“Kamu pasti ingin menanyakan beberapa hal kepadaku bukan.” ujarnya tiba-tiba.
Ia pun menoleh kearah sumber suara dan tepat di sampingnya, terdapat seorang pria dengan surai putihnya yang menjuntai bersamaan sorot netranya yang berwarna merah cukup bersinar menyilaukan penglihatan. “Anda siapa..” tukasnya bertanya-tanya, ekpresi wajahnya cukup menyiratkan kebingungan dimana ia tiba-tiba muncul dan mengatakan hal yang aneh.
“Aku? Hanya seorang pemilik toko antik, barang disini langka semua.” tukasnya bernada main-main, yah sepertinya pria itu tidaklah serius atas ucapannya.
“Anu, anda tadi menggunakan kekuatan sihir, sepertinya anda seorang penyihir ya.” tanyanya merasa tak percaya bahwa ia hanyalah seorang pemilik toko antik.
“Bisa menggunakan sihir bukan berarti penyihir nona.” kesimpulan tipis darinya.
Gadis itu mengerutkan dahinya, “Perumpamaan apa lagi itu( ͡°_ʖ ͡°)” jawabnya malas.
“Tapi anda terlihat seperti penyihir, aku merasakan bahwa kita punya suatu ikatan terhubung. Apa karena saya juga punya kekuatan sihir?” tukasnya merasa ada sesuatu yang mebuatnya menarik diri ke arahnya.
“Tapi dari pada disebut penyihir, kamu lebih terlihat seperti anak yang dicintai dewa.” tukas pria itu bernada aneh.
“???” Kira-kira ekpresi Lucy kebingungan dan juga aneh seperti itu.
“Lantas, saya memang penyihir ya.. saya juga lulusan akademi sihir yang terpelajar, kenapa saya tidak menyadarinya ya.” gumamnya pelan.
“Hmm.. hiduplah yang baik kali ini.”
Tuk..
Selepas kalimat aneh itu terlontar, orang itu menghilang tepat di depan matanya tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. “Kemana orang itu pergi?” lirihnya merasa aneh.
“Lucy..”
“Yang Mulia?” tukasnya sembari menoleh.
“Aku mencarimu, ternyata ada di toko sebelah ya.” lirihnya sembari memandangi sekitar.
“Aa.. saya tadi melihat tuan penyihir di tempat ini.” gumamnya secara tak sadar, di pikirannya ia masih memikirkan beribu pertanyaan tentang sosoknya, ‘Dia bilang, masih jiwa yang sama.. apa maksudnya itu?! Jika tahu aku punya banyak pertanyaan, kenapa ia pergi secepat itu. Lalu apa maksud perkataan terakhirnya tadi?’ batinnya bingung.
“Tuan penyihir? Aku merasa disini hanya tinggal seorang wanita penyihir.” tukasnya tanpa aba-aba.
“Eng? Yang Mulia tahu itu?” tanyanya dengan bola mata yang membulat.
“E-eh.. ya kurasa.” jawabnya dengan gelagat aneh, dan Lucy hanya memandangi tingkahnya yang tiba-tiba aneh sembari berpikir keras. ‘Apa dia pernah kesini? Setahuku tempat ini akan ia datangi ketika bersama Sheyra.. namun pendekatan mereka belum dimulai. Intinya saat ini tokoh Sheyra belum muncul sebagai protagonis.‘ pikirnya lagi.
Yah, setelah mengamati sekitar, tempat ini merupakan tempat barang antik yang menjual barang-barang langka. Kenapa disebut antik? Karna tidak banyak orang yang tahu akan tempat ini, disini juga tempatnya terkesan kumuh dan misterius, maka beberapa bangsawan tidak begitu mengetahui keberadaannya dan memilih barang-barang bagus di pelelangan.
‘Yah, itu tradisi bangsawan untuk menghabiskan uang.’
“Apa kamu menginginkan pita safir itu?” tanyanya, dan Lucy cukup terdiam lama.
“Kurasa disini tidak ada penjualnya.” jawab Lucy terlihat serius, dan memang tempat itu sepi tak berpenghuni.
