‘Aku tidak menaruh ekspektasi lebih ketika permintaanku memungkinkan untuk ditolak, tapi aku lebih tidak menyangka ketika Pria itu menolak calon kekasihnya dimasa depan!’
“Lucy? Kelihatanya tidak begitu senang ya.” lirih Reygan heran.
“Ah tidak.. bukan begitu.” jawabnya kikuk.
“Baiklah, Lucy mau menghadiri acara tersebut atau tidak? Datang atau tidaknya, sebenarnya itu takan berpengaruh bagi kita.” tukas Pria itu.
“Tidak, saya mau menghadirinya.” tukas gadis itu dengan tegas.Mendengar ucapan itu, kedua bola mata Reygan membulat tak percaya, baru kali ini dia melihat Lucy berkata dengan bersungguh-sungguh, dan Pria itu hanya tersenyum simpul.
“Apapun yang Lucy inginkan, saya akan mengabulkannya.” tukas Pria itu dengan tatapan lega, namun juga tersirat rasa ketakutan.
“Anda tidak apa-apa?” tanya gadis itu bingung, Pria itu hanya menggeleng.
Tiba-tiba saja ia merasa dejavu dengan kejadian semalam, ‘Tatapan matanya seperti kemarin ya?’ asumsinya sendiri.
“Apa anda kemarin datang kemari?“ tanya gadis itu yang ingin memastikan.
“.... Ah tidak, aku hanya mengunjungi mu pagi ini.” jawabnya yang entah kenapa diberi jedaan sebentar.
“Ah jadi begitu.” lirihnya yang entah kenapa ia merasa kecewa. ‘Apa itu hanya mimpi? Apa Lucu yang mengirimkannya ya? Tapi aku merasa hanya bermimpi soal perjanjian pertunangan itu.’ tukasnya terlarut dalam pikiran sendiri.
“Baiklah, Lucy. Jangan lupa ya! Sekalian beri dia pelajaran, kali ini aku akan mendukung perbuatan mu.” potong Pria itu sembari mengedipkan sebelah mata kearahnya.
‘Huh?’
“!!!” gadis itu mengernyit kesal. Apa maksudnya memberi pelajaran? ‘Dia menyuruhku bertingkah kejam? Atau apa? Dia sudah gila ya! Padahal sampai saat ini, di kisah aslinya saja Lucy belum berinteraksi dengan Sheyra laknat itu.’ batinnya berapi-api.
‘Bagaimana bisa dia menyuruhku memberinya pelajaran? Padahal dia calon kekasihmu tuh.’ tukas batinnya terheran-heran.
“Baik, sesuai keinginan anda_-” jawab nya bernada ketus, tidak lupa ditemani senyuman yang mencekam. Pemuda itu nampak meneguk ludahnya, ia cukup berkeringat dingin melihat reaksi Lucy saat ini.
“Aku bercanda.”
...***...
“Haaah..” hela nafasnya yang amat berat hingga terdengar ketelinga Flona.
“Ini entah yang keberpa kalinya Nona menghela nafas. Anda seperti ingin ditanya saja.” keluh Flona sembari menuangkan secangkir teh hijau pekat untuk Lucy. Sore ini mereka tengah melakukan Tea time kecil dikamarnya, yang tentunya hanya ada Flona dan Sir Emillo di dalamnya.
“Ey~ bukan begitu.. jangan hiraukan aku.” sambar gadis itu diiringi tawaan cerah, tak lama kemudian ia pun meraih secangkir teh itu dan anehnya ia malah merenung kembali sembari memperhatikan cangkirnya.
“Huftt....” helaan nafasnya lagi.
Flona pun menoleh kearah Sir Emillo, dan pemuda itu hanya mengedikkan bahunya berniat menyerahkan masalah Lucy kepadanya, dan kali ini malah Flona yang mulai menghela nafas.
“Nona ada apa?” tanya Flona yang menyerah atas tingkah Nona mudanya.
“Ehh aku tidak kenapa-napa~ hanya saja Yang Mulia mengajak saya pergi ke pesta kedewasaan Sheyra.” tukasnya diiringi senyuman merekah, gadis itu kini menopang dagunya di atas meja.
“Anda senang karena tidak mendapat surat undangan sebelumnya ya.” tukas Flona sambil mengernyitkan dahinya.
“Bisa dibilang begitu~ tapi aku hanya ingin memberi pelajaran kepadanya yang sudah bersikap sombong itu. Puluhan undangan menumpuk meminta ku datang menghadiri acara mereka, namun bisa bisnya hanya dia seorang yang berani melupakan keberadaan ku?!” gerutunya sebal, entah kenapa reaksi ini membuat dirinya seolah-olah Lucy sungguhan.
‘Dipikirkan juga aku kenapa ya?’ tanyanya pada diri sendiri.
