'17

"Non Rere! Berita buruk, non!" Teriakan bi Sari yang tiba-tiba datang dari arah dapur membuat perhatian Rohan dan Rere langsung teralihkan.

Secepat yang ia bisa, Rere langsung berusaha menghapus air mata yang jatuh di pipinya. Dengan suara serak, Rere melepaskan sebuah pertanyaan. "Berita buruk apa, Bi?"

"Nyonya Lastri masuk rumah sakit, non."

"Apa!" Sontak saja, Rere kaget bukan kepalang. Sangking kagetnya dia, dia langsung bagun dari duduk. Tubuh yang sebelumnya lemas, sekarang mendadak kuat.

"Bagaimana bisa, bik? Kenapa mama bisa masuk rumah sakit? Apa yang terjadi dengan mama!" Rere yang panik langsung menghujani bi Sari dengan banyak pertanyaan. Air mata yang sudah ia hapus, tentu saja mengalir kembali.

Si bibi yang juga sedih, tentu saja ikut menangis. "Nyonya ... katanya, nyonya Lastri kejatuhan gucci yang mengenai tepat di bagian kepalanya, non. Karena itu, saat ini beliau sedang tidak sadarkan diri."

Bergetar tubuh Rere mendengarkan alasan kenapa mamanya bisa masuk rumah sakit saat ini. Tanpa pikir panjang lagi, dia pun langsung berlari menuju mobil.

"Bibi ikut, non." Bi Sari berucap sambil mengejarnya dari belakang.

Rohan yang masih punya hati, tentu saja melakukan hal yang sama dengan apa yang bi Sari lakukan. Dia juga ikut beranjak dengan langkah besar mengikuti si bibi dari belakang.

"Jangan non Rere yang mengemudi, non. Saat ini, keadaan non sedang tidak baik-baik saja. Non tidak bisa mengemudi karena itu sangat bahaya."

"Siapa lagi kalau bukan aku, bi? Bibi tidak bisa bawa mobil. Aku juga tidak mungkin minta Dani datang sekarang. Karena itu akan membutuhkan waktu. Sedangkan aku tidak ingin menunggu lama, bi Sari!"

"Aku yang akan bawa mobilnya. Tidak perlu minta sopir mu untuk datang. Karena masih ada aku di sini," ucap Rohan sambil membuka pintu mobil, lalu masuk ke dalam.

Untuk sesaat, Rere tertegun dengan apa yang baru saja terjadi. Tapi Rohan yang sudah masuk ke dalam, tentu tidak ingin menunggu lebih lama lagi.

"Ayo masuk! Katanya ingin segera tiba ke rumah sakit."

"Ayo, Non." Bi Sari berucap sambil membuka pintu samping tempat di mana Rohan berada.

Tapi sepertinya, Rere tidak menginginkan duduk di samping Rohan. Dia tutup kembali pintu yang sudah bi Sari buka. Selanjutnya, Rere malah membuka pintu bagian belakang. Ia pun duduk di sana.

Ada rasa kesal dalam hati Rohan saat ini dengan apa yang sedang terjadi. Rere lebih memilih duduk di belakang bersama bi Sari. Sedangkan dirinya, duduk sendirian di depan layaknya seorang sopir yang sedang membawa majikannya.

Tapi sepertinya, rasa kesal itu tidak bisa Rohan ungkapkan. Mengingat apa yang baru saja terjadi diantara mereka berdua, hal itu mungkin wajar Rere lakukan. Mana Rere dulu adalah istri yang sangat manja lagi. Yang sedikit-sedikit langsung ngambek jika ada masalah. Karena itu, Rohan sudah tidak ingin memikirkan apa yang saat ini Rere lakukan. Karena hal ini sudah sering Rere lakukan ketika mereka berselisih paham dahulu.

Tiba di rumah sakit, Rere bergegas memasuki pintu utama rumah sakit agar bisa segera melihat keadaan sang mama. Berbekalkan alamat yang papanya berikan lewat chat WA, Rere berjalan cepat sedikit berlari.

Buk! Tanpa sengaja Rere bertabrakan dengan seseorang yang baru saja keluar dari pintu sebuah kamar rawat inap. Rere yang sedang menangis pun tidak melihat wajah orang tersebut. Dia hanya mengucapkan kata maaf, kemudian berlalu pergi dengan langkah besar kembali.

*Kamar Mawar dua belas.