“Baiklah, nanti aku akan mengutus seseorang lagi untuk membelinya.” jawab pemuda itu sembari meraih jemarinya, kemudian membawanya pergi keluar.
“Apa tidak apa-apa?”
“Memangnya kenapa? Tuan Putri ku?”
Deg..
‘Anu.. kenapa raut wajahmu seperti itu?’ - Lucy Fleur Barayev
...***...
Akhirnya pada saat ini mereka menaiki sebuah kereta kuda yang baru saja di pesan oleh Putra Mahkota, Lucy terlihat cukup menikmati pemandangan selama di perjalanannya.
Beribu-ribu pertanyaannya di kepalanya masih tetaplah sama, apa tidak apa-apa jika seperti ini?
Yang ia ketahui, sebelum kedatangan gadis lugu nan cantik bak Malaikat itu, Sheyra sang tokoh utama wanita. Kehiupan sehari-hari Lucy hanyalah mempelajari pendidikan ratu, dan memang ia tinggal di istana, tidak seperti sosoknya yang sekarang, Lucy yang dahulu menerima perintah itu dengan senang hati, baginya jika ia tinggal disana, mungkin setiap hari ia akan bertemu dengan orang yang dicintainya.
Namun kenyataannya, Reygan tidak pernah datang mencarinya duluan. Itu cukup melukai hati kecilnya. Lagi pula alasan pria itu membawanya keistana, karen takut Lucy akan melarikan diri dengan kekuatannya.
Kisah cinta Reygan dan Sheyra dimulai ketika perburuan istana di gelar, dimana pemuda itu menyelamatkan sosoknya yang terancam mati akibat binatang buas, di saat yang sama juga Lucy dikejar monster mengerikan dihutan. Namun, sosoknya yang ia harapkan datang menolong tidaklah kunjung datang, melainkan kstaria pribadinya, Sir Emillo yang mempertaruhkan nyawanya untuk Lucy.
Bagaikan berkat, di hari yang sama, detik yang sama, dua hati telah jatuh cinta. Emillo menyukai Lucy, dan Reygan yang jatuh hati ketika melihat Sheyra menangis ketakutan, ia merasa bahwa gadis itu akan aman jika berada di dekapannya.
‘Lucy yang malang.’
“Kau memikirkan apa sampai seserius itu, Lucy.” tukas pria itu yang tanpa Lucy sadari sedari tadi memperhatikannya.
“Masa lalu.” ujarnya tanpa sadar.
“Apa?” kernyitnya bingung, sekaligus sorot matanya merasa tak percaya.
“Eh- tidak, saya hanya mengingat sebagian masa lalu saya dengan Yang Mulia, terpikirkan bahwa dulu kita memiliki hubungan yang baik.” jelasnya tiba-tiba.
“Begitukah.”
‘Kenapa ia memasang raut wajah kecewa seperti itu.’ batinnya heran.
“Aku lebih suka kamu memanggilku Rean seperti dulu.” lirihnya pelan.
‘Ha?’
“Anu itu agak-”
“Seperti saat kecil, kamu kan teman bicaraku. Entah kenapa setahun ini kamu mencoba menjauhi ku.” lirihnya sembari memandang keluar jendela.
“Karna anda tidak menginginkan saya, apalagi pernikahan ini.”
Deg..
‘Reaksinya yang tidak menjawab seperti itu, mungkin ucapakan ku memang benar. Aku sedikit menaruh harapan padanya, tapi aku tidak berharap banyak, sebentar lagi juga ia akan jatuh cinta kepada gadis lain.’
...***...
Sampailah mereka di tepi danau Marella, konon katanya sepasang kekasih yang datang ke tempat ini bersamaan bulan purnama, maka cinta yang abadi akan terwujud dibawah bulan yang menyinari mereka.
Jika dilihat dari alur kisah aslinya.. setahun kedepan mendatang, Reygan akan datang kemari bersama Sheyra untuk menyaksikan bulan purnama dan berharap akan mitos itu menjadi nyata. Namun..
‘Kita juga sepasang kekasih kan. Tapi hanya dibawah kertas sih.’ tukasnya menohok hati.
Ya tidak ada baiknya mengharapkan hal seperti dongeng itu, itu pasti 100% tidak masuk akal.
