'8

Ucapan Rohan tertahan saat bunyi ponsel Rere berdenting. Seketika, perhatiannya langsung tertuju pada ponsel yang Rere tinggalkan di atas meja.

"Kenapa, Mas?" Amira yang tidak sadar akan bunyi dari ponsel Rere pun langsung mengeluarkan ekspresi penasaran.

"Bunyi ponsel, Mir. Jangan-jangan ... ponsel Rere yang tertinggal."

Tidak menghiraukan Amira lagi, Rohan pun langsung mendatangi meja Rere. Di sana, dia menemukan gawai Rere yang masih menyala karena baru kedatangan sebuah pesan lewat WA.

Mata Rohan terfokus pada gawai yang menampilkan wallpaper dengan foto Rere sendirian. Foto dengan pose manja yang terlihat sangat manis itu membuat mata Rohan membulat sempurna.

"Sejak kapan ia mengganti wallpaper gawai nya dengan foto sendirian?" Rohan bergumam sendirian.

Bagaimana tidak? Selama usia pernikahan mereka, Rere tidak pernah lagi memasang wallpaper sendirian di ponselnya. Selalu ia gunakan foto pernikahan mereka.

"Mas, jangan pasang foto sendiri mulai dari detik ini yah. Kita harus gunakan foto pernikahan di ponsel kita masing-masing."

Begitulah kata-kata Rere sejak sehari setelah mereka menikah. Dan Rohan pun terpaksa menuruti apa yang Rere katakan meski hatinya sangat tidak ingin melakukan apa yang Rere katakan.

"Iya ... baiklah. Aku akan ganti wallpaper nya nanti."

Dua bulan setelah itu, Rohan ketahuan tidak memakai foto pernikahan sebagai wallpaper, dan Rere langsung ngambek sampai Rohan harus susah payah untuk membujuknya.

"Huhuhu .... Kamu tidak sudi memakai foto pernikahan kita, Mas? Kamu takut orang lain tahu kalau kamu sudah menikah. Iya, begitu mas Rohan?" Rere merengek seperti anak kecil saat itu.

Sejujurnya, Rohan merasa sangat kesal. Tapi ia berusaha tetap kuat agar bisa bertahan dengan pernikahan yang tidak ia inginkan ini.

"Nggak gitu kok, Re. Aku hanya ... hah ... maafkan aku, lain kali aku nggak akan pakai wallpaper foto sendirian lagi."

"Lagian, nggak ada juga orang yang lihat ponsel kita, bukan? Jadi, tidak ada salahnya mau kita pakai gambar apa untuk wallpaper nya."

"Wallpaper itu untuk diri kita sendiri, Mas. Biar kita selalu ingat kalau kita itu saling memiliki satu sama lain dengan cara menikah. Bukan buat pamer pada orang, mas Rohan. Lagian, aku nggak pernah berniat untuk menggantikan wallpaper ponselku, Mas. Karena aku ingin selalu ingat, kita ini saling memiliki. Tidak sendirian lagi."

..

"Mas. Ada apa sih? Kenapa kamu malah bengong saat melihat ponsel Rere? Apa ada yang salah dengan ponselnya sampai wajahmu tidak senang begitu?"

Pertanyaan itu langsung menyadarkan lamunan Rohan dari masa lalu yang membuat ia tersiksa selama ini. Tapi sayangnya, hal yang dulu membuat ia tersiksa, malah membuat ia terluka sekarang. Bahkan, karena hal itu dia malah lupa dengan niat awalnya yang datang untuk melihat pesan masuk, bukan memperhatikan wallpaper dari ponsel istrinya saja.

"Ah! Amira. Nggak ada apa-apa. Hanya .... " Lagi, Rohan kembali menggantungkan ucapannya ketika melihat pesan yang masuk bertuliskan nama Dani.

"Dani. Untuk apa dia chat Rere sekarang?"

Bibir Rohan berucap sambil tangannya lihat mengutak-atik ponsel Rere. Dia yang tahu kode sandi ponsel tersebut tentu saja langsung bisa membuka dengan mudah.

*Kak Rere. Di mana sekarang? Aku ada beli makanan nih buat kaka. Ayah bilang, kaka gak suka makan di luar. Karena itu, aku inisiatif buat beli makan untuk kaka.

*Kaka di ruangan ya? Jika iya, aku antar kan ke sana sekarang juga.

*Kak.

Tiga pesan dari Dani membuat hati Rohan mendadak merasa tidak nyaman. Dia pun langsung memperlihatkan wajah kesalnya seketika.

'Sialan. Kenapa bocah ini terlalu agresif sih sama Rere? Gak tahu apa dia, umurnya baru setahun jagung. Anak ingusan yang tidak punya apa-apa.'

'Tunggu! Jika aku pikir-pikir, Dani memang selalu tersenyum saat melihat Rere. Dia juga sangat bahagia ketika bicara dengan Rere. Jangan bilang .... '

"Mir, aku ingin keluar sekarang. Kamu mau ikut atau tetap di sini saja?"

"Eh, kok ... kamu malah keluar sih, mas? Bukannya kita udah pesan makanan ya? Bentar lagi juga makanannya tiba, Mas. Gak perlu keluar lagi lah."

Amira melihat Rohan dengan tatapan bingung. Hatinya juga sangat penasaran dengan apa yang sudah terjadi dengan Rohan saat ini. Bisa-bisanya dia langsung berubah begitu saja setelah melihat ponsel Rere.

'Ada apa sih dengan ponsel itu? Apa yang begitu mengejutkan sampai mas Rohan langsung bertingkah tak karuan seperti barusan?' Amira berucap dalam hati.

Sementara Amira sibuk dengan pikirannya sendiri, Rohan malah langsung beranjak. Ia berjalan menuju pintu sambil berucap.

"Ada hal yang harus aku selesaikan. Jika makanan sampai, kamu bisa makan duluan, Mi."

"Lah, tapi mas .... "

Ucapan Amira langsung tertahan karena Rohan yang langsung mengabaikannya.

"Dasar menyebalkan. Kenapa mereka semua bertingkah aneh sekarang? Aku yang tidak tahu apa-apa yang jadi sasarannya. Dasar manusia yang suka bikin orang lain pusing."

Amira pun ngomel sendirian, karena saat ini, hanya dia yang tinggal di ruangan tersebut. Dia pun memilih duduk manis di mejanya sambil menunggu pesanan makanan tiba.

Di sisi lain, Rohan sudah berada di luar kantor. Dengan mata tajam yang sangat terlihat sekali jika ia sedang kesal, Rohan mengedarkan pandangannya ke segala arah agar bisa menemukan Dani yang katanya akan datang untuk mengantarkan makanan buat Rere.

"Awas saja pak Iyas. Kamu berani sekali menceritakan kebiasaan Rere pada anakmu. Apa gunanya coba?"

Setelah sibuk dengan pencarian yang tidak membuahkan hasil, Rohan merasa putus asa. Dia pun berpikir kalau Dani tidak jadi mengantarkan makanan karena Rere tidak membalaskan pesan yang dia kirimkan.

Namun, anggapan itu kembali guncang saat matanya tanpa sengaja melihat mobil Rere yang saat ini sedang terparkir bebas di bahu jalan. Rohan langsung melebarkan matanya kembali.

Langkahnya pun ringan beranjak untuk mendekati mobil tersebut. Tapi sayang, langkah itu terhenti seketika saat panggilan masuk membuat ponselnya berdering. Lalu, belum sempat Rohan menjawab panggilan yang barusan masuk ke ponselnya, matanya pun langsung melihat Rere yang berjalan berdampingan dengan Dani.

"Apa? Mereka ternyata sudah bertemu?"

Rasa kesal kembali menghampiri Rohan. Ingin sekali ia menghampiri Rere yang saat ini sedang ngobrol sambil berjalan. Sesekali, tawa renyah Rere perlihatkan. Hal yang semakin menambah panas hati Rohan.

Entah kenapa, ini kali pertamanya ia merasa sangat kesal dengan Rere. Biasanya, dia juga kesal ketika Rere meminta hal yang tidak ia sukai. Tapi kali ini, rasa kesal yang muncul sangat berbeda. Ada sesuatu yang membuat hatinya merasa tidak nyaman saat ini.

"Mas Rohan. Kamu kenapa sih?"

Sebuah suara yang datang dari belakang Rohan membuat ia tersadar akan apa yang saat ini ia pikirkan. Rohan pun menoleh.

Terpopuler

Comments

Sartini Dimitri Mah

Sartini Dimitri Mah

cerai aja rere biar lebih bebas dari pada Gini,

2023-08-03

4

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2023-07-31

2

U$z

U$z

ayok rere , tunjuk kn kehebatan kamu💪, semangat thorr upnya

2023-07-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!