Kamar itulah yang ingin Rere tuju. Dan kamar itu hanya berjarak dua kamar saja dari kamar seseorang yang dia tabrak tadi.

Rere yang panik, tentu tidak ingin memikirkan hal lain selain keadaan sang mama. Berbeda dengan orang yang baru saja ia tabrak. Orang itu terus melihat Rere hingga Rere menghilang dari balik pintu kamar yang baru saja ia masuki.

"Rere."

...

"Mama!"

Rere yang sudah berada di dalam kamar langsung memanggil sang mama. Hal tersebut membuat papanya langsung beranjak dari duduk untuk menghampiri Rere.

"Tenang, Re. Mama kamu sudah berhasil melewati masa kritisnya kok."

"Kenapa ini bisa terjadi, pa? Kenapa mama bisa masuk rumah sakit, ha?"

Pertanyaan itu membuat wajah sang papa yang awalnya tenang mendadak langsung gugup. Meskipun rasa gugup itu berusaha ia sembunyikan, tapi tetap saja, perubahan itu terlihat dengan sangat jelas.

"Jawab aku, pa! Kenapa mama bisa terluka separah ini sampai harus masuk rumah sakit, hah!"

"Ini semua sudah takdir, Rere. Mana ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, bukan? Jadi, takdir yang mama kamu terima sekarang ini sangat buruk. Mana ada yang bisa menghindar dari takdir, bukan?"

Rere menoleh ke arah sang papa. Dengan tatapan tajam, dia pun menatap si papa.

"Takdir? Papa bilang ini takdir? Enteng sekali papa berucap hal ini adalah takdir."

"Lalu papa harus berucap seperti apa, Rere?Papa sendiri juga tidak menyangka akan hal ini. Papa juga panik, Re. Tidak hanya kamu saja."

Rere pun terdiam. Dia benar-benar tidak percaya kalau apa yang sedang mamanya alami adalah sebuah takdir yang berucap kecelakaan murni. Hatinya mendadak curiga. Tapi sayang, tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang.

"Aku tidak percaya jika takdir tidak ada sebab kejadiannya. Katakan padaku! Kenapa mama bisa seperti ini, pa! Katakan!"

"Waktu itu .... "

Baru juga papa Rere mau berucap, eh ... Amira langsung muncul dari pintu kamar yang baru saja tertutup karena ke datangan bi Sari dan Rohan. Hal tersebut langsung menambah rasa kesal dalam hati Rere akan si perempuan yang bermuka dua ini.

"Amira!" Rere berucap dengan mata membulat karena kesal. "Kamu ... baru datang? Dari mana saja kamu, hah!"

"Ngomong apa sih kamu, Re? Amira itu tidak baru datang ke sini. Dia datang bareng papa. Dia yang mengurus semuanya. Jadi, seharusnya kamu berterima kasih pada adikmu yang sudah melakukan banyak hal dengan susah payah."

"Apa? Aku harus berterima kasih padanya? Tunggu! Jika Amira datang bareng papa ke rumah sakit ini, itu tandanya, Amira ada di rumah saat kejadian buruk menimpa mama, bukan?"

Rere pun berjalan menghampiri Amira dengan langkah besar. Sementara Amira, dia tentu saja memasang wajah polos layaknya tidak punya salah sama sekali.

"Katakan padaku, Amira! Apa yang sebenarnya terjadi pada mama!"

"Mama jatuh, Re. Lalu, gucci sedang itu langsung menimpa kepalanya."

Dengan air mata yang berderai, Amira bercerita prihal kejadian naas yang mama Rere alami. Tapi tentu saja, cerita itu tidak akan pernah sama dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Tidak mungkin! Kamu pasti bohong dengan cerita yang baru saja kamu sampaikan, Amira!" Rere berucap dengan nada tinggi sambil menoel baru Amira.

Terpopuler

Comments

Jumaeda

Jumaeda

Cepat bertindak Rere, lapor polisi dan selidiki, biar membusuk di penjara itu pelakor, apa ga ada sisi tivi ya Thor..

2023-10-01

1

YuWie

YuWie

lapor polisi lah..biar olah Tkp

2023-09-11

4

Sartini Dimitri Mah

Sartini Dimitri Mah

baca Bab ini emosi Aku Thor sama ketiga manusia itu, cepet lah mamaknya pilih terus buang ketiga orang itu

2023-08-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!