“Tangan mu.” ujarnya sembari mengulurkan tangan, ia pun meraihnya dan membantu Lucy menaiki perahu.
“Terimakasih Yang Mulia.” tukasnya, kali ini yang entah kenapa perasaannya terlihat tulus.
Apa karena sinar bulan, sorot matanya yang berwarna merah terlihat bersinar, rambut hitamnya yang legam itu tampak menari menyatu dengan angin. Pria itu memandangi pemandangan disekitarnya dengan tatapan sayu.
“Yang Mulia terlihat tampan..” lirihnya terhanyut dengan deciran suara air danau.
“...”
Pria itu tampak tersenyum dan mengalihkan pandangan kepadanya.
“Lucy..”
‘Ah.. apa karena cahaya bulan.. kenapa suasananya jadi seperti ini ya..’
‘Jika diingat-ingat kembali, kenapa saat dirumah kaca Yang Mulia bersikap seperti itu kepadaku..’
“Ternyata selama ini Yang Mulia selalu menyebut nama saya ya..”
Mau sekarang atau dunia Novel yang ia baca, kata Lucy selalu tersemat di bibirnya, dan Ia baru menyadarinya saat ini.
‘Pada zaman seperti ini, apabila seseorang memanggil nya dengan sebutan nama, apa lagi nama depan. Maka itu adalah sebuah kedekatan yang mekiliki suatu hubungan pasti, antara keluarga ataupun kekasih. Lantas dengan makna apa, Reygan memanggil nama Lucy di setiap dialognya dalam buku.‘
Cuup..
Puncak kepala yang manis itu dikecupnya, Pria itu tersenyum kecil sembari mengusap pipi sang gadis dengan lembut, “Lucy, maukah kamu mengulangi hubungan ini dari awal lagi?” tanyanya penuh pertimbangan.
Bagaikan tamparan keras, baginya ini terlalu tiba-tiba. “Bukankah anda tidak menginginkan saya?”
Pria itu terdiam dan membuang muka. ‘A-apa dia marah? A-apa aku terlalu tidak tahu diri karena tidak menerimanya..’
‘Tapi aku tidak mau mati..’
“Lucy, aku tahu perbuatan ku sebelumnya memang keterlaluan.”
‘Hmm. Lalu?’
“Ingatkah saat kecil, aku membuat mahkota dari karangan bunga untuk Lucy.” ujarnya sembari menopang dagu.
“Tiba-tiba soal masa lalu?” tanyanya cukup bingung.
“Yah, aku menaruh perasaan yang manis di dalamnya, sembari berpikir, mahkota bunga Peony merah muda ini sangat cocok berada di kepala Lucy yang imut.” ujarnya diiringi tawaan kecil.
“Em, bagi saya anda seperti ingin memenggal kepala saya(눈‸눈)” jawabnya dengan ekspresi kesal.
Pria itu nampak tertawa mendengar reaksi Lucy yang menggemaskan, ia pun memandangi wajah gadis itu dengan seksama. Diraih tengkuk sang gadis dengan lembutnya, ia pun memiringkan wajahnya dan berbisik, “Apa dengan begini perasaan ku tersampaikan?” sahutnya bernada halus, tepat disamping telinga Lucy.
“Kenapa suasananya seperti ini.. apa wajah saya memerah..” lirihnya pelan. “Entah..”
‘Kenapa hari ini dia lembut, kenapa aku merasa deza vu, karena semua tindakannya bukan bersamaku, tetapi dengan gadis itu.. apa tidak apa-apa aku mengikutinya..’ lirihnya sembari membenamkan mata. Dikecuplah bibirnya dengan perasaan lembut. Pria itu bilang, ia mengerahkan perasaannya disini. Dan lama kelamaan kecupan itu berubah menjadi ciuman yang hangat dibawah sinar bulan yang indah, tak lama kemudian kembang api yang meletus menjadi pewarna diantara mereka.
Orang bilang, ciuman dengan seseorang yang tidak saling mencintai akan membuahkan rasa yang pahit dan hambar, lalu kenapa saat ini rasanya terasa manis?
‘Apa anda menyukai Lucy?’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments