajar untuk mendapatkan pendidikan sebagai calon Ratu disana, dalam hatinya Lucy hanya berharap bahwa hari ini ia tidak perlu berpapasan dengan Pria menyebalkan itu.
Semoga saja, huftt.. hari ini akan menjadi hari yang panjang dan juga membosankan.
Netranya tampak memutar dengan perasaan malas, ia merasa berat ketika memandangi Diamond hall yang berjarak jauh dari pandangannya, diiringi kereta kuda yang masih berjalan dengan tenang, perasaannya menjadi kacau.
Baru saja kemarin aku menginjakkan kaki ku di tempat itu, sekarang aku juga harus kembali ke tempat yang memuakkan ini.
Waktu tak terasa telah mengalir begitu saja, kini ia telah tiba di Istana Philia, tak berujung lama seseorang dengan berpakaian seperti seorang ksatria muncul dan membukakan pintu kereta kudanya dengan perlahan.
Jemarinya yang dibalut dengan sarung tangan putih kini terulur untuk membantunya turun dari kereta kuda, gadis itu hanya tersenyum sembari menerima bantuannya dengan senang hati.
“Mari ikuti saya Nona.” pintanya yang tak lama kemudian melangkah lurus di depannya.
“Baik Sir.” angguk gadis itu sembari mengikuti langkahnya dibelakang.
Hatinya saat ini masih saja berdebar tak karuan ketika berhadapan dengan ksatria itu di depannya. Bukan karena perasaan suka, melainkan ini karena perasaan yang tak nyaman. Walau satu tahun telah berlalu, ia masih saja merasa tidak nyaman ketika berada disekitar ksatria berambut putih itu.
Ia merupakan Crylo Emillo, seorang ksatria sword master yang memiliki ketampanan dengan rambut putih berpadu keperakan yang berkilau diiringi netra birunya yang seperti intan permata.
Jika Lucy menjadi tokoh utama wanita di dalam Novel ini, maka Crylo merupakan tokoh Pria keduanya, karena ia hanyalah satu-satunya tokoh yang mencintai keberadaan Lucy hingga akhir.
Kedepannya juga dia akan menjadi ksatria pelindungku, seperti alur yang ditetapkan di dalam novel ini. Mengingat perasaan dia yang kedepannya akan mencintaiku dengan setulus hatinya, entah kenapa ini membuatku merasa terbebani setiap kali melihat matanya. Crylo maafkan aku, aku berharap kali ini kamu tidak perlu mencintaiku, karena aku juga takan pernah mencintaimu.
Netra coklatnya yang berbinar kini menatap lekat kepadanya yang telah melangkah lebih cepat di depannya, jika mendengar dari surat kabar.. dia baru kembali dari tugas besarnya selama berbulan-bulan ya? Katanya Putra Mahkota mengirimkan Sir Emillo ke arah barat karena muncul segerombolan bandit disana. Rupanya dia sudah pulang.
Bruk..
Lama terhanyut dalam lamunannya hingga ketika Pria itu menghentikan langkahnya, Lucy membentur punggung itu tanpa sengaja. “Ugh.” ringisnya sembari mengusap lembut dahinya yang mungkin saja berubah menjadi bengkak.
Lagi pula punggung apa itu? Keras banget kaya batu..
“Maaf Nona kalau saya berhenti tiba-tiba..” Pria itu kini bereaksi gugup terhadapnya, permintaan maafnya yang tidak perlu itu malah membuat gadis itu semakin merasa bersalah kepadanya.
Padahal ini salahku yang berjalan dengan tidak benar, aku yang menabraknya kenapa dia yang meminta maaf? Uhh…. Bikin perasaan gak enak saja.
“Tidak apa Sir..” ujarnya dengan senyuman alakadarnya.
Pria itu nampak mengangguk dan berterima kasih atas kemurahan hati Lucy kepadanya, tak lama kemudian ia mulai menjabarkan dan memberikan intruksi tentang rutinitas hari ini kepadanya.
“Nona tunggu sebentar diruangan ini, Guru yang akan mengajari anda akan segera tiba,” jelas pemuda itu dengan nada yang terkesan cukup ramah.
Respon Lucy hanyalah mengangguk pertanda bahwa ia mengerti dengan instruksinya, tak lama kemudian ia melenggang pergi memasuki ruangan yang telah ditentukan Sir Emillo sebelumnya.
Ada sebuah adegan yang pernah membuat Raflesa terpukau ketika melihat side story dari Lucy setelah menjelang kematiannya, dimana pov cerita diberikan kepada Sir Emillo yang berduka atas kematian Lucy yang merupakan sang tokoh penjahat wanita di dalam novel.
Adegan itu bermula dengan seorang Pria yang terlihat mematung sembari menatap sapu tangan yang indah digenggamannya. Itu merupakan saputangan termanis yang pernah diberikan Lucy kepadanya.
“Saya.. seharusnya saat itu saya lebih berusaha untuk menghentikan pernikahan Nona..” kutipnya dipenuhi rasa penyesalan.