“Anda senang menjadi partner Yang Mulia?”
“Tentu~” jawabnya bernada aneh (?) kemudian ia menyeruput segelas teh hijau itu dan sedikit berkomentar. “Rasanya sangat manis!”
“Nona, itu teh hijau..” bantah Flona sembari menepuk dahinya.
“Begitu ya?” tanya baliknya yang sebenarnya sedari tadi Lucy mendengar ucapannya atau tidak sih?
“Ehh Nona terlihat sangat bahagia ya.” sindir Flona dengan raut wajah yang sudah muak.
“Aa tidak tuh~” tukasnya dengan mata terpejam bersamaan senyuman manis yang melekat dibibirnya.
“Euh? Lantas kenapa Nona sampai berbunga-bunga begini..” jawabnya tak habis pikir, gadis berambut pirang itu kini terbelalak, dengan cekatan ia bangkit dan menggebrak meja. “Apa?! Aku tidak mungkin seperti itu!” bantahnya tiba-tiba.
Pssh..
Wajahnya kini memerah padam, ia menutup mulutnya kemudian berlari meninggalkan kamarnya. “Aku ngapain sih..” decaknya malu sendiri. ‘Apa aku terlalu senang karena Reygan sialan itu mau menolak keberadaan Sheyra? Uhh memalukan!’ cibirnya sembari berlari meninggalkan kediaman.
Disisi lain Flona hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan terkekeh kecil. “Saya kira Nona sudah melupakan Yang Mulia, tapi tampaknya hati kecil Nona masih menyukai beliau ya..” lirih gadis itu yang entah kenapa terasa lega.
“Apa saya perlu mengikutinya? Hari sudah mulai gelap.” gusar Sir Emillo disampingnya.
“Tidak perlu, Nona tidak akan pergi jauh. Saat ini mungkin Nona membutuhkan waktu sendiri.” tukas gadis itu bernada senang.
“Oh.. baiklah.” ujarnya sembari mengangguk.
“Uhm.. apa anda akan mengikuti Nona yang pergi dengan wajah malu-malu begitu~ kurasa Nona pergi karna ingin menyembunyikan wajahnya yang memerah!” ucapnya dengan gemas, Flona terlihat lega dengan prilaku Lucy yang kini tampak kembali seperti semula.
Deg...
Sir Emillo hanya terdiam sembari menatap tingkah laku Flona yang seolah tidak menyadari keberadaan dirinya. Kini Pria itu tampak menghela nafas, sudut bibirnya nampak tertarik mengajaknya untuk tersenyum.
Flona hanya senang, sebelumnya ia sempat khawatir dengan pertunangan Nonanya, karna saat itu perilaku Yang Mulia Putra Mahkota tidak seperti biasanya, ia bersikap aneh dan seolah tidak menghargai Lucy. Tepatnya setelah insiden 2 tahun yang lalu, Putra Mahkota itu terlihat berubah.
Bersikap kasar kepadanya, mengacuhkan Lucy, dan bertingkah seolah membencinya. Hingga insiden perburuan tahun kemarin menimpa Lucy, ‘Tingkah laku Nona juga berubah.. ia seolah tidak mendambakan kembali Putra Mahkota.’ batinnya pilu.
‘Apapun keputusan Nona, saya hanya akan mendukungnya. Saya hanya berharap bahwa Nona akan bahagia.’ batinnya diiringi senyuman hangat.
Flona tahu, setelah kejaian perburuan, Lucy bersikeras untuk menghindari pertunangan itu, walau akhirnya pertunangan mereka tetap dilaksanakan.
Dan anehnya setelah diperhatikan lagi, ketika Lucy mencoba memberontak padanya, Putra Mahkota itu kembali melunak. ‘Sikap setahun lalu memang, Yang Mulia masih terlihat bersikap kasar kepada Nona.. namun sorot matanya juga terlihat aneh.. kadang ia selalu sedih ketika menatap Nona dari kejauhan.’ uarnya pilu.
‘Saya tidak tahu mengapa dengan keretakan hubungan mereka yang semakin parah. Dan saya bersyukur ketika hubungan mereka saat ini kembali membaik.’
Ia juga nampak sedih dan kebingungan ketika beberapa kali Nonanya melirih soal kematian. Ia juga beberapa kali mendengarkan racauan Lucy ketika tertidur.
‘Kenapa Nona khawatir soal kematian?’ begitulah pertanyaannya. Tapi, ‘Bagaimanapun kalian telah bersama sejak kecil.. dan saya yang mendengarkan cerita beliau lewat Nona sambil tersenyum lembar, dapat merasakan betapa hangatnya perasaan Nona terhadap Yang Mulia.’
‘Saya hanya selalu berdo'a dan mendukung anda dibelakang, Nona.’ lirihnya diiringi senyuman tulus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments