'5

"Rere! Kamu tidak biasa, tahu gak? Semua yang kamu perlihatkan itu sangat jauh berbeda dari dirimu yang sebelumnya. Apa semua ini, Re? Apa yang sudah membuat sikap kamu berubah seperti ini, hah?"

Ingin rasanya Rere menjawab dengan jujur apa yang saat ini ada dalam hatinya. Tentunya, dengan air mata yang berguguran di pipi dengan bebas sambil menjelaskan semua beban yang saat ini dia pendam.

Tapi tidak. Hal itu tidak bisa Rere lakukan karena mengingat semua chat yang sudah dia baca kemarin malam. Rohan akan tetap mengatakan dirinya perempuan manja jika ia bicara dengan air mata yang mengalir deras.

"Sebenarnya, tidak ada yang membuat aku berubah, Mas Rohan. Hanya saja, aku ingin mencoba hal baru. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya bersikap dewasa. Karena ada sebagai orang yang tidak menyukai sikap manja yang diri kita tunjukkan. Tanpa tahu alasan dari diri kita bersikap manja tentunya."

"Ah! Untuk aku yang ingin kembali menduduki posisiku di kantor, itu karena aku merasa bosan duduk di rumah. Karena itu, aku ingin kembali bekerja seperti dulu. Dengan begitu, waktuku tidak akan terbuang sia-sia begitu saja."

Rohan langsung melebarkan mata karena semua penjelasan yang Rere berikan. Dia merasa, ada yang tidak beres dari kata-kata itu. Tapi sayangnya, dia tidak tahu hal apa itu.

"Ah, ya sudah. Hari sudah semakin siang, aku berangkat duluan, Mas." Rere ingin segera menghindar dari Rohan.

Namun lagi-lagi, Rohan tidak mengizinkan hal itu. Tangan Rere masih ia tahan agar Rere tidak pergi meninggalkan dirinya.

"Apa lagi, Mas?"

"Kamu ingin pergi duluan? Sendirian?"

"Nggak. Aku pergi bareng sopir."

"Pak Iyas?"

"Nggak."

"Lalu?" Dengan wajah penuh tanda tanya, Rohan menatap wajah Rere.

"Dengan Dani."

"Apa! Yang benar saja kamu, Re." Ekspresi terkejut dari Rohan terlihat sangat jelas.

Rere pun langsung menaikkan satu alisnya sambil menatap lekat wajah Rohan.

"Kenapa dengan Dani? Apa ada yang salah?"

"Tentu saja. Dani itu pria muda yang masih belum cukup berpengalaman. Bagaimana jika dia bawa mobil ugal-ugalan nanti, hm?"

Ingin rasanya Rere tertawa karena sikap Rohan barusan. 'Apa-apaan ini, Tuhan? Dia sedang bersikap apa lagi padaku? Cemburu? Hah! Basi. Mana ada dia cemburu padaku. Yang ada, dia hanya berusaha menunjukkan kalau dia sedang sedikit peduli padaku. Itu saja. Tidak lebih dari sandiwara yang dia buat agar aku merasa, dia adalah suami yang baik.' Rere berkata dalam hati sambil menatap kesal wajah Rohan.

"Dani memang pria muda, Mas. Tapi dia juga tahu mana batasannya. Dia gak akan membuat keributan yang akan dia sesali sendiri nantinya. Tidak semua orang berpikir dangkal, Mas Rohan. Jadi, tolong jangan berlebihan."

Ucapan itu langsung membuat Rohan tertegun kembali. Bagaimana tidak? Rohan sangat amat tak percaya dengan tanggapan yang baru saja Rere berikan.

Perlahan, bibir Rohan langsung berucap satu nama begitu saja. "Rere .... "

"Kamu tidak perlu mencemaskan aku, Mas Rohan. Karena aku bukan anak kecil yang perlu kamu cemaskan."

"Aku harus pergi sekarang. Aku sarankan kamu juga segera berangkat secepatnya."

"Rere. Apa semua ini, Re?"

"Apa?" Rere malah balik bertanya dengan wajah yang ia buat pura-pura bingung.

"Aku terima jika kamu ingin bekerja lagi tanpa pembicaraan dulu denganku sebelumnya. Aku juga terima jika kamu bersikap aneh dengan tidak melakukan semua kebiasaan yang biasanya kamu lakukan. Tapi sekarang, kamu ingin pergi ke kantor dengan cara terpisah seperti ini. Padahal kita punya tujuan yang sama. Bagaimana bisa kamu melakukan hal ini padaku, Rere?"

"Mas, kita memang searah. Tapi belum tentu kita memiliki tujuan yang sama. Untuk itu, sebaiknya kita berangkat terpisah saja. Dengan begitu, kita tidak akan menyakiti satu sama lain selama melakukan perjalanan."

Semakin lama, Rohan semakin tidak mengerti dengan apa yang Rere bicarakan. Hingga pada akhirnya, Rere benar-benar pergi duluan dengan sopir baru yang bernama Dani.

Dani tak lain adalah anak dari sopir mereka yang saat ini bekerja sebagai sopir pribadi Rohan. Dani baru saja lulus sekolah. Dia tidak lagi melanjutkan pendidikan karena keluarga mereka bukanlah keluarga yang berada.

Jarak usia Dani dengan Rere juga cukup jauh. Hampir lima tahun saat ini. Karena sekarang, usia Rere baru ingin memasuki hitungan ke dua puluh empat tahun.

Saat Rere menawarkan Dani buat menjadi sopirnya, Dani menerima tawaran itu dengan sangat bahagia. Tentu saja, karena majikannya cantik meskipun usainya selisih cukup jauh.

"Sudah siap berangkat, Kak?" Dani langsung menyambut Rere dengan senyum merekah di bibirnya.

Rohan yang mendengar mendadak merasa panas akibat ucapan itu. Entah karena apa, Rohan sendiri tidak tahu apa alasannya.

Yang jelas, Dani membuatnya merasa sangat kesal sekarang.

"Sudah, pastinya. Ayo berangkat sekarang, Dan!"

"Baik, kak."

Saat mobil Rere meninggalkan garasi rumah mereka, Rohan pun langsung mengikutinya. Tidak ia pikirkan lagi kalau dia masih belum sarapan sebelumnya.

"Berangkat sekarang, pak Iyas!"

"Baik, Tuan."

Beberapa menit berlalu dengan suasana diam, akhirnya, Rohan tidak bisa menahan diri lagi. Ia pun langsung mengeluarkan semua kekesalannya pada pak Iyas yang menjadi ayah dari orang yang sudah membuat Rohan merasa kekesalan itu.

"Pak Iyas, kenapa anakmu bisa menjadi sopir Rere sekarang? Apa semua ini, hah!"

"Tidak cukupkah hanya kamu yang menjadi sopir dari keluarga kami? Kenapa anakmu juga kamu bawa?"

"Maaf, tuan Rohan. Saya tidak tahu apa-apa tentang semua ini. Non Rere sendiri yang meminta Dani buat menjadi sopirnya tadi pagi. Karena itu, Dani yang memang masih belum menemukan pekerjaan, langsung menerima tawaran dari non Rere dengan senang hati."

Rohan tidak bisa menjawab lagi. Karena memang, tidak ada gunanya ia marah pada pak Iyas. Toh, pak Iyas juga tidak tahu apa-apa. Orang yang mengatur semuanya adalah Rere.

'Sudah aku duga, Rere yang menginginkan semua ini terjadi. Dia memang tidak akan pernah bisa menjadi seperti Amira yang sangat tenang dengan semua kelembutan yang ia punya.'

Rohan pun langsung mengusap kasar wajahnya. 'Kenapa aku merasa kesal barusan? Kenapa juga aku malah membandingkan antara Amira dengan Rere. Sudah jelas mereka adalah dua orang yang sangat jauh berbeda. Bak air dengan api.'

'Rere selalu bertindak sesuka hati. Sedangkan Amira, dia selalu berpikir ulang berkali-kali lipat sebelum melakukan sesuatu. Perempuan manja akan tetap menjadi perempuan manja bagaimanapun caranya. Karena itu, kita lihat saja nanti, Rere bisa bersikap keras seberapa lama,' kata Rohan lagi sambil tersenyum kecil.

....

Rere tiba di kantor. Setelah itu, Rohan yang ikut di belakangnya pun ikut tiba ke kantor selang beberapa menit kedatangan Rere. Kantor sedikit heboh karena kedatangan Rere yang sepertinya telah siap untuk bekerja lagi. Sambutan dadakan di berikan oleh para karyawan yang memang sangat menyukai atasan mereka itu.

"Mbak Rere, uh ... akhirnya kembali lagi."

"Iyah. Selamat datang kembali, mbak. Semoga aja nggak akan pergi lagi."

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

kalo Amira wanita baik ngapain ngeladenin laki org...hadeuh dasar gendeng

2024-07-17

0

Sulati Cus

Sulati Cus

jgn sp tu taring sm tanduk keluar sampai asap ngepul

2024-03-22

0

Sulati Cus

Sulati Cus

kaum mu mn ngerti dg clue2 yg kaum hawa berikan😂

2024-03-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!