Dimana ia teringat akan perbincangan terakhir mereka dikamar Lucy. Saat itu, Lucy telah memakai gaun pengantin indah yang melekat ditubuhnya, karena hari itu merupakan hari pernikahan Lucy bersama Reygan yang akan langsung dinobatkan sebaai Raja dan Ratu dari kerajaan Garfield. Pernikahan mereka tampaknya diselenggarakan dengan tergesa-gesa karena Yang Mulia Raja yang sebelumnya telah meninggal dunia.
Tepat sebelum pergi meninggalkan kamarnya, Crylo selaku ksatria pelindungnya datang menggenggam erat pergelangan tangan Lucy, dengan wajah memohon ia berkata, “Saya mohon, hentikan ini Nona.” tuturnya yang benar-benar merasa putus asa.
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya, “Tidak bisa Sir, Saya mencintainya.” tolaknya dengan wajah yang berseri-seri.
“Saya bersedia mengikuti Nona kemanapun anda pergi, asalkan Nona tidak pernah terluka seperti ini lagi.. Saya mohon! Anda tidak perlu hidup dengan memaksakan diri sampai seperti ini Nona... anda tidak perlu mengemis cinta hanya karena ingin berada disisi Yang Mulia.. saya mohon dengarkan perkataan saya Nona.. ayo pergi bersama.” Wajahnya terlihat pilu, ia menatap wajah Lucy dengan tatapannya yang penuh makna. Pria itu menawari Lucy untuk kabur meninggalkan kerajaan ini bersamanya.
Sayangnya Lucy tidak mungkin mengabulkan permintaannya, ia menampik permintaan Pria itu diiringi rasa bersalah. “Maafkan saya sir, setelah lika-liku ini terjadi kepadaku. Pada akhirnya saya tetaplah pemenangnya, sebentar lagi saya akan dinobatkan menjadi Ratu dari kerajaan ini, saya hanya percaya bahwa suatu hari nanti, Hati Yang Mulia tetap akan kembali kepada saya.” tolaknya yang sama-sama merasa berduka.
Lucy hanya percaya bahwa suatu hari nanti, Putra Mahkota yang selama ini telah berpaling darinya akan kembali mencintai Lucy di seiring berjalannya waktu.
Pada akhirnya penolakannnya membuat wajah Pria itu terlihat murung diiringi perasaaan kecewa yang membeludak. “Sampai akhirpun anda selalu memanggil saya dengan sebutan formal ya..” lirihnya dengan tatapan yang kosong.
Lucy yang berada didepannya hanya bisa terdiam dipenuhi perasaan bersalah, karena ia tidak bisa membalas perasaan Sir Emillo hingga detik akhir. Perasaan yang ia miliki hanyalah mencintai Reygan bahkan hingga nafas terakhirnya, pikiran Lucy hanya akan selalu dipenuhi dengan Pria itu.
Seperti pusaran takdir yang kejam, Lucy tidak pernah diberikan kehidupan yang membahagiakan bahkan barang sedetik pun, pembicaraan mereka yang teramat dalam itu merupakan salam perpisahan yang diberikan Lucy kepada Sir Emillo. Karena tepat ketika upacara janji suci tengah berlangsung, Lucy diseret-seret dari altar pernikahannya sendiri bahkan sampai menerima perlakuan yang tidak manusiawi disana.
Usai dilempari batu sembari diteriaki, “Dasar Penyihir!” oleh rakyatnya sendiri. Tubuhnya kini diikat dan dibakar hidup-hidup sampai perempuan itu benar-benar meregang nyawa.
Benar-benar kehidupan yang malang, kisah cinta mereka berdua tidak ada yang terwujud. Dimana Lucy yang tak pernah mendapatkan balasan cintanya dari Reygan, dan Sir Emillo yang telah kehilangan seseorang yang paling berharga untuk dirinya selamanya.
“Malangnya aku.” tuturnya diiringi kekehan pasrah, gadis itu hanya merasa tak habis pikir dengan jiwanya yang harus terperangkap di dalam tubuh ini.
Aku tidak mau mengalami kematian yang mengenaskan seperti Lucy. Bukankah penulis Novel ini terlalu jahat telah menciptakan karakter Lucy dengan perlakuan yang kejam seperti ini? Setidaknya.. Lucy hanyalah seorang anak kecil yang kesepian, dia hanya mengharapkan cinta dari seseorang.
Ia selalu berusaha keras memenuhi segala ekspektasi mereka semua. Lucy yang dengan suka rela menerima takdirnya sebagai calon Ratu hanya mengharapkan Reygan untuk membalas perasaannya dikemudian hari. Namun Yang Mulia bahkan tidak menghormati Lucy yang akan menjadi pasangan hidupnya itu.
Putra Mahkota malah jatuh hati kepada seorang gadis dari keluarga baron hingga mereka menjalin hubungan asmara dibelakang Lucy. Fufu, siapa yang tak berapi-api ketika mendengar berita seperti itu? Ini merupakan hal yang wajar jika Lucy yang merupakan seorang tunangan resmi membabi buta dan mengamuk terhadap wanita selingkuhannya.
Dia melampiaskan rasa kekesalannya, segala amarahnya yang bertumpuk di dalam hati kepada Sheyra yang merupakan tokoh utama di dalam novel. Hingga Lucy mendapatkan kematian yang dianggap sebagai ganjaran atas perbuatannya selama ini.
“Aku tak mengerti lagi! Yang selingkuh itu Yang Mulia, kenapa yang dihukum mati malah Lucy?! Benar-benar menjijikan,” gumamnya yang tertahan di tenggorokan.
Sebuah ketukan pintu membuat lamunannya yang panjang itu menjadi buyar, dengan segera ia mempersilahkan seseorang untuk segera masuk kedalam ruangannya. Tak lama kemudian seseorang muncul dengan aura penuh tekanan dan wibawa.
“Selamat Siang Nona, saya Jeanne Lagherta. Senang bertemu dengan anda.” Sapa wanita paruh baya itu.
“Senang bertemu dengan anda juga, Marchionest Lagherta.” Sapanya ramah diiringi salam etiket para bangsawan.
Telah turun temurun untuk keluarga Marquess Lagherta dalam memberikan pendidikan kepada calon Ratu di masa depan. Ini bukanlah hal aneh karena telah dilakukan dari generasi ke generasi bersamaan sejarah yang memukau dan membanggakan.
Tanpa perlu basa-basi yang panjang, pengajaran kelas calon Ratu kini telah dimulai. Pendidikan yang akan diberkan secara bertahap mencakup dalam pelatihan komunikasi, etiket, ilmu berpolitik dan ekonomi. Karena seorang Ratu harus bisa memuat koneksi serta mengajak kerja sama menguntungkan diantara pedagang, bangsawan dan bahkan antar negara.
Etikat sudah pasti diperhatikan secara ketat, bagaimana caranya bersikap sopan namun berwibawa sehingga membuat orang merasa segan kepada dirinya yang merupakan seorang Ratu. Bagaimana caranya menjalin hubungan baik diantara bangsawan dan juga Rakyat. Serta hidup dengan menjaga martabatnya, karena Ratu merupakan wajah dari Kerajaannya.
Pelajaran ini akan menjadi sesi yang melelahkan untuknya, untungnya gadis itu mau menerima pengajaran Marchionest dengan baik.
...***...
Pelajaran untuk hari ini telah usai dilakukan. Selesai berpamitan dengan sopan, tampaknya mereka akan bertemu kembali di esok hari. Lucy kini hanya menjatuhkan dirinya di atas sofa, sesuatu yang berasap tampaknya muncul dari kepalanya.
“Aku bisa gila!” dengusnya sembari menutupi telinganya rapat-rapat.
Kalian bayangkan saja, sedari tadi selama 5 jam Lucy disuruh menghapalkan sejarah berdirinya kerajaan Garfield tanpa istirahat sekalipun?!Kepalanya seperti benar-benar mau meledak, ia bahkan melewatkan jam makan siangnya yang membuat perut mungilnya itu berbunyi keroncongan.
Ketika dicek suhu tubuhnya, rasanya seperti panas karena demam, “Aku sepertinya terlalu memaksakan diri sejak kemarin,” lirihnya yang mencoba untuk membangkitkan diri. Selain itu, otak ku yang sudah lama tidak berfungsi ini mungkin sedikit merasa terbebani ketika menerima pengajaran dari Marchionest tadi.
Tak berlangsung lama, Sir Emillo memasuki ruangan setelah mengetuk pintunya beberpapa kali. Dengan raut wajah yang tegas, ia kini ingin menyampaikan pesan dari Putra Mahkota kepadanya. Tapi sebelum itu, “Apa anda baik-baik saja?” tanyanya yang terlihat khawatir
“Saya baik-baik saja Sir,” tukasnya yang mencoba menutupi kondisi tubuhnya sendiri.
“Tapi wajah anda pucat Nona,” tutur pemuda itu, anda benar-benar mengkhawatirkan saya ya? Kalau begitu..
“Sungguh tidak apa-apa. Saya hanya sedikit lelah.” serunya dibarengi senyuman ceria diwajahnya. Melihat sikap Lucy yang seperti biasa cukup membuat ksatria itu bernafas lega dan bersyukur jika keadaan Lucy memanglah baik-baik saja.
Namun kenyataannya Pria itu hanya tertipu dengan akting kecilnya, “Ada apa sir?” tanya gadis itu penasaran. Bukankah sekarang adalah waktunya pulang? Apa dia berniat mengantar saya lagi sampai ke kereta kuda? Pikirnya didalam hati, namun jawaban Sir Emillo tampaknya berada diluar perkiraannya.
“Yang Mulia mengajak anda untuk menikmati makan siang bersama,” tutur kata Pria itu diiringi wajah tampannya yang teramat serius.
“Umm..”
APA?! Dia mengajakku makan siang? Mau apalagi sih?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Riyu AM
mungkin lebih tepatnya politik dan ekonomi untuk saran aja thor.
karena ratu/raja pasti berhubungan dengan pemerintahan kerajaan teesebut pasti hrs ngerti politik dri pda bisnis lebih tepat disebut ekonomi
2023-08-29
2
Celyn Oktavius
jangan jangan
2023-08-01
4