'3

"Sudah."

Jawaban singkat itu membuat Rohan semakin merasa canggung. Bagaimana tidak? Ini adalah yang pertama kalinya Rere bersikap secuek ini dengannya saat mereka ingin tidur.

Bahkan, Rere yang biasanya selalu ingin memeluk Rohan ketika ingin tidur pun, kini berubah membelakangi Rohan. Sungguh, sikap dingin yang sangat-sangat membuat Rohan merasa bingung.

Namun, semua itu tidak membuat Rohan ingin tahu akan lebih jelas tentang Rere. Apa yang Rere rasakan? Apa penyebab Rere berubah sikap dari hangat menjadi sangat dingin? Dan, bagaimana semua ini bisa terjadi? Rohan tidak ingin tahu semua itu. Dia malah ikut bersikap cuek dengan mengabaikan sikap dingin Rere saat ini.

Bagi Rohan, mau bersikap seperti apapun Rere sekarang, itu tidak penting. Yang terpenting adalah, Rere tidak mengusik ketenangannya dengan merengek meminta hal yang macam-macam.

Detik waktu terus berjalan. Rohan yang sebelumnya sibuk dengan gawai yang ia mainkan, kini susah tidur duluan. Sementara Rere yang sebelumnya berpura-pura tidur, kini langsung bangun untuk melihat keadaan Rohan.

Rere pun menyadarkan punggungnya. Dia lihat dengan mata berkaca-kaca wajah Rohan yang saat ini sedang terlalu. Sungguh sayang, dia masih mengangumi wajah itu meskipun hatinya sedang sangat terluka.

'Dia masih tampan sama seperti pertama kali aku melihatnya. Sayang, waktu itu aku terlalu gegabah menginginkan dirinya. Orang yang sama sekali tidak menginginkan aku,' kata Rere sambil menahan isak tangisnya.

'Tenanglah, Re! Tenanglah. Kenapa harus terus meratapi nasib yang tidak akan pernah bisa kamu kembalikan ke sebelumnya. Sekarang, kamu hanya bisa membalikkan keadaan yang buruk agar sedikit lebih baik.'

Lalu, Rere langsung tergerak untuk melihat ponsel Rohan yang saat ini ada di atas nakas samping tempat tidur Rohan. Perlahan dia bergerak, lalu membuka ponsel itu dengan dada yang sedikit bergemuruh.

Ponsel itu memakai sandi angka enam digit. Rere pun mencoba membuka dengan tanggal lahir Rohan. Sayangnya, tidak terbuka sama sekali. Malah muncul tulisan, *kata sandi salah.*

'Sial! Apa sih sandinya ini?' ucap Rere dalam hati sambil mengigit kuku dari jari telunjuknya.

Saat itu, Rere teringat akan semua pujian Rohan untuk Amira. Dengan berat hati, Rere pun langsung mencoba memasukkan tanggal lahir Amira ke kolom yang tersedia.

'Hah? Masih tidak terbuka? Ini sebenarnya, apa sih yang mas Rohan buat untuk kata sandi ponselnya.'

Rere pun dengan keras mencoba memasukan kata sandi pernikahan mereka. Sayang, hasilnya sama saja. Lalu, dia dengan iseng menekan enam angka tanggal lahirnya. Sontak, hal yang sama sekali tak Rere duga sebelumnya. Ponsel itu langsung terbuka.

Untuk sesaat, Rere terdiam memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa bisa Rohan memakai tanggal lahirnya untuk mengunci ponsel. Sungguh hal yang membingungkan buat Rere.

'Apa semua ini, Tuhan? Dia tidak bisa jatuh cinta padaku, tapi kenapa tanggal lahir aku yang ia pakai untuk sandi gawai nya? Apa mungkin ... ah, lupakan saja, Re! Jika hanya masalah tanggal lahir yang ia gunakan, itu sama sekali tidak ada hal yang spesial sedikitpun. Karena bisa saja ia hanya ingin ingat tanggal lahir mu supaya kamu tidak ngamuk-ngamuk seperti tahun lalu, bukan?'

Karena pikiran itulah, Rere langsung menjelajah ponsel sang suami. Tujuan pertama adalah aplikasi dengan warna hijau agar dia tahu, siapa saja yang sudah berkomunikasi dengan suaminya melalui aplikasi tersebut.

Rere pun langsung membuka aplikasi itu. Tidak ada pesan lain selain pesan dengan nama Amir. Siapa lagi dia kalau bukan Amira? Rere pun langsung menguatkan hati sebelum jarinya membuka pesan dari seseorang dengan nama Amir ini.

Sesuai dugaan Rere, pesan itu dari Amira. Ada ratusan pesan yang tersimpan di chat tersebut. Entahlah, Rere rasanya malas untuk melihat keseluruhan dari awal hingga akhir chat. Dia pun memilih untuk membaca chat di bawah saja.

*Tidak. Dia tidak memberikan aku kado hari ini, Mi. Entah kenapa, sikapnya juga terkesan sangat aneh.*

*Aneh bagaimana sih maksud kamu, Mas?*

*Ya aneh saja. Mendadak bersikap dingin padaku. Entah karena apa. Tapi ... aku tidak perduli sih dengan sikap yang dia perlihatkan.*

*Lho kok kamu gitu sih, Mas?*

*Ya habis aku harus gimana, Amira ku sayang?

Mata Rere terasa memanas saat membaca tulisan, 'Amira ku sayang.' Karena selama ini, Rohan tidak pernah sekalipun menyebut kata sayang untuk dirinya. Bahkan, saat Rere memaksa juga Rohan akan menghindar dari mengucapkan kata itu.

'Ternyata, kata sayang ini begitu lancar kamu tulis untuk dia, Mas. Tanpa dia meminta, tanpa dia memaksa, maka kata itu sudah tertulis dengan baik untuknya. Sementara aku yang jelas-jelas istrimu, tidak sekalipun kata itu hadir dari mulutmu.'

Rere lagi-lagi menahan isak tangis. Ia tarik napas dalam-dalam, lalu ia lepas secara perlahan agar perasaannya bisa sedikit tenang.

'Malang sekali nasibku yang merasakan cinta dari sebelah pihak ini. Mau di sebut sayang juga aku harus mengemis. Tapi tetap saja, aku tidak mendapatkannya.' Rere berucap lagi dalam hati.

Dia pun menyeka air mata yang masih tersisa. Niatnya untuk tidak melanjutkan membaca chat antara suami dengan adik tirinya itu ia batalkan karena rasa penasaran. Hati, meski terasa sangat sakit, juga masih tetap ingin tahu. Karena itu, dia pun melanjutkan bacaannya.

*Ya tanya kek, Mas. Dia ingin apa gituh.

*Males, ah! Kamu kan tahu dia seperti apa, Mi. Dia anak manja yang suka bikin ulah. Selalu memaksakan kehendaknya sendiri tanpa memikirkan orang lain. Selama ini, aku sudah cukup bersabar dengan sikapnya yang sangat kekanak-kanakan itu. Rasanya, ingin sekali aku akhiri pernikahan yang membosankan ini.

'Ap-- apa?' Rere langsung menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. Dia juga langsung mengigit tangannya agar tangisannya tidak terdengar. 'Ternyata, kamu ingin mengakhiri pernikahan ini, Mas? Tapi kenapa kamu tidak langsung mengatakannya padaku? Kenapa harus bercerita dengan Amira terlebih dahulu?'

Rere pun tidak kuat untuk melanjutkan bacaannya. Dengan berat hati, ia akhiri bacaannya, lalu dia letakkan kembali ponsel Rohan ke atas nakas seperti sebelumnya.

Setelah itu, Rere mencoba menenangkan dirinya dengan pergi ke kamar mandi. Mencuci muka agar terasa segara, walau pada kenyataannya, itu sama sekali tidak membantu.

Kemudian, Rere terdiam sambil menatap wajahnya di depan cermin yang ada di kamar mandi. 'Aku manja katamu, Mas Rohan? Selalu memaksa apa yang aku inginkan tanpa memikirkan perasaan orang lain. Dan, karena itu kamu merasa bosan padaku. Kamu ingin mengakhiri pernikahan kita.'

'Baiklah. Aku akan bersikap layaknya diriku mulai dari detik ini. Aku akan menganggap kamu tidak lagi menjadi milikku mulai dari sekarang. Tapi untuk melepaskan mu, aku masih belum akan melakukannya. Aku ingin membuat kamu merasa, hadirku mungkin akan menyakitkan dirimu.'

'Kamu tidak suka aku yang manja, bukan? Maka kamu tidak akan melihat sisiku yang itu mulai dari detik ini. Karena itu, bersiap-siaplah dengan sikap baruku, Mas. Karena sikap ini akan jauh mengejutkan dari sikapku yang manja sebelumnya.'

Terpopuler

Comments

Tiana

Tiana

bagus harus berubah buat dy nyesal.. dan kalau udah nyesal tinggalkan/Brokenheart/

2023-10-08

3

Fajar Ayu Kurniawati

Fajar Ayu Kurniawati

.

2023-10-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!