AWAL KISAH BARU

Saat itu Yudith hanya ingin membongkar kecurangan yang ada di asramanya, tetapi sungguh tidak pernah disangka kalau akan merambat ke mana-mana, hingga akhirnya para petinggi yayasan benar-benar turun tangan untuk melakukan audit masal secara dadakan ke setiap asrama luar kompleks yang dikepalai oleh perawat awam.

Hasilnya sungguh luar biasa mengejutkan. Praktik administrasi anak dan administrasi asrama tidak ada yang beres. Barang-barang yang tercatat dalam buku inventaris banyak yang tidak ada atau tidak sesuai catatan, dan ketika dimintai keterangan kebanyakan dari mereka hanya membisu, membuat para auditor tambah murka.

Mereka yang dipercaya untuk mengemban tugas mulia telah berkhianat, seharusnya tidak ada ampun. Namun, atas kemurahan hati sang pendiri yayasan, seorang pastor berkebangsaan Belgia, para perawat itu diberi kesempatan kedua dengan syarat dan ketentuan berlaku.

Mereka harus rutin dan tertib mengisi administrasi anak-anak, juga tidak boleh lagi melakukan pelanggaran yang sama ataupun pelanggaran-pelanggaran fatal lainnya. Bila suatu hari kedapatan melakukan pelanggaran lagi maka mereka akan langsung dikeluarkan. Bagi pegawai yang masih dalam tahap pengembalian ikatan dinas maka ikatan dinas yang dulu diterimanya akan dihapus dan dia berkewajiban mengembalikan semuanya sebelum keluar dari yayasan.

Rapat besar yang digelar seminggu setelah audit besar-besaran dilaksanakan memutuskan bahwa:

1) Jabatan Ibu Asrama hanya boleh diberikan kepada suster biarawati.

2) Para perawat senior atau pegawai dikembalikan ke asrama khusus perawat dan hanya datang ke wisma anak-anak untuk bertugas piket dari pukul enam pagi sampai pukul sembilan malam.

4) Pelaksanaan evaluasi dari observasi harian anak tidak boleh ditunda, dilakukan setiap malam setelah makan di bawah pengawasan suster biarawati.

Dan masih banyak lagi aturan-aturan lainnya yang semakin membuat para perawat pegawai itu pusing karena merasa tertekan. Bahkan ada beberapa pegawai yang sudah melunasi ikatan dinas, yang tadinya masih mau bekerja di yayasan karena merasa enggan mencari pekerjaan di luar, langsung mengundurkan diri.

Keputusan rapat itu pun membuka sebuah awal cerita baru di Yayasan Mulia Harapan. Dikarenakan asrama dalam tidak memadai untuk menampung semua pegawai yang jumlahnya ratusan, akhirnya gedung sekolah tempat anak putra belajar diubah fungsi sebagai asrama khusus pegawai. Jadi siswa-siswi yang selama ini selalu dipisah dalam proses belajar, akhirnya digabungkan.

Dan dampak dari kebijakan baru tersebut adalah tidak efektifnya peraturan dilarang berpacaran.

Pihak sekolah pun menjadi lebih longgar, memberi penekanan hanya pada tidak melebihi batas wajar. Toh, sebenarnya tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Memangnya apa yang bisa meraka lakukan di dalam kompleks yayasan. Paling-paling hanya duduk bersama atau kalau lebih intim hanya berpegangan tangan.

Dan sesuai rencana, Yudith tetap dikembalikan ke asrama dalam. Atas permintaan Pak Heru yang tidak ingin Yudith semakin dibenci teman-temannya, dia kembali menjadi siswi biasa yang fokusnya hanya bersekolah dan piket ke asrama anak di sore hari.

Namun, pada kenyataannya tanggung jawab kecil masih dibebankan pada Yudith, sebagai penanggung jawab administrasi anak di asrama tempat dia menjalani piket atas permintaan Suster Rosa.

Sebuah awal kisah baru bagi Andreas dan Yudith pun bermula di sini. Meski hanya samar-samar, tetapi bisa dilihat eksistensinya, terlebih bagi orang-orang terdekat. Mereka jadi terlihat lebih akrab dan Andreas pun sangat perhatian pada Yudith.

Pagi ini, setelah keluar dari bus sekolah Andreas melangkah sedikit tergesa menyusuri jalanan beraspal bagian depan kompleks yang sudah ramai oleh anak-anak SD, SMP, juga PLB.

Selain tas yang tergantung di bahu kiri, Andreas juga membawa kantong plastik di tangan kanan.

"An, woe, sini lo!" Dari dekat kantin, suara Ririsma begitu nyaring, terdengar jelas meski jarak masih cukup jauh.

Sudut bibir remaja putra berhidung mancung itu tertarik ke samping saat iris cokelatnya menemukan sosok Yudith.

"Dith, ini klepon sama bikang buat sarapan." Begitu sampai, Andreas langsung meletakkan tas plastik tepat di depan Yudith yang sedang serius membaca novel misteri favoritnya.

Yudith menatap Andreas. "Makasih, An," ucapnya lirih dan datar.

"Cie, cie, cie ...."

"Senyum dong, Dith. Ah, lo mah."

Tanpa memedulikan godaan dari Suster Vero dan Ririsma, Andreas duduk di sebelah Yudith yang sudah kembali menekuni novelnya.

Begitulah. Banyak perubahan dalam hidup Yudith ataupun sekitarnya, tetapi tidak lantas terjadi perubahan cukup berarti pada diri Yudith. Dia tetap saja tidak banyak bicara, tenang, dan seperti memiliki dunianya sendiri.

Andreas memperhatikan Yudith sambil bertopang dagu. Dalam posisi menunduk, bibir Yudith terlihat sangat imut. Filtrum tajam membuat bibir atasnya menonjol tajam pula.

"Dith."

"Hm."

"Cantik."

Yudith mengerling Andreas tanpa mengangkat wajah, tidak ada ekspresi di wajah manisnya, pun hanya sekilas saja dia memandang Andreas. Setelah itu kembali fokus pada bukunya.

"Cieeee! Andreas langsung tancap gas!"

"Lo jangan diam saja dong, Dith! Balas ... lo juga ganteng, An!"

Yudith mengabaikan mereka yang menggodanya sambil terbahak-bahak itu, tetap fokus membaca meski perasaannya sedikit campur aduk. Seperti ada laba-laba merayap di dalam perutnya---risi dan menggelitik.

Ketika merasakan tangan yang dia tumpukan di atas kursi digenggam lembut, jantungnya seketika bertalu-talu dan tanpa sadar jarinya meremas.

Berpikir Yudith membalas genggaman tangannya, hati Andreas rasanya tiba-tiba berubah menjadi ladang bunga warna-warni lengkap dengan kupu-kupu beterbangan.

Dari kejauhan, Ratna menyaksikan kebersamaan mereka dengan perasaan kecut. Dia semakin membenci Yudith yang semakin hari justru semakin populer dengan adanya banyak kasus yang terjadi padanya.

Bahkan banyak kasak-kusuk terdengar, teman-temannya---baik serius maupun hanya bercanda---mengatakan kalau Yudith adalah pahlawan mereka, karena gara-gara ulah Yudith kini mereka bisa bertemu siswa putra setiap hari.

Dan sekarang banyak dari mereka yang tadinya juga tidak menyukai Yudith mendadak sok ramah, suka senyum-senyum kalau berpapasan.

Semakin dongkol saja hati Ratna, tetapi sekarang dia tidak mau lagi sembarangan mengerjai Yudith. Salah-salah, dia malah bisa celaka sendiri. Apalagi Yudith mempunyai dua sahabat setia yang selalu pasang badan untuknya, Suster Vero dan Ririsma. Ditambah lagi Andreas juga jelas-jelas selalu berpihak padanya.

Selalu ada dampak positif dan negatif dari suatu tindakan. Hal yang alami dan wajar, dan itu pula yang dialami Yudith.

Hari-hari berikutnya, lembaran baru yang cukup kelabu pun terbentang untuk Yudith. Namanya kini menjadi bahan pembicaraan di antara para pegawai. Banyak dari mereka yang penasaran pada gadis itu. Para pegawai itu membenci Yudith sebesar Bu Cici membencinya.

Ketika Yudith melintas di depan mereka banyak celetukan atau ujaran-ujaran tidak enak didengar mereka lontarkan.

"Ooo, jadi itu yang namanya Yudith, mentang-mentang karena merasa istimewa sebagai murid bawaannya Pak Heru."

"Wajahnya bengis, sifatnya pun buruk."

"Pantes sih kalau tukang ngempe."

"Dasar penjilat."

"Perasaan lengket benar ya sama anak putra."

"Makanya Cici bilang dia kegatelan."

"Katanya dia juga bertingkah sok cantik di depan Jonas dan Martin."

"Aish, padahal kelihatannya alim."

Dan masih banyak lagi yang lainnya. Suster Vero, Ririsma, Andreas dan Fitus yang kadang kala turut mendengar, tidak bisa melakukan apa-apa walaupun sebenarnya ingin. Soalnya Yudith melarang mereka bertindak.

"Lo ini benar-benar. Bisa banget tahan sama ocehan mereka." Ririsma bersungut-sungut setelah untuk yang kesekian kalinya hari itu mendengar ujaran-ujaran kebencian dari para pegawai yang duduk bergerombol di dekat kantin.

"Memangnya Yudith kamu suruh gimana? Mencak-mencak gitu." Di antara rasa sebal dan miris pada sikap Yudith, Suster Vero membuat lelucon dengan memperagakan gerakan monyet sedang garuk-garuk.

"Itu bukan mencak-mencak, Sus. Tapi garuk-garuk," celetuk Fitus dengan wajah masam.

Andreas terus memperhatikan Yudith. Dalam posisi kepala gadis itu menunduk, Andreas melihat kelopak matanya berkedip cepat, seperti sedang mencoba mencegah air matanya jatuh.

Apa dia menangis?

Dengan situasinya saat ini, wajar dan normal saja kalau memang Yudith menangis. Andreas justru merasa aneh melihat Yudith yang sepertinya terlalu keras pada diri sendiri.

"Dith, ada kami tempat untuk berbagi. Jangan simpan sendiri." Ujaran Andreas membuat yang lain seketika itu juga lebih memperhatikan Yudith.

"Dith, lo enggak papa, kan?"

"Nangis saja jangan di tahan."

Kamu tidak sendiri. Kalimat itu rasanya sangat berarti sekali dan membuat dada Yudith tiba-tiba seperti membengkak. Sebelum ini dia sudah pernah mendengarnya dari Suster Vero dan Ririsma. Beruntungnya dia memiliki mereka.

Dua bulir air mata yang gagal Yudith tahan pun akhirnya mengalir ke pipi. Buru-buru gadis itu mengusapnya lalu berdiri.

"Aku ke toilet."

"Dith!"

"Biarkan saja." Suster Vero mencegah Ririsma yang hendak mengejar Yudith.

"Bagaimana sudah itu. Kasihan anak orang'e." Fitus pun menatap sedih kepergian Yudith.

Andreas termenung. Akhirnya dia bisa melihat sisi lain dari gadis itu. Setegar dan seteguh apa pun, Yudith tetaplah manusia biasa yang memiliki sisi lemah dan melankolis.

Ketika kembali, mata Yudith tampak memerah, tetapi mereka tidak mengatakan apa-apa untuk menghiburnya. Yudith bukan tipe orang yang suka dihibur karena dengan begitu dia merasa dikasihani.

Malam itu seusai makan malam Yudith pergi ke wartel untuk menelepon sang ibu. Perasaannya sesaat menjadi lebih baik, tetapi ketika sudah berbaring di tempat tidur, rasa sepi yang membuatnya mengasihani diri sendiri kembali menyelusup di relung hati.

Dia buru-buru keluar dari kamar dan pergi ke ruang belajar yang sudah sepi. Di sana dia duduk di lantai sambil memeluk lutut. Tanpa bisa dicegah, air mata yang sudah berusaha dibendungnya dari tadi siang, kini tumpah ruwah. Yudith terisak-isak, tetapi tetap berusaha mengontrol suaranya.

Suster Vero yang sempat melihat Yudith keluar bergegas mengejarnya. Mendapati sahabatnya yang selalu tampak tegar kini sedang menangis sesenggukan, hati Suster Vero jadi terenyuh.

Dia pasti sudah mencapai batasnya, begitulah pikir Suster Vero. Perlahan dia menghampiri lalu duduk di sampingnya.

"Sesekali menangis juga tidak apa-apa, Dith."

"A-ku tidak ber-maksud menjatuhkan siapa pun." Di antara isak, Yudith berujar tersendat-sendat.

"Aku tahu, para petinggi yayasan juga tau. Hanya mereka yang merasa dirugikan saja yang tidak mau tau."

"Aku bukan ingin menjadi sok baik."

Suster Vero terkekeh kecil. "Dibilang sok baik itu kalau aslinya enggak baik, Dith. Kamu aslinya sudah baik, jadi enggak ada itu istilah sok baik." Sambil menepuk bahu Yudith, Suster Vero kembali berkata, "Tindakkanmu benar, Dith. Dan sudah biasa orang yang suka menentang arus itu pasti banyak yang enggak suka."

"Tapi, aku sedih setiap kali mendengar mereka bilang aku kegatelan."

"Abaikan saja soal itu. Toh, kamu dan Andreas enggak pernah sendiri berduaan. Kamu enggak usah terlalu mikir apa kata orang. Kalau enggak ada yang mau berteman sama kamu, masih ada aku dan Ririsma."

Rasanya aneh menasehati Yudith seperti itu, padahal selama ini Suster Vero sering mengomel karena Yudith terlalu cuek pada semua ocehan buruk yang ditujukan padanya, sekarang di saat Yudith jujur akan isi hatinya, dia justru menyarankan pada Yudith untuk tidak memikirkannya.

"Makasih, Ver." Dengan mata basah, Yudith menatap Suster Vero. Dalam hati dia merasa beruntung karena memiliki dua sahabat yang benar-benar selalu ada untuknya.

Dengan kepribadiannya yang sulit diterima orang lain seperti itu, Yudith tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau dia tidak mempunyai teman dekat satu pun di tempat asing jauh dari ibunya ini.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!